ORGANISME – ORGANISME YANG ADA DI LAUT



BIOLOGI LAUT









TAUFIQ ABDULLAH
0517 1511 027





PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2017


ORGANISME – ORGANISME YANG ADA DI LAUT
A.      Udang
Klasifikasi Dan Morfologi
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Subfilum: Crustacea
Kelas: Malacostraca
Ordo: Decapoda
Subordo: Pleocyemata
Infraordo: Caridea Dana, 1852
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian  badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang  terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian  badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang  anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat  ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing. 
Habitat
Udang adalah binatang yang hidup di perairan, khususnya sungai, laut, atau danau. Udang dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang berukuran besar baik air tawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan.


B.       Rajungan
Klasifikasi dan Morfologi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Artropoda
Sub filum        : Mandibulata
Kelas               : Crustacea
Sub kelas         : Malacostraca
Ordo                : Decapoda
Sub ordo         : Brachyura
Famili              : Portunidae
Genus              : Portunus
Spesies            : Portunus pelagicus   
Ciri-ciri morfologi kepiting rajungan (Portunus pelagicus) adalah sebelah kiri dan kanan karapaksnya terdapat duri yang besar. Duri-duri sisi belakang matanya berjumlah sembilan buah (termasuk duri besar). Rajungan jantan karapaksnya berwarna dasar biru ditaburi bintik-bintik putih yang beraneka ragam bentuknya. Sedangkan yang betina berwarna dasar hijau kotor dengan bintik-bintik seperti jantan (Soim, 1994)
Menurut Afrianto dan Liviawaty (1992) pada bagian perut (dada) kepiting jantan umumnya organ kelamin berbentuk segitiga yang sempit dan agak meruncing dibagian depan, sedangkan organ kelamin kepiting betina berbentuk segitiga yang relatif lebar dan dibagian depannya agak tumpul (lonjong).
Habitat Rajungan
Rajungan merupakan jenis kepiting perenang yang juga mendiami dasar lumpur berpasir sebagai tempat berlindung. Jenis kepiting rajungan ini banyak terdapat pada lautan Indo Pasifik dan India.. Informasi lain bahwa habitat rajungan adalah daerah substrat berpasir, pasir berlumpur dan di pulau berkarang juga berenang dari dekat permukaan laut sekitar 1 m sampai kedalaman 56 m. Rajungan hidup pada daerah estuaria kemudian bermigrasi ke perairan yang bersalinitas tinggi dan bermigrasi untuk menetaskan telurnya dan setelah mencapai rajungan muda akan kembali ke estuaria.


C.      Kepiting Bakau
Klasifikasi kepiting bakau
Phylum            : Arthropoda
Classis             : Crustacea
Subclassis        : Malacostraca
Superordo       : Eucaridae
Ordo                : Decapoda
Familia            : Portunidae
Genus              : Scylla
Spesies            : S. serrata
Morfologi
·         Bentuk tubuhnya melebar melintang
·         Mempunyai karapas berbentuk pipih atau agak cembung dan berbentuk heksagonal atau persegi.
·         Ujung pasang kaki terakhir mempunyai bentuk agak pipih dan berfungsi sebagai alat pendayung pada saat berenang
Habitat
Kepiting bakau hidup pada daerah estuaria kemudian bermigrasi ke perairan yang bersalinitas tinggi dan bermigrasi untuk menetaskan telurnya dan setelah mencapai rajungan muda akan kembali ke estuaria.
D.      Artemia
Klasifikasi Artemia Sp.
