MAKALAH EKOSISTEM MANGROVE



MAKALAH
EKOSISTEM MANGROVE









TAUFIQ ABDULLAH
0517 1511 027




PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Ekosistem Mangrove.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.

                                                                                     



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
B.     Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A.   Deskripsi Mangrove
B.   Klasifikasi
C.   Karakteristik Morfologi dan Fisiologi Tumbuhan Mangrove
D.   Habitat dan Distribusi
E.   Jenis – Jenis Mangrove
F.   Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove
G.  Vegetasi Di Kawasan Mangrove
H.  Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Vegetasi Mangrove
I.   Zonasi Mangrove
J.   Permasalahn Penyebab Kerusakan Mangrove

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
B.     Saran

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi Mangrove
Kata mangrove merupakan kombinasi antara kata mangue (bahasa Portugis) yang berarti tumbuhan dan grove (bahasa Inggris) yang berarti belukar atau hutan kecil (Arief, 2003). Menurut Steenis (1978) dalam Rahmawaty (2006) mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut. Sementara menurut Nybakken (1992) dalam Rochana (2010) bahwa hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada perairan asin.
Kathiresan dan Bingham (2001) dalam Taher (2011) mendefinisikan hutan mangrove sebagai hutan yang tumbuh pada tanah lumpur di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Avicennia sp, Sonneratia sp, Rhizophora sp, Bruguiera sp, Ceriops sp, Lumnitzera sp, Excoecaria sp, Xylocarpus sp, Aegiceras sp, Scyphyphora sp dan Nypa sp.
Ezwardi (2009) menyatakan bahwa hutan mangrove disebut sebagai hutan payau atau bakau. Hutan mangrove ini dianggap sebagai salah satu ekosistem yang khas, menempati habitat pada garis pantai daerah tropis.
B. Klasifikasi
Setyawan, dkk, (2002) menyatakan secara taksonomi tumbuhan mangrove diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales, Myrtales
Family: Acanthaceae, Sonneratiaceae, Rhizophoraceae, Arecaceae
Genus: Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Nypa


C. Karakterisik Morfologi dan Fisiologi Tumbuhan Mangrove
Morfologi dan struktur ekosistem mangrove dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
Gambar Morfologi dan Struktur Ekosistem Mangrove (Sumber: Solihah, 2011).
Ciri-ciri tumbuhan mangrove menurut Setyawan, dkk, (2002) adalah sebagai berikut :
a.         Tumbuhan berpembuluh (vaskuler).
b.        Menggunakan air garam sebagai sumber air, daun keras, tebal, mengkilat, sukulen, memiliki jaringan penyimpan air dan garam.
c.         Mencegah masuknya sebagian besar garam ke dalam jaringan dan dapat mengekskresi atau menyimpan kelebihan garam.
d.        Menghasilkan biji yang berkecambah saat masih di pohon induk (vivipar) dan dapat tumbuh dengan cepat setelah jatuh dari pohon, serta dapat mengapung.
e.         Akar dapat tumbuh pada tanah anaerob.
f.         Memiliki struktur akar tertentu (pneumatofora) yang menyerap oksigen pada saat surut dan mencegah kelebihan air pada saat pasang.
Karakteristik yang menarik dari spesies mangrove dapat dilihat dari sistem perakaran dan buah. Tanah pada habitat mangrove adalah anaerobik  (hampa udara) bila berada di bawah air. Beberapa species memiliki sistem perakaran khusus yang disebut akar udara yang cocok untuk kondisi tanah yang anaerobik.
Ada beberapa tipe perakaran yaitu, akar tunjang, akar napas, akar lutut, dan akar papan baner. Semua spesies mangrove memproduksi buah yang biasanya disebarkan melalui air. Ada beberapa macam bentuk buah, seperti berbentuk silinder (Rhizophoraceae), bulat (Sonneratia dan Xylocarpus) dan berbentuk kacang (Avicenniaceae).


