LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN : STUDI POLA PERTUMBUHAN DAN FAKTOR KONDISI IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) YANG DIDARATKAN DI PASAR HIGENIS KOTA TERNATE



STUDI POLA PERTUMBUHAN DAN FAKTOR KONDISI IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis)  YANG DIDARATKAN DI PASAR HIGENIS KOTA TERNATE
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI PERIKANAN
Oleh
TAUFIQ ABDULLAH
0517 1511 027



PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2017

LEMBAR PENGESAHAN

Nama                 : Taufiq Abdullah

NPM                 : 05171511027
Judul                 : Studi Komposisi Jenis Makrozobenthos Di Pantai Di Pantai
                            Desa Tuada, Kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat,
                            Provinsi Maluku Utara.
Program Studi   : Budidaya Perairan
Fakultas             : Perikanan dan Ilmu Kelautan
Disahkan
Tim Dosen Mata Kuliah                                                               Asisten

Salim Abubakar, S.P, M.Si                                                    Irenna Sari Ibrahim
NIP. 197505032011 121 004                                                NPM.05161411014
Tanggal Praktikum : 29 April 2017

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Biologi Perikanan dengan judul studi pola pertumbuhan dan faktor kondisi ikan Tongkol yang didaratkan di pasar higenis Kota Ternate.
Laporan ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan ini. Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang teramat besar kepada Irena Sari Ibrahim sebagai asisten atas bimbingan, nasehat, petunjuk dan saran yang senantiasa diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak luput dari kekurangan atau kesalahan, Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaannya. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Ternate, april 2017

Penulis


DAFTAR ISI
     hal
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR.......................................................................................    i
DAFTAR ISI.....................................................................................................    ii
DAFTAR TABEL..............................................................................................    iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................    iv
I. PENDAHULUAN.........................................................................................    1

1.1  Latar Belakang.............................................................................................    1

1.2  Tujuan...........................................................................................................    2
1.3  Manfaat........................................................................................................    2
II. TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................    3

2.1  Klasifikasi Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)................................................    3

2.2  Morfologi Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)................................................    3
2.3  Habitat dan Penyebaran Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)..........................    5
2.4  Hubungan Panjang dan Berat.......................................................................    6
2.5  Faktor Kondisi..............................................................................................    8

III. METODE PRAKTIKUM...........................................................................    9

3.1    Waktu dan Tempat......................................................................................    9

3.2  Alat dan Bahan.............................................................................................    9
3.3  Metode Pengambilan Data...........................................................................    10
3.4  Metode Analisis Data...................................................................................    11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................    17

4.1  Deskripsi Lokasi Praktikum..........................................................................    17

4.2  Distribusi Ukuran.........................................................................................    17
4.3  Pola Pertumbuhan.........................................................................................    20
4.4  Faktor Kondisi..............................................................................................    22

V. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................    23

5.1  Kesimpulan...................................................................................................    23

5.2  Saran.............................................................................................................    24

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN



DAFTAR TABEL
No                                                    .Teks                                                            hal
3.1.    Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum.................................... 10
3.2.    Analisis keragaman hubungan panjang total dan berat ikan...................... 14
4.1.    Distribusi ukuran panjang ikan tongkol..................................................... 18
4.2.    Distribusi ukuran berat ikan tongkol.......................................................... 19


DAFTAR GAMBAR
No                                                    .Teks                                                            hal
2.1     Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Sumber : Chaerudin (2008)................... 3
2.2     Peta Sebaran Ikan Tongkol (FAO, 2014).................................................. 6
3.1     Peta Lokasi Desa Tuada............................................................................. 9
4.1     Pantai Desa Tuada..................................................................................... 17
4.2.    Distribusi frekuensi panjang ikan Tongkol................................................. 18
4.3.    Distribusi frekuensi berat ikan Tongkol..................................................... 19
4.4.    Pola pertumbuhan ikan Tongkol................................................................ 20
 