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Subphylum      : Crustacea
Class                : Branchiopoda
Order               : Anostraca
Family             : Artemiidae
Genus              : Artemia
Species            : Artemia sp. (Linnaeus, 1758)
Morfologi
Artemia sp. yang ditetaskan pada salinitas 15-35 ppt akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Larva artemia yang baru menetas dikenal dengan nauplius. Nauplius dalam pertumbuhannya mengalami 15 kali perubahan bentuk, masing-masing perubahan merupakan satu tingkatan yang disebut instar (Pitoyo, 2004) . Pertama kali menetas larva artemia disebut Instar I. Nauplius stadia I (Instar I) ukuran 400 mikron, lebar 170 mikron dan berat 15 mikrongram, berwarna orange kecoklatan. Setelah 24 jam menetas, naupli akan berubah menjadi Instar II, Gnatobasen sudah berbulu, bermulut, terdapat saluran pencernakan dan dubur. Tingkatan selanjutnya pada kanan dan kiri mata nauplius terbentuk sepasang mata majemuk. Bagian samping badannya mulai tumbuh tunas-tunas kaki setelah instar XV kakinya sudah lengkap sebanyak 11 pasang. Nauplius menjadi artemia dewasa (Proses instar I-XV) antara 1-3 minggu (Mukti, 2004).
Ekologi
Artemia sp. secara umum tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25-30 derajat celcius. Kista artemia kering tahan terhadap suhu -273 hingga 100 derajat celcius. Artemia dapat ditemui di danau dengan kadar garam tinggi, disebut dengan brain shrimp. Kultur biomasa artemia yang baik pada kadar garam 30-50 ppt. Untuk artemia yang mampu menghasilkan kista membutuhkan kadar garam diatas 100 ppt (Kurniastuty dan Isnansetyo, 1995).
E.       Kerapu Macan
Klasifikasi Kerapu Macan
Phylum            :    Chordata
Subphylum      :    Vertebrata
Class                :    Osteichtyes
Sub-class         :    Actinopterygii
Ordo                :    Percomorphi
Sub-ordo         :    Percoidea
Family             :    Serranidae
Genus              :    Ephinephelus
Species            :    Epinephelus fuscoguttatus
Morfologi
  • ikan kerapu macan ini memiliki bentuk tubuh memanjang dan gepeng (compressed), tetapi kadang-kadang ada juga agak bulat
  • Mulut ikan kerapu macan serong ke atas, lebar dan bibir bawahnya menonjol ke atas
  • Rahang atas dan bawah dilengkapi gigi-gigi geratan yang berderet dua baris, ujungnya lancip, dan kuat
  • Ujung luar bagian depan dari gigi baris luar adalah gigi – gigi yang besar
  • Tubuh ikan kerapu macan ditutupi oleh sisik yang mengkilap dan bercak loreng mirip bulu macan
  • Kulit tubuh ikan kerapu macan dipenuhi dengan totol-totol hitam yang rapat
  • Sirip dada berwarna kemerahan, sedangkan sirip lainnya mempunyai warna tepi coklat kemerahan
  • Pada garis rusuknya, terdapat 110 – 114 buah sisik
Habitat
Ikan kerapu macan hidup diperairan dangkal, berterumbu karang dan sekitarnya, meskipun ada pula ikan kerapu yang hidup di pantai sekitar muara sungai. Ikan kerapu merupakan jenis ikan demersal yang menyukai hidup di perairan berterumbu karang, diantaranya celah-celah karang atau di dalam goa didasar perairan.
F.       Kerapu Lumpur
Klasifikasi
Phylum            :    Chordata
Subphylum      :    Vertebrata
Class                :    Osteichtyes
Sub-class         :    Actinopterygii
Ordo                :    Percomorphi
Sub-ordo         :    Percoidea
Family             :    Serranidae
Genus              :    Ephinephelus
Species            :    Ephinephelus suillus
Morfologi
Ikan ini memiliki tubuh besar memanjang. Tubuhnya berwarna kecoklatan bercampur ungu keabu-abuan dan ditutupi oleh bintik-bintik kecil berwarna kuning, oranye atau emas. Hampir di seluruh tubuh kerapu lumpur ditutupi oleh bintik-bintik kecil kecuali pada bagian anal, dada, dan sirip panggul yang tidak memiliki bintik. Kerapu lumpur dapat tumbuh hingga berukuran panjang 76 cm.
Habitat dan Penyebaran
Ikan kerapu lumpur hidup di terumbu karang dan muara laut yang berlumpur pada kedalaman 30 hingga 104 meter. Kerapu lumpur dapat ditemukan di beberapa tempat seperti di teluk persia hingga ke Taiwan, Indonesia dan pesisir utara Australia.