·           Sistem akar
Pohon mangrove memiliki sistem perakaran yang khas. Bentuk perakaran tumbuhan mangrove yang khas tersebut adalah sebagai berikut (Onrizal, 2008):
1.        Akar pasak (Pheumatophore)
Akar pasak berupa akar yang muncul dari sistem akar kabel dan memanjang keluar ke arah udara seperti pasak, contonya pada Avicennia, Xylocarpus, dan Sonneratia.
2.        Akar lutut (knee root)
Akar lutut merupakan modifikasi dari akar kabel yang pada umumnya tumbuh ke arah permukaan substrat kemudian melengkung menuju ke substrat lagi, contohnya pada Bruguiera spp.
3.        Akar tunjang (stilt root)
Akar tanjung merupakan akar (cabang – cabang akar) yang keluar dari batang dan tumbuh ke dalam substrat,contonya Rhizophora spp.
4.        Akar papan (buttress root)
Akar papan hampir sama dengan akar tanjung tetapi akar ini melebar menjadi bentuk lempeng, mirip struktur silet, contohnya Heritiera
5.        Akar gantung (aerial root)
Akar gantung adalah akar yang tidak bercabang yang muncul dari batang atau cabang bagian bawah tetepi biasanya tidak mencapai substrat, contonya Rhizophora, Avicennia, dan Acanthus.
Bentuk – bentuk pengakaran yang sering dijumpai di hutan mangrove dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar Bentuk – bentuk pengakaran yang sering dijumpai di hutan mangrove. (a) akar tunjang, (b) akar lutut, (c) akar pasak, (d) akar papan (Onrizal, 2008).


·           Daun
Daun merupakan organ yang penting pada tumbuhan dan pada umumnya, setiap tumbuhan mempunyai sebagian besar daun. Daun hanya terdapat pada bagian batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku (nodus), dan tempat di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis melebar dan kaya akan klorofil, oleh karena itu daun mangrove biasanya berwarna hijau (Tjitrosoepomo, 1989).
Bentuk daun mangrove tipe lanceloate contohnya adalah Acanthus ilicifolius, Avicennia alba, Nypa fruticans. Bentuk daun elliptical contohnya dari famili Euphorbiaceae adalah Excoecaria agallocha, Avicennia marina, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Heritiera littoralis. Bentuk daun oval contohnya Sonneratia caseolaris. Bentuk daun obovate contohnya Ceriops tagal, Xylocarpus granatum, Sonneratia alba, Aegiceras corniculatum, Ceriops decandra, Lumnitzera racemosa. Bentuk daun tipe cordate adalah Hibisscus tiliaceus, Thespesia populnea (Hidayat, 1994).  
·           Buah
Semua jenis mangrove menghasilkan buah yang penyebarannya dilakukan oleh air (arus). Bentuk-bentuk buah tersebut antara lain berbentuk bola, biji buncis, dan silinder atau tongkat. Avicennia memiliki bentuk buah seperti biji buncis, Aegiceras buahnya berbentuk silinder dan Nypa memiliki buah yang bertipe cryptovivipar, yaitu kecambahnya masih terbungkus oleh kulit buah sebelum lepas dari tanaman induknya. Buah Sonneratia dan Xylocarpus berbentuk seperti bola yang terdiri dari perkecambahan normal (Noor dkk, 1999).
D. Habitat dan Distribusi
Hutan mangrove menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika. Luas hutan mangrove di Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Nontji, 1987).
E. Jenis – Jenis Mangrove
Sejauh ini di Indonesia tercatat setidaknya 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis efipit, dan 1 jenis paku. Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis ditemukan sebagai mangrove sejati, sementara jenis lain ditemukan disekitar mangrove dan dikenal sebagai mangrove ikutan (Noor dkk, 2006).
Yang termasuk mangrove sejati menurut Noor dkk (2006), meliputi : Acanthaceae; Pteridaceae, Plumbaginaceae, Myrsinaceae, Laranthaceae, Avicenniaceae, Rhizophorzceae, Bombacaceae, Euphorbiaceae, Asclepiadaceae, Sterculiaceae, Combretaceae, Arecaceae, Nyrtaceae, Lythraceae, Rubiaceae, Sonneriatiaceae, Meliaceae. Sedangkan untuk mangrove tiruan meliputi : Lecythidaceae, Guttiferae, Apocynaceae, Verbenaceae, Leguminosae, Malvaceae, Convolvulaceae, Melastomataceae.
Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis yang palng banyak di temukan adalah Avicennia sp., Rhizophora sp., Bruguiera sp. dan Sonneratia sp. Jenis – jenis mangrove ini merupakan kelompok mangrove yang menangkap, menahan endapan dan menstabilkan atanah habitatnya (Irwanto, 2006).
Gambar Jenis Mangrove yang banyak ditemukan di Indonesia
(Sumber: Noor, dkk, 2006)

F. Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove
Menurut Arief (2003) bahwa kawasan mangrove mempunyai beberapa keterkaitan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai penyedia bahan pangan, papan, dan kesehatan, serta lingkungan dibedakan menjadi lima fungsi :
1. Fungsi fisik kawasan mangrove adalah sebagai berikut :
a.       Menjaga garis pantai agar tetap stabil.
b.      Melindungi pantai dan tebing sungai dari proses erosi atau abrasi, serta menahan atau menyerap tiupan angin kencang dari laut ke darat.
c.       Menahan sedimen secara periodik sampai terbentuk lahan baru.
d.      Kawasan penyangga proses intrusi atau rembesan air laut ke darat, atau sebagai filter air asin menjadi tawar.
2. Fungsi kimia kawasan mangrove adalah sebagai berikut :
a.       Tempat terjadinya proses daur ulang yang menghasilkan oksigen.
b.      Penyerap karbondioksida.
c.       Pengolah bahan-bahan limbah hasil pencemaran industri dan kapal-kapal di lautan.
3. Fungsi biologis kawasan mangrove adalah sebagai berikut :
a.       Penghasil bahan pelapukan yang merupakan sumber makanan penting bagi invertebrata kecil pemakan bahan pelapukan (detritus), yang kemudian berperan sebagai sumber makanan bagi hewan yang lebih besar.
b.      Kawasan pemijah atau asuhan (nursery ground) bagi udang, ikan, kepiting, kerang dan sebagainya.
c.       Kawasan untuk berlindung, bersarang, serta berkembang biak bagi burung dan satwa lain.
d.      Sumber plasma nutfah atau sumber genetika.
e.       Habitat alami bagi berbagai jenis biota darat dan laut lainnya.
4. Fungsi ekonomi kawasan mangrove adalah sebagai berikut :
a.       Penghasil kayu, misalnya kayu bakar, arang, serta kayu untuk bahan bangunan dan perabot rumah tangga.
b.      Penghasil bahan baku industri, misalnya pulp, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, alkohol, penyamak kulit, kosmetika, dan zat warna.
c.        Penghasil bibit ikan, udang, kerang, kepiting, telur burung, dan madu.
5. Fungsi lain (wanawisata) kawasan mangrove adalah sebagai berikut :
a.       Kawasan wisata alam pantai dengan keindahan vegetasi dan satwa, serta berperahu di sekitar mangrove.
b.      Tempat pendidikan, konservasi, dan penelitian.

G. Vegetasi di Kawasan Mangrove
Menurut Nontji (1987) dalam Thalib (2008) bahwa vegetasi mangrove di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia, seluruhnya tercatat 89 spesies yang terbagi menjadi 35 jenis pohon, 5 jenis palem, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit dan 2 jenis parasit. Beberapa jenis mangrove yang dijumpai di pesisir Indonesia adalah bakau (Rhizophora sp), api-api (Avicennia sp), bogem (Sonneratia sp), tancang (Bruguiera sp), nyirih (Xylocarpus sp), tengar (Ceriops sp), dan buta-buta (Excoecaria sp).
Formasi hutan mangrove terdiri atas empat genus utama, yaitu Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, dan Bruguiera (Nybaken, 1993), terdapat pula Aegiceras, Lumnitzera, Acanthus illicifolius, Acrosticum aureum, dan Pluchea indica. Pada perbatasan hutan mangrove dengan rawa air tawar tumbuh Nypa fruticans dan beberapa jenis Cyperaceae (Setyawan, dkk, 2002).

H. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Vegetasi Mangrove
Kusmana (2005) dalam Taher (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor lingkungan yang mendukung/ mempengaruhi mangrove (struktur vegetasi, komposisi dan distribusi spesies, pola pertumbuhan, serta zonasi) yakni sebagai berikut:
1. Topografi pantai
Topografi pantai merupakan faktor penting yang mempengaruhi karakteristik struktur vegetasi, komposisi spesies, distribusi spesies dan ukuran serta luas mangrove. Semakin datar pantai dan semakin besar pasang surut maka semakin lebar mangrove yang tumbuh.
2. Angin
Angin berpengaruh terhadap gelombang dan arus pantai, yang dapat menyebabkan abrasi dan mengubah struktur vegetasi mangrove, meningkatkan evapotranspirasi dan angin kuat dapat menghalangi pertumbuhan dan menyebabkan karakteristik fisiologis abnormal, tetapi angin diperlukan untuk penyebaran benih tanaman.
3. Pasang surut
Pasang surut menentukan zonasi dan komunitas flora dan fauna mangrove. Durasi pasang surut berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas pada areal mangrove. Perubahan tingkat salinitas pada saat pasang merupakan salah satu faktor yang membatasi distribusi spesies mangrove terutama distribusi horizontal. Pada area yang selalu tergenang hanya Rhizophora sp, yang tumbuh baik, sedangkan Bruguiera sp, dan Xylocarpus sp, jarang mendominasi daerah yang sering tergenang.
4. Suplai air tawar dan salinitas
Suplai air tawar dan salinitas merupakan faktor penting dari pertumbuhan, vegetasi, daya tahan dan zonasi spesies mangrove. Kusmana (2005) dalam Taher (2011) menyatakan bahwa kisaran salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove untuk tumbuh berkisar antara 10‰-30‰. Beberapa spesies dapat tumbuh didaerah dengan salinitas yang tinggi. Menurut Dahuri (2003) bahwa spesies vegetasi mangrove memiliki mekanisme adaptasi yang tinggi terhadap salinitas, namun bila suplai air tawar tidak tersedia, hal ini akan meyebabkan kadar garam dalam tanah dan air mencapai kondisi ekstrim sehingga mengancam kelangsungan hidup mangrove. Faktor yang mempengaruhi fluktuasi salinitas yaitu pola sirkulasi air, ketersediaan dan pasokan air tawar, penguapan, curah hujan, dan aliran sungai (Nontji, 2003).
5. Suhu
Suhu berperan penting dalam proses fisiologi yang dapat mempengaruhi proses-proses dalam suatu ekosistem mangrove seperti fotosintesis dan respirasi. Aksornkoae (1993) dalam Taher (2011) mengemukakan bahwa tinggi rendahnya suhu pada habitat mangrove disebabkan oleh intensitas cahaya matahari yang diterima oleh badan air, banyak sedikitnya volume air yang tergenang pada habitat mangrove, keadaan cuaca, dan ada tidaknya naungan (penutupan) oleh tumbuhan. Kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan mangrove adalah 18-30oC (Saenger, 1979 dalam Setyawan, dkk, 2002).
6. Derajat Keasaman (pH) tanah
Nilai pH didefinisikan sebagai logaritma dari aktivitas-aktivitas ion hidrogen. Derajat keasaman tanah mempengaruhi transportasi dan keberadaan nutrien yang diperlukan tanaman. Arief (2003) mengatakan bahwa jenis tanah banyak dipengaruhi oleh keasaman tanah yang berlebihan, yang mengakibatkan tanah sangat peka terhadap terjadinya proses biologi. Jika keadaan lingkungan berubah dari keadaan alaminya, keadaan pH tanah juga akan dapat berubah. Proses dekomposisi bahan organik pada umumnya akan mengurangi suasana asam. Menurut Murdiyanto (2003) dalam Kristoper (2011) bahwa umumnya pH tanah tmangrove berkisar antara 6-7, kadang-kadang turun menjadi lebih rendah dari 5.
7. Substrat
Substrat mangrove dibentuk oleh akumulasi sedimen yang berasal dari pantai dan erosi hulu sungai. Secara umum hutan mangrove dapat tumbuh pada berbagai macam substrat (tanah berpasir, lempung, tanah lumpur, tanah lumpur berpasir, tanah berbatu dan sebagainya). Dahuri (2001) mengemukakan bahwa mangrove dapat tumbuh pada berbagai jenis substrat yang bergantung pada proses pertukaran air untuk memelihara pertumbuhan mangrove. Soeroyo (1993) dalam Bahri (2007) menyatakan bahwa Rhizophora dapat tumbuh baik pada substrat yang dalam/tebal dan berlumpur.
Menurut Irwanto (2006) bahwa tanah mangrove merupakan tanah alluvial yang dibawa sebagai sedimen dan diendapkan oleh sungai dan laut. Tanah ini dapat diklasifikasikan sebagai pasir (sand), lumpur/debu halus (silt) dan lempung/tanah liat (clay). Tanah disusun oleh ketiganya dengan komposisi berbeda-beda, sedangkan lumpur (mud) merupakan campuran dari lumpur halus dan lempung yang keduanya kaya bahan organik (detritus).
I. Zonasi Mangrove
Pertumbuhan komunitas vegetasi mangrove secara umum mengikuti suatu pola zonasi. Pola zonasi berkaitan erat dengan faktor lingkungan seperti tipe tanah, keterbukaan terhadap hempasan gelombang, salinitas, serta pengaruh pasut (Dahuri, 2003). Jalur – jalur atau zonasi vegetasi hutan mangrove disebutkan secara berurutan dari ang paling dekat dengan laut ke arah darat sebagai berikut (Indriyanto, 2006):
1.        Jalur padada yang terbentuk oleh spesies tumbuhan Avicennia sp. dan Sonneratia sp.
2.        Jalur bakau yang terbentuk oleh spesies tumbuhan Rhizophora sp. dan kadang - kadang Bruguiera sp., Ceriops sp., dan Xylocarpus sp.
3.        Jalur tancang yang terbentuk oleh spesies tumbuhan Bruguiera sp. dan kadang – kadang Kandelia sp., Xylocarpus sp., dan Aegiceras sp.
4.        Jalur transisi antara hutan payau dengan hutan rendah yang umumnya adalah hutan nipah dengan spesies Nypa fruticans
Gambar Zonasi vegetasi Mangrove (White dkk, 1989 dalam Noor dkk, 2006)
J. Permasalahn Penyebab Kerusakan Mangrove
Terkait dengan faktor-faktor penyebab kerusakan ekosistem mangrove, Kusmana (2003) menambahkan ada tiga faktor utama penyebab kerusakan mangrove, yaitu (1) pencemaran, (2) konversi hutan mangrove yang kurang memperhatikan faktor lingkungan dan (3) penebangan yang berlebihan. Selain itu kerusakan mangrove menurut Tirtakusumah (1994), juga disebabkan oleh Faktor alam, seperti : banjir, kekeringan dan hama penyakit, yang merupakan faktor penyebab yang relatif kecil. Faktor penyebab yang relatif besar adalah kegiatan Manusia.