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepualuan dengan 17.499 pulau dan memiliki garis pantai sepanjang 104.000 km2 (KKP, 2014). Indonesia memiliki potensi sumberdaya ikan yang sangat besar dan keanekaragaman hayati yang tinggi. Sumberdaya tersebut mencakup 37% dari spesies ikan di dunia. Kondisi ini merupakan potensi yang sangat besar bagi pengembangan perikanan tangkap di Indonesia (Zamani, 2011).
Di wilayah perairan laut Indonesia terdapat beberapa jenis ikan bernilai ekonomis tinggi antara lain: tuna, cakalang, udang, tongkol, tenggiri, kakap, cumi - cumi, ikan – ikan karang, ikan hias, dan rumput laut (Adisanjaya, 2010). Ikan tongkol merupakan ikan yang memiliki harga ekonomis tinggi. Ikan tongkol termasuk dalam familia Scrombidae yang merupkan salah satu jenis ikan konsumsi (Oktaviani, 2008). Nilai produksi tangkapan ikan tongkol dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada data statistik KKP yang menyebutkan bahwa hasil tangkapan ikan tongkol di wilayah Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 1.420.039.707 ekor dan meningkat pada tahun 2010 yaitu 1.454.305.423 ekor (KKP, 2010). Namun sayangnya masih sedikit informasi ilmiah berkaitan dengan biologi ikan tongkol yang hidup di perairan Maluku Utara. Hal ini disebabkan minimnya informasi tentang ikan tongkol khususnya tentang pola pertumbuhan dan faktor kondisinya yang didaratkan di Kota Ternate. Informasi ini penting diketahui dalam rangka pengelolaan dan konservasi sumberdaya perikanan yang berkelanjutan (Muchlisin dkk., 2014).
Menurut Okgermen (2005) bahwa kajian hubungan panjang berat penting diketahui karena dengan adanya informasi ini dapat diketahui pola pertumbuhan ikan tongkol di alam. Lebih lanjut Frose dan Torres (2006) menambahkan bahwa nilai faktor kondisi dapat menggambarkan keadaan fisiologis dan morfologis spesies berkenaan misalnya bentuk tubuh, kandungan lemak dan tingkat pertumbuhan. Faktor kondisi juga dapat mengambarkan ketersediaan makanan di alam atau keseimbangan antara predator dan mangsa.
Berdasarkan uraian inilah, perlu diadakannya praktikum mengenai studi pola pertumbuhan dan faktor kondisi ikan Tongkol (Euthynnus affinis) yang didaratkan di pasar higenis kota Ternate.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum Biologi Perikanan ini, yaitu untuk mengetahui pola pertumbuhan dan faktor kondisi ikan Tongkol (Euthynnus affinis) yang didaratkan di pasar higenis kota Ternate serta mengetahui cara pengukuran panjang dan berat pada ikan.  
1.3. Manfaat
Adapun Manfaat praktikum Biologi Perikanan ini, yaitu mahasiswa dapat mengetahui dan memberikan informasi mengenai pola pertumbuhan dan faktor kondisi ikan Tongkol (Euthynnus affinis) yang didaratkan di pasar higenis kota Ternate serta memberikan informasi bagaimana cara pengukuran panjang dan berat pada ikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
Klasifikasi ikan Tongkol menurut Collette, dkk., (2011) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Euthynnus
Spesies : Euthynnus affinis
Gambar 2.1. Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Sumber : Chaerudin (2008)
2.2. Morfologi  Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
Ikan Tongkol (Euthynnus affinis), juga dikenal sebagai tuna kecil, dari family Scombridae yang meliputi tongkol, tuna dan cakalang (bonito). Ikan Tongkol memiliki bentuk tubuh fusiform, memanjang dan penampang lintangnya membundar. Bentuk tubuh yang demikian memungkinkan ikan berenang dengan sangat cepat. Bentuk kepala meruncing, mulut lebar dan miring ke bawah dengan gigi yang kuat pada kedua rahangnya, serta tipe mulut terminal. Bentuk sisiknya sangat kecil dan termasuk tipe stenoid. Pada batang ekor ikan terdapat 3 buah “keel” (rigi-rigi yang bagian tengahnya mempunyai puncak yang tajam). Keel tengah berbentuk memanjang dan tinggi dibandingkan dengan dua keel lain yang mengapitnya (Fishbase, 2014).
Ikan Tongkol adalah tuna kecil khas bergaris-garis gelap dengan pola pada punggung dan bintik-bintik gelap 2-5 di atas sirip ventral. Ini dapat dibedakan dari spesies yang sama dengan pola bergaris dengan bintik-bintik dan jika dibedakan dengan Tongkol krai/tongkol abu (Auxis thazard), kurangnya ruang antara sirip dorsal. Ikan Tongkol dapat tumbuh dengan panjang cagak (FL) 100 cm dan sekitar 20 kg bobot badan tetapi lebih sering sekitar 60 cm dan 3 kg. Makanan mereka adalah ikan kecil, khususnya clupeids (ikan haring, pilchards) dan silversides, serta cumi-cumi, krustasea dan zooplankton. Predator mereka termasuk billfish dan hiu (NSW Government, 2008).
Ikan Tongkol mempunyai sirip lengkap yaitu sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, dua sirip punggung, satu sirip anal dan satu sirip ekor. Warna daerah punggung biru tua, kepala agak hitam, terdapat belang-belang hitam pada daerah punggung yang tidak bersisik di atas garis sisi. Perut berwarna putih, pewarnaan tubuh yang demikian ini, dimana warna bagian dorsal gelap dan bagian ventral terang, dinamakan counter shading sebagai salah satu upaya penyamaran (Fishbase, 2014).