G.      Kerapu Bebek
Klasifikasi
Phylum            :    Chordata
Subphylum      :    Vertebrata
Class                :    Osteichtyes
Sub-class         :    Actinopterygii
Ordo                :    Percomorphi
Sub-ordo         :    Percoidea
Family             :    Serranidae
Genus              :    Cromileptes
Species            :    Cromileptes altivelis
Morfologi
Menurut akbar (2002)menyebutkan bentuk tubuh bagian punggung meninggi dengan bentuk cembung (Concaver). Ketebalan tubuh sekitar 6,6 – 7,6 cm dari panjang spesifik sedangkan panjang tubuh maksimal sampai 70 cm. Ikan ini tidak mempunyai gigi canine (gigi yang terdapat dalam geraham ikan) lubang hidung hidung besar berbentuk bulan sabit dertical, kulit berwarna terang abu-abu kehijauan dengan bintik-bintik hitam diseluruh kepala, badan dan sirip. Pada kerapu bebek muda, bintik hitamnya lebih besar dan sedikit.
Penyebaran dan Habitat
Ikan kerapu tersebar luas dari wilayah Asia Pasifik termasuk Laut Merah, tetapi lebih terkenal dari teluk Persi, Hawai, atau Polinesia dan hampir seluruh perairan pulau tropis Hindia dan Samudera Pasifik Barat dari Pantai Timur Afrika sampai dengan Mozambika. Di Indonesia ikan kerapu bebek banyak didapati di daerah perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru dan Ambon dengan salah satu indikator adanya kerapu di daerah berkarang . Kerapu berkembang baik pada terumbu karang hidup maupun mati atau perairan karang berdebu dan tide pools .Dalam siklus hidup, kerapu bebek muda hidup diperairan karang pantai dengan kedalaman 3-5 m dan kerapu dewasa hidup pada kedalaman 40 – 60 m
H.      Kerapu Sunu
Klasifikasi dan morfologi ikan kerapu Sunu
Ikan kerapu Sunu menurut Heemstra (1993), memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Phylum            :    Chordata
Subphylum      :    Vertebrata
Class                :    Osteichtyes
Sub-class         :    Actinopterygii
Ordo                :    Percomorphi
Sub-ordo         :    Percoidea
Family             :    Serranidae
Genus              :    Plectropomus
Species            :    Plectropomus macullatus
Selanjutnya dikemukakan bahwa secara morfologis ikan kerapu Sunu  memiliki ciri   bentuk badan  lonjong  dan tegap, badan  memanjang,  tinggi badan 1 : 2,9 sampai 1 : 3,9 kali panjang badan standar,  panjang kepala  1: 2,7 sampai  1: 3,1 kali panjang badan standar, jumlah duri pada sirip punggung adalah 7 – 8 buah, sirip lunak pada sirip punggung adalah 10 – 12 dengan sirip terpanjang pada  sirip ke tiga atau keempat, sirip anal atau sirip dubur terdiri atas 3 sirip kaku dan 8 sirip lunak, sirip perut terdiri atas 15 – 17 sirip lunak, warna kerapu Sunu merah kecoklat-coklatan, orange kemerah-merahan atau merah dengan banyak bintik-bintik berwarna biru pada kepala dan badan kecuali pada bagian perut dan sirip dada serta terdapat sekitar 10 bintik pada bagian pipi.
Habitat dan penyebaran ikan kerapu Sunu
Kerapu Sunu tersebar diperairan Australia bagian barat mulai  Dongara sampai kepulauan Monte Bello dan Dampier. Selain itu kerapu Sunu juga tersebar sepanjang Indo-Pasifik dari bagian selatan Jepang sampai bagian barat Afrika dan timur kepulauan Solomon serta Tahiti (Department of Primary Industri and Fisheries Queensland, 2003).
Heemstra (1993), menambahkan bahwa Kerapu Sunu tersebar di bagian barat Pasific, dari selatan Jepang sampai Australia ( Queensland dan Australia Barat), sebelah barat kepulauan Karoline dan Fiji, juga ditemukan di Vietnam, Philipina, Indonesia, Papua Nugini dan Caledonia baru.