Penebangan yang berlebihan
Kegiatan penebangan untuk pemanfaatan kayu bakar atau kegiatan lainnya ini secara langsung akan berdampak pada kerusakan ekosistem mangrove.
Gambar penebangan pohon mangrove yang berlebihan
Konservasi menjadi lahan perikanan yang berlebihan
Kegiatan perikanan yang dilakukan dilahan mangrove adalah kegiatan budidaya perairan payau yang mana sebagian besar kegiatan ini mengkonfersi lahan mengrove menjadi petakan -  petakan tambak. Hal ini pula dapat merusak mangrove.
Gambar Mangrove yang dikonfersi menjadi tambak
Reklamasi
Reklamasi merupakan kegiatan pembangunan diwilayah pesisir yang menutupi laut untuk pengadaan atau pembuatan daratan. Kegiatan reklamasi dapat merusak mangrove karena lahan yang di buatkan daratan sebagian besar merupakan lahan mangrove.
Gaambar Reklamasi di lahan Mangrove.
Pencemaran limbah minyak
            Pencemaran minyak di wilayah ekosistem pesisir terurama ekosistem mangrove akan menyebabkan kematian pada mangrove.
Gambar tumpahan minyak pada ekosistem mangrove
Pembuangan sampah padat
Pembuangan sampah padat memungkinan terlapisnya pneumatofora yang akan mengakibatkan kematian pohon-pohon mangrove karena karakteristik sampah padat yang tidak mudah terurai.
Gambar pencemaran sampah padat di ekosistem Mangrove


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penyusunan makalah di atas dapat saya simpulkan antara lain sebagai berikut :
1.        Mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada perairan asin.
2.        Mangrove menpunyai 5 sistem akar  akar pasak (pheumatophore), akar lutut (knee root), akar tunjang (stilt root), akar papan (buttress root), dan akar gantung (aerial root). Selain itu juga mempunyai buah, daun, dan batang.
3.        Fungsi mangrove diantaranya fungsi fisik; fungsi biologis; fungsi kimia; dan fungsi ekonomi.
4.        Faktor pembatas pertumbuhan mangrove diantaranya topografi pantai, salinitas, aliran air masuk, suhu, ph, substrat, pasut, dan angin.
5.         kerusakan mangrove disebabkan oleh Faktor alam, seperti : banjir, kekeringan dan hama penyakit, yang merupakan faktor penyebab yang relatif kecil. Faktor penyebab yang relatif besar adalah kegiatan Manusia.
B. Saran
Manusia tidak luput dari keslahan dan rasa khilaf. Barangkali hanya ini yang dapat saya ungkapkan. Jika ada kesalahan materi maupun merugikan pihak-pihak tertentu saya meminta kritik dan sarannya, kritik maupun sarannyan sangatlah penting untuk pengintrospesikan diri melengkapi makalah ini. Terima kasih.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENGARAHAN

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air : OSMOREGULASI PADA IKAN NILA DENGAN PENGARUH PEMBERIAN SALINITAS YANG BERBEDA

SISTEM PENCERNAAN PADA IKAN