2.3. Habitat Dan Penyebaran Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)
Ikan Tongkol merupakan ikan pelagis, spesies yang mendiami perairan neritik suhu berkisar 18–29°C Seperti scombridae lainnya, E. affinis cenderung membentuk gerombolan multispesies berdasarkan ukuran, yaitu dengan Thunnus albacares, Katsuwonus pelamis, Auxis sp., dan Megalaspis cordyla (carangidae), yang terdiri dari 100 sampai lebih dari 5000 spesies. Meskipun ikan matang secara seksual mungkin ditemui sepanjang tahun, ada puncak pemijahan musiman bervariasi sesuai dengan daerah: contohnya Maret-Mei di perairan Filipina; selama periode Monsun Timur Laut (Northeast Monsoon) (Oktober-November-April-Mei) sekitar Seychelles; dari tengah periode Monsun Timur Laut (Northeast Monsoon) ke awal Monsun Tenggara (Southeast Monsoon) (Januari-Juli) dari Afrika Timur; dan dari bulan Agustus sampai Oktober di Indonesia (FAO, 2014).
Ikan Tongkol atau Kawakawa merupakan spesies tuna pelagis yang bermigrasi secara luas di perairan tropis dan subtropis di wilayah Indo-Pasifik. Di bagian barat Samudra Pasifik, spesies ini didistribusikan di sepanjang benua Asia dari Malaysia timur laut melalui daratan Cina, Taiwan, dan ke selatan Jepang (Yesaki, 1994). Kondisi oseanografi yang mempengaruhi migrasi ikan tuna yaitu suhu, salinitas, kecerahan, arus, oksigen terlarut, kandungan fosfat, dan ketersediaan makanan. Sedangkan faktor-faktor oseanografi yang langsung mempengaruhi penyebaran tuna besar dan Tongkol adalah suhu, arus, dan salinitas (Hela dan Laevastu, 1961).


Ikan Tongkol adalah spesies pelagis besar yang ditemukan di perairan tropis Indo-Pasifik (Gambar 2.2). Meskipun juga menghuni perairan laut, ikan Tongkol lebih memilih untuk tetap dekat dengan pantai dan ukuran juvenil bahkan ditemukan di teluk dan pelabuhan. Ini adalah spesies yang beruaya dan sering membentuk gerombolan besar yang sering bercampur dengan spesies scombridae lainnya (NSW Government, 2008).
Gambar 2.2. Peta Sebaran Ikan Tongkol (FAO, 2014)
2.4. Hubungan Panjang dan Berat
Dalam biologi perikanan, hubungan panjang bobot ikan merupakan salah satu informasi pelengkap yang perlu diketahui dalam kaitan pengelolaan sumberdaya perikanan, misalnya dalam penentuan selektifitas alat tangkap agar ikan–ikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap (Vanichkul dan Hongskul, 1966) diacu oleh Merta (1993). Lebih lanjut Richter (2007) dan Blackweel (2000) yang diacu oleh Mulfizar, dkk., (2012), menyebutkan bahwa pengukuran panjang bobot ikan bertujuan untuk mengetahui variasi bobot dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok–kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, produktifitas dan kondisi fisiologis termasuk perkembangan gonad. Analisa hubungan panjang bobot juga dapat mengestimasi faktor kondisi atau sering disebut dengan index of plumpness, yang merupakan salah satu hal penting dari pertumbuhan untuk membandingkan kondisi atau keadaan kesehatan relatif populasi ikan atau individu tertentu.
Hubungan panjang bobot sangat penting dalam biologi perikanan, karena dapat memberikan informasi tentang kondisi stok. Data biologi berupa hubungan panjang bobot melalui proses lebih lanjut akan menghasilkan keluaran terakhir berupa tingkat penangkapan optimum dan hasil tangkapan maksimum lestari. Hubungan panjang bobot dapat menyediakan informasi yang penting untuk salah satu spesies ikan dari suatu daerah. Meskipun informasi tentang hubungan panjang bobot untuk salah satu spesies ikan dapat menggunakan ikan dari daerah lain dalam pengkajian (Masyahoro, 2009).
Hubungan panjang dan bobot hampir mengikuti hukum kubik, yaitu bobot ikan merupakan hasil pangkat tiga dari panjangnya, nilai pangkat (b) dari analisis tersebut dapat menjelaskan pola pertumbuhan. Nilai b yang lebih besar dari 3 menunjukkan bahwa tipe petumbuhan ikan tersebut bersifat allometrik positif, artinya pertumbuhan bobot lebih besar dibandingkan petumbuhan panjang. Nilai b lebih kecil dari 3 menunjukkan bahwa tipe pertumbuhan ikan bersifat allometrik negatif, yakni pertumbuhan panjang lebih besar daripada pertumbuhan bobot. Jika nila b sama dengan 3, tipe pertumbuhan ikan bersifat isometrik yang artinya pertumbuhan panjang sama dengan petumbuhan bobot. Tipe pertumbuhan memberikan informasi mengenai baik atau buruknya pertumbuhan ikan yang hidup di lokasi pengamatan, sehingga akan ada gambaran mengenai ekosistem yang sesuai atau tidak untuk tempat ikan tersebut (Effendie, 1979).