Kerapu Sunu adalah jenis ikan karang yang biasa hidup pada kedalaman 3 sampai 300 m dibawah permukaan air laut (Heemstra, 1993). Ikan ini bisa mencapai panjang 50 cm setelah berumur 5 tahun dan merupakan jenis hermaphrodite protogini. Kerapu Sunu betina akan mulai matang telur setelah panjang standarnya mencapai 21 cm dengan umur 2 tahun, dan ukuran terbesar betina masak telur adalah 47 cm dengan umur 4 tahun. Kerapu Sunu akan berubah kelamin menjadi jantan, dan umur termuda jantan dengan matang telur adalah saat panjang tubuhnya mencapai   30 cm, dan ukuran terbesar jantan adalah 54 cm (Cholik, 2005).


I.         Teripang
Klasifikasi dan morfologi Teripang
Menurut taksonomi, teripang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Holothuroidea
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria
Bentuk tubuh bulat memanjang dari permukaan oral ke permukaan aboral. Tubuhnya terlihat seperti bentuk buah timun sehingga sering disebut dengan timun laut. Tetapi konsistensi tubuhnya sedikit berbeda dengan kelas lain dan memiliki tubuh halus dan lunak serta tergolong memiliki bagian bagian tubuh yang berkelipatan lima dengan sistem ambulakral. Mentimun laut mempunyai tentakel di bagian oral yang berjumlah 10-30 buah. Tubuhnya terdapat kaki ambulakral dengan fungsi untuk bergerak dan bernapas. Pergerakan dilakukan dengan kontraksi otot ditubuhnya.
Habitat
Hidup di lamun, terumbu karang, dan substrat berpasir.
J.        Bandeng
Klasifikasi Bandeng
Phylum            :    Chordata
Class                :    Osteichtyes
Ordo                :    Gonorynchiformes
Family             :    Chanidae
Genus              :    Chanos
Species            :    Chanos chanos
Morfologi ikan bandeng
  • Bentuk tubuh seperti terpedo
  • Bentuk kepala lebih kecil bila dibandingkan dengan tubuhnya
  • Matanya ditutupi selaput lendir (adipose)
  • Ikan bandeng berwarna perak mengkilap
  • Punggungnya berwarna ke hitam-hitaman, hijau kuning atau kadang juga albino
  • Mempunyai sisik lateral mulai dari sisik depan hingga sisik belakang
  • Mempunyai sirip dorsal II : 12-14
  • Mempunyai sirip II : 8-9
  • Mempunyai sirip dada I : 15-16
  • Mempunyai sirip bawah I : 10-11
  • Mempunyai sirip lateral dari depan hingga caudal antara lain 75-85
  • Tulang belakang berjumlah 44 ruas
Habitat
Ikan bandeng hidup diperairan muara, pantai, hutan bakau dan lagoon. Ikan bandeng dewasa biasanya hidup diperairan littoral. Pada musim kawin induk ikan bandeng biasanya hidup berkelompok dan tidak jauh hidup di pantai dengan perairan yang mempunyai karakteristik perairan jernih, dasar pantai berpasir dan berkarang dengan kedalaman air antara 10-30 meter.
K.      Napoleon
Klasifikasi dan Morfologi Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus)
Menurut Ruppell (1835) dalam Direktorat KKJI (2012), Direktorat Jenderal KP3K, ikan Napoleon diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom         :  Animalia
Phylum            :  Chordata
Class                :  Osteichthyes
Order               :  Perciformes
Family             :  Labridae
Genu               :  Cheilinus
Species            Cheilinus undulatus
Ciri khas ikan napoleon adalah mempunyai dua garis diagonal berwarna biru atau kehitaman di belakang matanya dan dua lagi agak miring menghadap ke arah bagian paling atas bibir. Pada ikan dewasa memiliki tonjolan dibagian dahinya yang akan semakin menonjol seiring dengan bertambahnya usia, dan memiliki bibir yang padat dan tebal dengan sepasang gigi yang keras. Ikan betina berwarna ke abu-abuan, merah atau coklat yang pudar, wajahnya mempunyai guratan-guratan unik. Guratan-guratan tersebut berwarna krem (kuning susu) yang saling tumpang tindih pada bagian atas mulut, kemudian meluas ke atas badan dan seberang ujung sirip dada. Badannya berwarna hijau cerah dan di bagian ekornya berwarna ke biru-biruan. Sisik badan sangat besar, ditepi sisik-sisiknya terdapat garis vertikal berwarna krem kehitaman.  Ikan jantan cenderung berwarna hijau terang atau ke biru-biruan dengan pola garis-garis berlekuk di bagian kepala dan bagian depan dari tubuhnya (Yudana, 2009).