2.5. Faktor Kondisi
Faktor kondisi adalah keadaan yang menyatakan kemontokkan ikan dengan angka. Faktor kondisi ini disebut juga Ponderal’s index (Legler 1961 yang diacu oleh Effendie 1979). Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan dari segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup dan melakukan reproduksi. Satuan faktor kondisi sendiri tidak berarti apapun, namun kegunaanya akan terlihat jika dibandingkan dengan individu lain atau antara satu kelompok dengan kelompok lain. Perhitungan faktor kondisi didasarkan pada panjang dan bobot ikan. Variasi nilai faktor kondisi bergantung pada makanan, umur, jenis kelamin, dan kematangan gonad. Faktor kondisi yang tinggi pada ikan betina dan jantan menunjukkan ikan dalam tahap perkembangan gonad, sedangkan faktor kondisi yang rendah mengindikasikan ikan kurang mendapat asupan makanan (Effendie 1979).

III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu Dan Tempat
Praktikum Biologi Perikanan ini dilaksanakan di pantai Desa Tuada, Kec. Jailolo, Kab. Halmahera Barat, Prov. Maluku Utara yang dilakukan pada hari jumat 29 april 2017 pukul 12:00 s/d 12:30. Lokasi Desa Tuada dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1. Peta lokasi Desa Tuada
3.2. Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Biologi Perikanan dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.


Tabel 3.1. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum.
No.
Nama
Kegunaan
1
Penggaris
Mengukur panjang ikan
2
Timbangan
Mengukur berat ikan
3
Alat tulis
Mencatat hasil pengukuran
4
Cool box
Tempat penyimpanan ikan
5
Kamera
Dokumentasi kegiatan praktikum
6
Kertas sempel
Menandai ikan dalam pengukuran
7
Papan LJK
Tempat diletakan ikan waktu pengukuran
8
Ice Cube
Mengawetkan ikan
9
Tissue
Pembersih alat
10
Tabel t
Menentukan nilai ttabel
11
Ikan Tongkol
Bahan praktikum
3.3. Metode Pengambilan Data
Pengambilan data diawali dengan pengampilan ikan tongkol yang didaratkan di pasar higenis kota ternate yang diambil secara random atau acak. Setelah itu ikan tongkol di simpan dalam kotak pendingin (cool box) dan dibawa ke Desa Tuada, Kec. Jailolo, Kab. Halmahera Barat untuk dilakukan pengukuran panjang dan berat tiap – tiap individu. Pengukuran panjang menggunakan penggaris dan pengukuran berat menggunakan timbangan duduk dengan kapasitas 10 kg. Pengukuran panjang dan berat di lakukan dengan memperhatikan prosedur kerja sebagai berikut :


·               Ketelitian dalam membaca angka/skala.
·               Menyiapkan ikan tongkol sebagai sampel dan melakukan pengukuran panjang dan berat dengan menggunakan mistar dan timbangan
·               Membersihkan kotoran yang menempel pada ikan sebelum di timbang
·               Piring timbangan yang sudah banyak lendir ikan harus di bersihkan
·               Mencatat hasil pengukuran panjang dan berat.
3.4. Metode Analisa Data
3.4.1. Distribusi Frekuensi
Hasil pengukuran panjang total dan berat tubuh selanjutnya dilakukan analisis distribusi frekuensi dengan mengikuti pedoman berrikut (Hasan,2002):
·           Mengurutkan data dari yang terkecil ke yang terbesar
·           Menentukan jangkauan (range) dari data dengan menggunakan rumus :
·           Menentukan banyaknya kelas (k) dengan rumus sturgess :
Keterangan :    K = banyaknya kelas
n = banyaknya data
·           Menentukan panjang interval kelas (i) dengan rumus :
·         Menentukan batas bawah kelas pertama.


3.4.2. Analisa Pola Pertumbuhan
Untuk menganalisis hubungan panjang total dan berat tubuh ikan tongkol digunakan formula yang dikemukakan oleh Neisser (1960), Ricker (1975), dalam Effendie (1979), sebagai berikut :
Keterangan :
W    = Berat (gr)
L     = Panjang (mm)
a      = Intersep (perpotongan kurva hubungan panjang berat dengan sumbu y)
b     = Penduga pola pertumbuhan panjang berat.
Estiminasi parameter a dan b di peroleh dengan cara merubah persamaan tersebut ke dalam bentuk aditif melalui transformasi logaritma sehingga berbentuk persamaan linier sederhana yaitu:
Log W = Log a + b Log L


Untuk menguji nilai b terhadap 3 dilakukan menurut kaidah Carlender (1969) dalam Effendie (1979), yaitu :







Bandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95% dengan kriteria pengambilan keputusan :
Jika :
    thitung > ttabel, maka b = 3
    thitung < ttabel, maka b = 3
            Menurut  Ricker (1975) dalam Effendie (1979), jika nilai b =  3 disebut pola pertumbuhan  isometrik, dimana pertambahan panjang dan berat seimbang. dan jika b < 3 atau b > 3, disebut pola pertumbuhan allometrik yaitu pertumbuhan berat tidak seimbang dengan panjang atau sebaliknya.
Teknik perhitungan selanjutnya seperti yang di kemukakan oleh Effendie (1979), untuk melihat apakah model linier regresi tersebut dapat di gunakan sebagai penduga hubungan berat tubuh dengan panjang total,model di uji dengan analissis keragaman sebagai berikut :

Tabel 3.2. Analisis Keragaman Hubungan Panjang total dan Berat Ikan
Sumber Keragaman
DB
JK
KT
F
hit
05
01
Regresi
N
∑XY
Jkr
Dbr
KTR
KTG


Galat
n-2
JKT-JKR
JKG
Dbg
Total
n-1
∑ Y²

 Sedangkan untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara variabel X dan variabel Y. Koefisien korelasi merupakan indeks atau bilangan yang digunakan untuk mengukur keeratan (kuat, lemah atau tidak ada) hubungan antar variabel. Koefisien korelasi yang diguakan adalah korelasi Pearson dengan metode Least square (Hasan, 2000) yaitu :
atau menggunakan metode Product moment :
Koefisien korelasi memiliki nilai -1 dan +1 (-1 < KK < +1).
a.       Jika KK bernilai positif, maka variabel – variabel berkorelasi positif. Semakin dekat nilai KK ke +1 semakin kuat korelasinya, demikian pula sebaliknya.
b.      Jika KK bernilai negatif, maka variabel – variabel berkorelasi negatif. Semakin dekat nilai KK ke -1 semakin kuat korelasinya, demikian pula sebaliknya.
c.       Jika KK bernilai 0 (nol), maka variabel – variabel tidak menunjukan korelasi.
d.      Jika KK bernilai +1 atau -1, maka variabel – variabel menunjukan korelasi positif atau negatif sempurna.
Untuk menentukan keeratan hubungan atau korelasi antar variabel – variabel, berikut ini nilai – nilai KK sebagai patokan :
1.      KK = 0, tidak ada korelasi.
2.      0 < KK < 0,20, Korelasi sangat rendah atau lemah sekali.
3.      0,20 < KK < 0,40, Korelasi rendah atau lemah tapi pasti.
4.      0,40 < KK < 0,70, Korelasi yang cukup berarti.
5.      0,70 < KK < 0,90, Korelasi yang tinggi atau kuat.
6.      0,90 < KK < 1,00, Korelasi sangat tinggi atau kuat sekali.
7.      KK = 1, Korelasi sangat sempurna.
Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh nilai suatu variabel (Variabel X) terhadap naik/turunnya (variasi) nilai variabel lainnya (Variabel Y), digunakan koefisien determinasi (Hasan, 2000) yaitu :



3.4.3. Faktor Kondisi
Faktor Kondisi adala keadaan yang menyatakan kemontokkan ikan dengan angka (Langler, 1961 dalam Effendie, 1979). Fakar kondisi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
K = Faktor kondisi
W = Berat rata – rata sebenarnya (gr)
L3 = Panjang rata – rata sebenarnya
105 = Konstanta
Kriteria pengambilan keputusan :
K = 3 – 4, maka kondisi ikan agak pipih
K = 1 – 2, maka kondisi ikan kurang pipih



IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi  Lokasi Praktikum
Desa Tuada secara Administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Desa Tuada terletak di bagian tenggara dari pelabuhan Jailolo dengan jarak tempuh ± 5 km. Secara geografis, letak Desa tuada berada di koordinat 1°02’47”N 127’30’00”E (Google earth). Desa Tuada memiliki objek pantai yang dapat dikembangkan. Pantai Desa Tuada dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Pantai Desa Tuada
4.2. Distribusi Ukuran
Berdasarkan kelas pengukuran panjang Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) diperoleh ukuran panjang ikan terendah dengan nilai 155 mm atau 15,5 cm, sedangkan nilai panjang tertinggi pada nilai 320 mm atau 32 cm. Selanjutnya kelas pengukuran berat tubuh ikan tongkol dengan berat terendah 50 gr sedangkan berat  tertinggi  pada nilai 600 gr. Adapun hasil distribusi untuk kelas panjang yang dapat dilihat pada tabel 4.1. dan kelas berat yang dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.1. Distribusi ukuran panjang ikan tongkol.
Panjang Total Ikan
Frekuensi
Tepi Interval Kelas
Titik Tengah Kelas
155
-
182
7
154,5
-
182,5
168,5
183
-
210
5
182,5
-
210,5
196,5
211
-
238
5
210,5
-
238,5
224,5
239
-
266
8
238,5
-
266,5
252,5
267
-
294
3
266,5
-
294,5
280,5
295
-
322
2
294,5
-
322,5
308,5
Jumlah
30

Gambar 4.2. Distribusi frekuensi panjang ikan Tongkol
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa banyaknya jumlah ikan pada kelas panjang total terbesar didapat pada kelas ukuran 239266 mm sebanyak 8 individu sementara yang terendah pada kelas panjang total 295322 mm sebanyak 2 individu ikan.
Tabel 4.2. Distribusi ukuran berat ikan tongkol.
Berat Ikan
Frekuensi
Tepi Interval Kelas
Titik Tengah Kelas
50
-
141
17
49,5
-
141,5
95,5
142
-
233
8
141,5
-
233,5
187,5
234
-
325
4
233,5
-
325,5
279,5
326
-
417
0
325,5
-
417,5
371,5
418
-
509
0
417,5
-
509,5
463,5
510
-
601
1
509,5
-
601,5
555,5
Jumlah
30



Gambar 4.3. Distribusi frekuensi berat ikan Tongkol.
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa banyaknya jumlah ikan pada kelas berat ikan terbesar didapat pada kelas berat 50141 gr sebanyak 17 individu sementara yang terendah pada kelas panjang total 510 – 061 sebanyak 1 individu ikan. Selain itu terdapat 2 kelas yang tak memiliki individu yaitu 326418 mm dan 418 – 509.
4.3. Pola Pertumbuhan
Hubungan panjang berat ikan Tongkol (Euthynnus affinis) yang diperoleh dari pasar higienis Kota Ternate mengikuti persamaan
 , dengan koefisien determinasi
Sehingga didapat nilai b adalah 2,79 setelah dilakukan uji t pada selang kepercayaan 95%, dan diputuskan bahwa nilai b = 3.
Karena b = 3, jadi pola pertumbuhan ikan tongkol yang didaratkan di pasar higenis Kota Ternate adalah pertumbuhan isometrik, dimana pertambahan panjang dan beratnya seimbang. Hasil ini dikuatkan oleh Ricker (1975) dalam Effendie (1979) yang menyatakan bahwa jika nilai b = 3, maka disebut pola pertumbuhan isometrik, dimana pertambahan panjang dan beratnya seimbang dan jika nilai b < 3 atau b > 3, maka disebut pola pertumbuhan allometrik.
Berdasarkan persamaan diatas dapat dijabarkan dalam bentuk grafik hubungan panjang berat yang dapat dilihat pada gambar grafik garis hubungan panjang berat dibawah ini.
Gambar 4.4. Pola pertumbuhan ikan Tongkol.