Habitat dan Penyebaran Ikan Napoleon
Ikan napoleon memiliki dua habitat yang berbeda sesuai dengan fase usia ikan ini. Perbedaan tersebut lebih kepada masalah dangkal atau dalamnya perairan tempat tinggal atau habitat ikan tersebut. Sepanjang hidup ikan napoleon mulai dari penetasan, juvenil hingga dewasa, selalu berasosiasi dengan terumbu karang atau di habitat- habitat yang berdekatan terumbu karang, seperti padang lamun (seagrass beds) dan mangrove.
Ikan napoleon yang berusia muda (juvenile) hidup pada kedalaman ± 2-3 meter. Benih-benih ikan tersebut hidup di paparan terumbu yang dipenuhi oleh karang keras (hardcoral) dari genus Acropora dan Porites dan karang lunak (soft coral) dari jenis Sacrophyton spserta tumbuhan laut lainnya seperti algae(macroalgae) dan lamun (seagrass) dari jenis Enhalus acoroides. Benih-benih ikan tersebut berasosiasi dengan karang bercabang (branching  coral) dari marga Acropora yang dijadikan habitat pada bagian bawah atau pangkal cabang yang di tumbuhi macroalgae.
Induk atau ikan napoleon dewasa umumnya hidup pada tempat-tempat yang dalam, mereka menyukai hidup di tepi lereng terumbu yang curam (outer reef slopes) pada kedalaman 1-60 m atau di tebing-tebing karang (reefs drop-offs), dengan kedalaman sampai lebih dari 100 meter. Ikan napoleon juga menyukai hidup di perairan yang berarus kuat dan sedikit bergelombang dengan habitat yang memiliki batu vulkanik yang ditumbuhi biota karang. Susunan batu-batu vulkanik tersebut membentuk rongga- rongga yang menyerupai goa-goa kecil di bawah laut. Goa-goa batu tersebut merupakan tempat ikan napoleon dewasa bersembunyi jika dalam keadaan terancam.
L.       Kakap
Klasifikasi :
Adapun klasifikasi ikan kakap merah menurut (Saanin, 1968) adalah sebagai berikut :
Kingdom         :  Animalia
Phylum            :  Chordata
Class                :  Pisces
Order               :  Percomorphi
Family             :  Lutjanidae
Genus              Lutjanus
Species            Lutjanus sp
Morfologi.
  • tubuh yang memanjang dan melebar, gepeng atau lonjong, kepala cembung atau sedikit cekung.
  • Jenis ikan iniumumnya bermulut lebar dan agak menjorok ke muka, gigi konikel pada taring taringnya tersusun dalam satu atau dua baris dengan serangkaian gigi canin-nya yang berada pada bagian depan
  • Ikan kakap merah mengalami pembesaran dengan bentuk segitiga maupun bentuk “V” atau tanpa penambahan pada bagian ujung maupun penajaman
  • Bagian bawah penutup insang yang bergerigi dengan ujung berbentuk tonjolan yang tajam
  • Sirip punggung dan sirip duburnya terdiri dari jari jari keras dan jari-jari lunak
  • Sirip punggung umumnya ada yang berlekuk dan berkesinambungan antara bagian yang berduri keras dan bagian yang berduri lunak
  • Batas belakang ekornya agak cekung dengan kedua ujung sedikit tumpul
  • Ikan kakap merah memiliki bagian bawah penutup insang yang berduri kuat dan bagian atas penutup insang terdapat cuping bergerigi
Habitat Ikan Kakap Merah
Ikan kakap merah umumnya hidup diperairan karang ke daerah pasang surut di muara dan bahkan ada beberapa spesies kakap cenderung hidup diperairan tawar. Jenis kakap merah berukuran besar umumnya membentuk gerombolan yang tidak begitu besar dan beruaya ke dasar perairan yang menempati perairan lebih dalam dari pada jenis yang berukuran kecil. Selain itu biasanya ikan kakap merah tertangkap pada kedalaman air antara 40–50 meter dengan substrat sedikit berkarang dan salinitas 30–33ppt serta bersuhu antara 5-32ºC.