 
Koofisiien korelasi (r) digunakan untuk melihat sejauh mana keeratan hubungan dari dua variabel  panjang dan berat, (Prajitno 1985 dan, 1983).. Dari hasil pengukuran yang kemudian di anlisis lebih lanjut diperoleh bahwa hubungan panjang dan berat tubuh ikan Tongkol (Euthynnus affinis) memiliki keeratan yang sangat tinggi dimana nilai koefisien korelasi (r) yang didapatkan sebesar 0,948 (mendekati 1).
Keeratan ini ini ditentukan dengan kriteria atau patokan menurut Hasan (2000) sebagai berikut :
1.      KK = 0, tidak ada korelasi.
2.      0 < KK < 0,20, Korelasi sangat rendah atau lemah sekali.
3.      0,20 < KK < 0,40, Korelasi rendah atau lemah tapi pasti.
4.      0,40 < KK < 0,70, Korelasi yang cukup berarti.
5.      0,70 < KK < 0,90, Korelasi yang tinggi atau kuat.
6.      0,90 < KK < 1,00, Korelasi sangat tinggi atau kuat sekali.
7.      KK = 1, Korelasi sangat sempurna.
Hasil analisis keragaman hubungan panjang berat yang didapatkan menunjukan bahwa nilai F hitung ˃ F tabel baik pada taraf 5% maupun 1% dimana F hitung = 350,798 ˃ F tabel (0,05) = 4,35 dan F tabel (0,01) = 8,1. Hal ini menunjukan bahwa adanya pengaruh pertambahan panjang  terhadap berat dari ikan Tongkol (Euthynnus affinis) yang didaratkan di pasar higenis Kota Ternate.


4.3. Faktor Kondisi.
Faktor kondisi adalah keadaan yang menyatakan kemontokan ikan dengan angka (lager, 1961 dalam effendi ,1979). Faktor kondisi dapat di hitung dengan mengunakan perkalian dari konstanta (105) yang dikalikan dengan rata -rata berat badan ikan kemudian dibagi dengan rata-rata panjang total ikan.
Dari perhitungan faktor kondisi ikan didapat dengan mengkalikan konstanta (105) dengan rata-rata berat ikan (165,333) kemudian hasil yang diperoleh dibagi dengan rata-rata panjang total ikan (225,667) sehingga di peroleh nilai faktor kondisi 1,439 (Lampiran 8). Dari hasil faktor kondisi tersebut maka kondisi ikan Tongkol (Euthynnus affinis) yang didaratkan di pasar higenis Kota Ternate “kurang pipih. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (1979) bahwa ada kriteria untuk penunjukkan kondisi tubuh ikan yaitu dengan kriteria dengan nilai  3 – 4 menunjukkan bahwa ikan tersebut agak pipih dan nilai 1 – 2 menunjukkan ikan kurang pipih.

V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dan menyusun laporan ini yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut :
1.        Pengukuran panjang Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) diperoleh ukuran panjang ikan terendah dengan nilai 155 mm atau 15,5 cm, sedangkan nilai panjang tertinggi pada nilai 320 mm atau 32 cm. Selanjutnya kelas pengukuran berat tubuh ikan tongkol dengan berat terendah 50 gr sedangkan berat  tertinggi  pada nilai 600 gr. Jumlah ikan pada kelas panjang total terbesar didapat pada kelas ukuran 239266 mm sebanyak 8 individu sementara yang terendah pada kelas panjang total 295322 mm sebanyak 2 individu ikan. Sedangkan jumlah ikan pada kelas berat ikan terbesar didapat pada kelas berat 50141 gr sebanyak 17 individu sementara yang terendah pada kelas panjang total 510 – 061 sebanyak 1 individu ikan. Selain itu terdapat 2 kelas yang tak memiliki individu yaitu 326418 mm dan 418 – 509.
2.      Hubungan panjang berat ikan Tongkol (Euthynnus affinis) yang diperoleh dari pasar higienis Kota Ternate mengikuti persamaan
 , dengan koefisien determinasi
 . Sehingga didapat nilai b adalah 2,79 setelah dilakukan uji t pada selang kepercayaan 95%, dan diputuskan bahwa nilai b = 3 jadi pola pertumbuhan ikan tongkol yang didaratkan di pasar higenis Kota Ternate adalah pertumbuhan isometrik, dimana pertambahan panjang dan beratnya seimbang.
3.      Nilai faktor kondisi ikan Tongkol (Euthynnus affinis) adalah 1,439 yang menunjukan kondisi ikan Tongkol (Euthynnus affinis) yang didaratkan di pasar higenis Kota Ternate “kurang pipih.
5.2. Saran
Pada praktikum ini dilaksanakan di Desa Tuada Kec. Jailolo sehingga mahasiswa mengeluarkan biaya yang cukup banyak. Sementara praktikum ini dapat dilakukan di tempat yang dekat dengan biaya yang kecil. Saran penulis, untuk praktikum yang selanjutnya sebaiknya dipertimbangkan lokasi praktikum yang sesuai dengan kondisi keuangan mahasiswa yang melakukan praktikum.   
 