M.     Cobia
Klasifikasi :
Menurut Linnaeus (1766) klasifikasi ikan cobia adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Perciformes
Famili              : Rachycentridae
Genus              : Rachycentron
Spesies            : Rachycentron canadum
Morfologi Cobia
Cobia menyerupai dan berkerabat erat dengan Remora dari famili Echeneidae. Perbedaanya Cobia tidak mempunyai penghisap seperti Remora, badan cobia jauh lebih kuat dan memiliki ekor berbentuk bulan sabit (Wikipedia, 2008). Cobia memiliki ciri
·    ciri berwarna hitam pada bagian dorsalnya berwarna abu - abu, pada bagian lateral dan ventral berwarna putih .
·   Ketika masih muda memiliki ciri - ciri terdapat 2 garis disamping yang berwarna hitam, tetapi dapat menjadi lebih hitam ketika dewasa.
·      Bentuk tubuh seperti silindris dan kepala berbentuk pipih melebar mulut lebar dengan rahang yang lebih sempit, gigi terdapat didalam rahang di antara lidah dan mulut

 Habitat
Cobia merupakan ikan pelagik yang terdapat di seluruh dunia pada laut dalam dengan suhu tropis (hangat), kecuali di Laut timur. Di laut Atlantik barat, cobia ditemukan dari Nova Scotia selatan sampai ke Argentina, di Laut Atlantik timur dari maroko sampai Afrika Selatan, dan di Pacific barat dari Jepang sampai Australia dan Austria. Cobia menyukai temperat ur air antara 20°C - 30°C, berpindah tempat ke selatan yaitu daerah yang perairannya lebih hangat selama musim gugur dan musim dingin kemudian bermigrasi kembali ke daerah utara ketika musim semi (Wikipedia, 2008).
N.      Tuna Sirip Kuning
Klasifikasi Ikan Tuna Sirip Kuning
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Perciformes
Famili              : Scombridae
Genus              : Thunnus
Spesies            : T. albacares
Morfologi Ikan Tuna Sirip Kuning
  • Panjang tubuhnya mencapai 195 cm dan bototnya mencapai 150kg
  • Bentuknya lonjong memanjang seperti torpedo dan agak memipih dari sisi ke sisi
  • Memiliki 2 sirip punggung yang terpisah oleh celah yang kecil
  • Sirip dada (pectoral) lumayan panjang, biasanya mencapai pangkal bagian depan sirip dorsal kedua, namun tidak melewati pangkal bagian belakangnya
  • Terdapat 2 lipatan kulit diantara sirip-sirip perut
  • Batang ekor amat ramping, dengan sebuah lunas samping yang kuat di tiap-tiap sisi, yang masing-masing diapit oleh dua lunas yang lebih kecil
  • Sirip ekor berbentuk seperti hutup “V” terkadang seperti berbentuk “bulan sabit”
  • Punggungnya berwarna biru gelap metalik, berangsur-angsur berubah menjadi kekuningan atau keperakan pada bagian perut
  • Sirip punggung kedua dan anal, serta finlet-finlet yang mengikutinya, berwarna kuning cerah
  • Bagian perut kadang-kadang dihiasi oleh 20 garis putus-putus yang hampir vertikal arahnya
O.      Terumbu Karang Meja
Klasifikasi kerang meja
Phylum            :  Cnidaria
Sub phylum     :  Anthozoa
Klas                 :  Anthozoa
Sub klas           : Zoantharia
Ordo                : Scleractinia
Sub ordo         : Astrocoeniina
Family             : Acroporidae
Genus              : Acropora
Spesies            : Acropora hyacinthus
Ciri – ciri Utama :
·         Habitat umumnya dilereng karang, banyak dijumpai pada kedalaman 15-35 meter.
·         Acropora sebagian besar bergantung pada cahaya untuk makan.
·         Koloni berbentuk datar tipis dan struktur halus dipermukaan.
·         Warna umumnya coklat, hijau, merah muda
·         Berasal dari perairan Indonesia, Indo-Pasifik
Sumber  : (Dharma, 2010).


Habitat :
Ditemukan diperairan dangkal dan hidup pada kedalaman 6 – 20 M. kerang meja adalah Koloni berbentuk komi basah dengan perubahan yang tebal dan tidak berklorofil. ( Suwignyo dkk, 2005 ).
Sistem pencernaan :
Makanan masuk kedalam mulut, kemudian ketabung phoring dilanjutkan ke gastrofaskular . makanan yang tidak dicerna dibuang melalui mulut kembali yang juga berfungsi sebagai anus.Ronggagastrovaskular terbagi oleh sekat – sekat longitudinal menjadi kamar radial dengan tepi sekat mengandung mematosik.
Sumber : ( Wijarni dan Diana, 1984 ).
Sistem respirasi :
Dengan Sifonoglifa yang merupakan lekukan bercilia dan terletak pada ujung cela mulut pada pusat lempengoral tidak mempunyai alat khusus untuk pernafasan maupun pembuangan hasil Ekskresi dalam hal penafasan baik. Pemasukan oksigen yang terlarut dalam air laut maupun mengeluarkan gas karbon dioksida berlangsung secara disfusiosmosis.
Sumber : ( Wijarni dan Diana, 1984 ). ( Kastawi et al., 2001 ).
Sistem reproduksi:
Cara melepaskan telur dan seperma dalam air selama masa seperma. Setelah dibuahi sel telur berubah menjadi iarva planula yang melayang – layang dalam air sebagai bagian plankton. Berproduksi secara maksimal berkompetensi untuk menguasai terumbukarang yang ada ( Suwignyo dkk, 2005 )
Sistem ekskresi :
Dengan permukaan tubuh secara difusi tidak mempunyai alat khusus untuk pembuangan hasil ekskresi. Gerak rambut getar yang ada pada dinding Gastrovaskular menimbulkan aliran masuk sedangkan gerak rambut getar yang ada pada dinding Stomodeum akan menimbulkan air keluar.
Sumber  : ( Wijarni dan Diana , 1984 ) ,( Kastawi e, al.,  2001 ).


P.       Lili Laut
Klasifikasi kerang meja
Phylum            :  Echinodermata
Sub phylum     :  Crinozoa
Klas                 :  Crinoidea Miller, 1821
Morfologi crinoidea :
1.        Bentuk tubuh seperti tumbuhan tapi ada yang bertangkai dan ada yang tidak bertangkai.
2.        Warna pada bagian tangan hewan ini beraneka ragam, seperti hijau, hitam, kuning, merah, bahkan kombinasi keduanya atau lebih warna.
3.        Crinoidea yang bertangkai adalah individu yang tidak dapat bergerak dan mulutnya   terarah keatas.
4.        Crinoidea yang tak bertangkai merupakan individu yang dapat bergerak bebas didalam laut.
5.        Tubuhnya menyerupai bunga lili atau bunga bakung dan bentuk seperti bulu burung.
6.        Terdapat keping-keping theka dengan percabangan lengan panjang.
7.        Beberapa spesies mempunyai tangkai arah aboral.
8.        Tidak mempunyai duri
9.        Kaki tabungnya kurang mempunyai suber (alat isap)
10.    Tidak memiliki madrepori
11.    Sistem syaraf berbentuk cincin yang selanjutnya bercabang-cabang pada tiap lengan
12.    Kulitnya tersusun dari zat kitin.
Habitat
Lili laut hidup menempel pada dasar laut pada kedalaman lebih dari 100 meter, namun ada juga beberapa spesies yang hidup di perairan dangkal. Umumnya mereka sering dijumpai bertengger pada terumbu karang.



Q.      Sponge
Klasifikasi
Klasifikasi       :  Animalia
Phylum            :  porifera
Sub phylum     :  Celluteria
Klas                 :  Demospongae
Sub klas           :   Ceructinomorpha
Ordo                :   Haploscrindo
Sub ordo          :  haplosclerina
Family             :  Chalinidae
Genus              :  Haliclona
Spesies            :  Haliclona oculata
Ciri-ciri utama :
1. Tubuh simetri radial
2. Silinder
3. Berbentuk bola
4. Bercabang
5. Penulangan di dalam
Sumber : ( Wiharto,1984 ).