 

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, R. 1985. Ekologi Ikan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya, Malang.
Adisanjaya, N. 2010. Potensi, Produksi Sumberdaya Ikan di Perairan Laut Indonesia dan Permasalahannya. Paper pada Seminar Potensi Hasil Perikanan Indonesia. 25 Oktober 2010. LIPI. Jakarta. 22 hal.
Alamsyah, Z. 1974. Ikhtiologi Sistematika (Ichtyologi I). PPM. PT. ITB. Bogor. 183 halaman.
Collette, B., S.K. Chang., W. Fox., J.M. Jorda., N. Miyabe., R. Nelson., dan Y. Uozumi. 2011. Euthynnus affinis. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3 [Terhubung Berkala]. www.iucnredlist.org
Dahlan,  Muh. Arifin. 2012. Keragaman Populasi dan Biologi Reprosuksi ikan nila (Ethynnus pelamis) 1841) di Selat Makassar sungai dan danau Bone. Universitas Hasanuddin. Makasar.
Effendie, H., 2002. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan   Lingkungan Perairan. Kanisius; Yogyakarta.
Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. 112 hlm.
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara. 163 hlm.
Fishbase. 2014. Euthynnus affinis. [terhubung berkala]. http://www. fishbase. org/ species summary.htm. [10 Novermber 2014].
Frose, R. & Torres, 2006. Fishes under threat: ananalysis of the fishes in the IUCN red Lis.
Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2014. Species Fact Sheets: Euthynnus affinis (Cantor, 1849). FAO Fisheries and Aquaculture Department.
Hela, I., dan T. Laevastu. 1961. The Influence of Temperatur on the Behaviour of Fish. Archivum Societatis Zoologicae Botanicaae Fennicae Vanamo. 15 (5) : 83-103.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2010. Buku Tahunan Statistik Perikanan Tangkap Indonesia. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 8 hal.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Rancangan Undang-Undang Kelautan. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 50 hal.
Masyahoro, A. 2009. Model Simulasi Numerik Hubungan Panjang Bobot Ikan Tongkol (Auxis thazard) Pada Pangkalan Pendaratan Ikan Labuan Bajo Kabupaten Donggala. Jurnal Agroland. 16 (3): 274–282.
Merta, I.G.S. 1993. Hubungan panjang–berat dan faktor kondisi ikan lemuru, Sardinella lemuru Bleeker, 1853 dari perairan Selat Bali. Jurnal Penelitian Perairan Laut. 73 : 35 - 44.
Muchlisin dkk. 2014. Hubungan Panjang Berat Dan Faktor Kondisi Tiga Spesies Cumi Hasil Tangkapan Nelayan Di Perairan Laut Aceh Bagian Utara.  Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik Vol. 16, No. 2 : 72 – 77.
Mulfizar., A. Zainal., Muchlisin., dan D. Irma. 2012. Hubungan panjang berat dan faktor kondisi tiga jenis ikan yang tertangkap di perairan Kuala Gigieng, Aceh Besar, Provinsi Aceh. Jurnal Depik Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 1 (1): 1-9.
Mustafa, Hasan. 2000. Teknik Sampling Bandung: Alfabeta.
NSW Government. 2008. Mackerel Tuna (Euthynnus affinis). Wild Fisheries research Program: Status of Fisheries Resources in New South Wales. 9: 195-196.
Okgermen, H. 2005. Seasonal variation of the length weight and condition factor of Rudd (Scardinius erythrophthalmus L) in Spanca Lake. International Journal of Zoological Research, 1 (1): 6-10.
Oktaviani, A. 2008. Studi Keragaman Cacing Parasitik pada Saluran Pencernaan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) dan Ikan Tongkol (Euthynnus spp.). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51 hal.
Prihatini, Ambar. 2006. Analisis Tampilan Biologis ikan nila(oreochromis) Hasil Panen budidaya ikan nila. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Ricker WE. 1975. Computation and interpretation of biologycal statistic of fish population. Bull. Fish. Resh. Bd. Can. 283 p.
Yasidi, F.,Aslan L.M, Asriyana., Rosmawati, 2005. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Haluoleo. Kendari.
Yesaki, M., 1994. A review of the biology and fisheries of kawakawa (Euthynnus affinis) in the Indo-Pacific region. Interactions of Pacific tuna fisheries, vol. 2 papers on biology and fisheries, processing of the first FAO expert consultation on interactions of Pacific tuna fisheries 3-11. 336 (2): 388-408.
Zamani, N. 2011. Strategi Pengembangan Pengelolaan Sumberdaya Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) pada Ekosistem Terumbu Karang di Kepulauan Seribu. Jurnal Saintek Perikanan 6 (2) : 38-51.
 

            
 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENGARAHAN

SISTEM PENCERNAAN PADA IKAN

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air : OSMOREGULASI PADA IKAN NILA DENGAN PENGARUH PEMBERIAN SALINITAS YANG BERBEDA