Habitat :
Kebanyakan sponge hidup di laut pada kedalaman yang bermacam-macam. Sponge kaca tumbuh dengan subur disuhu dingin, tempat gelap. Mereka sangat banyak terdapat dikedalaman pasifik sekitar 1500-3000 kaki, atau sekitar mil dan beberapa lagi sudah dikeruk dari 3 mil di bawah.a
Hewan porifera umumnya ditemukan dilaut. Hewan porifera terdiri atas 5000 spesies yang hidup dilaut, batu-batuan, cangkang dancord, 150 spesies yang hidup diair tawar, serta dipasir dan dasar lumpur.b
Sumber : (Miller, 1958)a, (Pitriana dan Rahmatia, 2008)b
Sistem pencernaan :
Makanan binatang ini terdiri dari partikel-partikel sampai halus dan plankton kecil yang terbawa arus air. Butir makanan melekat pada leher choanocyte untuk kemudian ditelan oleh choanocyte yang kemudian dicerna.
Sumber : (Wijarni dan Diana, 1984).
Sistem respirasi :
Pergerakan air yang terjadi dalam tubuh sponge melalui gerakan flagellanya oleh lapisan koanosit yang bentuk spongocoel atau saluran pasti yang disebut ruang flagellate. Dalam tubuh sponge yang berpori-pori eksternal banyak pori.
Sumber : (Beck and Braithwaile, 1962).
Sistem Reproduksi :
Sponge bereproduksi secara seksual dengan tunas biasanya hasilnya dalam bentuk koloni-koloni dan terlihat sebuah timbunan. Tunas kecil dalam disebut gemmules yang bereproduksi oleh sponge air segar dan beberapa spesies laut lainnya. Sponge juga bereproduksi secara seksual. Proses reproduksinya terjadi di msenchyme kebanyakan sponge yang hermaprodit, memproduksi keduanya yaitu telur dan sperma, tetapi pada umumnya itu terjadi, pada waktu beberapa .
Sumber  : (Miller, 1958).
Sistem Ekskresi :
Ekskresi sponge melalui protonepridia (sel-sel api dan tubulus), yang terbuka kedalam kloaka. Fungsi utama dari system ekskresi ini untuk menghilangkan jumlah air yang terlalu banyak, yang secara konstan memasuki rotifer
Porifera ini disebut juga binatang sponges. Dibagian tubuhnya terdapat suatu rongga sentral yang disebut spongocoel. Dari arah spongocoel itu terdapat lubang kelur yang terletak dibagian ujung atas tubuh disebut osculum.
Sumber  : (Miller, 1958) dan (Wijarti dan Diana,1984).

R.      Rumput Laut
Klasifikasi dan Deskripsi
Berikut adalah klasifikasi rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii menurut Doty (1986) dalam atmadja et al.( 1996) :
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Rhodophita
Kelas               : Rhodophyceae
Ordo                : Gigartinales
Famili              : Solieriacceae        
Genus              : Kappaphycus
Spesies             : Kappaphycus alvarezii
Ciri fisik  yang dimilki spesies ini diantaranya Thalus yang kasaar, agak pipih dan bercabang teratur, yaitu bercabang dua atau tiga, ujung-ujung percabangan ada yang runcing dan tumpul dengan permukaan bergerigi, agak kasar dan berbintil-bintil ( afrianto dan liviani 1933  dalam syukron 2009). Kappaphycus alvarezii tumbuh melekat kesubtrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang cabang pertama dan kedua  tumbuh membentuk rumpun yang rimbun dengan cirri khusus mngarah kearah datangnya sinar matahari. Cabang cabang tersebut ada yang memanjang atau melengkung seperti tanduk ( Atmadja et al. 1996).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENGARAHAN

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air : OSMOREGULASI PADA IKAN NILA DENGAN PENGARUH PEMBERIAN SALINITAS YANG BERBEDA

SISTEM PENCERNAAN PADA IKAN