makalah : K A L I M A T
Tugas:Bahasa Indonesia
MAKALAH
KALIMAT
KELOMPOK 3
NAMA :
1.
MAHARANI HARYONO
2.
SITI KHOTIJAH
3.
HARDI ABBAS
4.
RAFDI FARHAN A.T
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kalimat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari
rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Atas
perhatiannya kami ucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kalimat
B.
Unsur - Unsur Kalimat
C.
Pola Kalimat
D.
Jenis – Jenis
Kalimat
E.
Kalimat Efektif
F.
Kesalahan Dalam
Kalimat
BAB III : PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam dunia pendidikan, kita telah mengenal yang namanya “kalimat”. Kalimat
sering kita nyatakan dengan tulisan maupun tulisan. Kalimat juga sering
disampaikan dalam berbagai Bahasa.
Dalam kegiatan sehari – hari, kita sering menjumpai kalimat, seperti
kalimat dalam berita pagi, kalimat dalam buku yang kita baca, kalimat dari buku
harian kita, dan sebagainya. Kalimat yang kita jumpai ini tersusun oleh kata dan frasa atau kelompok kata.
Pada kesempatan kali ini, Kami akan menyusun sebuah makalah Bahasa
Indonesia mengenai “Kalimat”.
B.
Tujuan
Penyususnan
makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami bagaimana cara pengungkapan
dan penulisan kalimat secara tepat dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kalimat.
Ada beberapa
pengertian, yaitu sbb:
o
Kalimat adalah
satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan makna yang lengkap.
o
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam
wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
o
Kalimat menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) adalah :
Ø
kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu
konsep pikiran dan perasaan
Ø
perkataan
Ø
satuan bahasa yang secara relatif
berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun
potensial terdiri atas klausa.
B.
Unsur – Unsur Kalimat
1.
Subjek
Subjek adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh
penulis. Subjek dapat berbentuk kata benda, frasa kata benda, atau kata kerja. Contoh:
·
Rafi sedang membaca. (kata benda)
·
Pacar Rafi cantik. (frasa kata benda)
·
Memancing hobi Rafi. (kata kerja)
2.
Predikat
Predikat
adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis tentang
subjek. Predikat biasanya berbentuk kata kerja, frasa kata kerja, frasa numeral
(bilangan), kata benda, frasa kata benda, frasa preposisi (kata depan), kata
sifat, atau frasa kata sifat. Contoh:
·
Opick makan. (kata kerja)
·
Opick sedang makan. (frasa kata kerja)
·
Adik Opick tiga orang. (frasa numeral)
·
Opick pengusaha. (kata benda)
·
Opick pengusaha properti. (frasa kata benda)
·
Opick ke kantor. (frasa preposisi)
·
Opick tampan (kata sifat)
·
Opick tampan sekali (frasa kata sifat)
3.
Objek
Objek adalah
bagian kalimat yang melengkapi kata kerja. Objek dapat berbentuk kata benda
atau frasa kata benda. Bagian kalimat ini terletak setelah predikat berkata kerja
aktif transitif (-kan, -i, me-). Contoh:
·
Opick mencintai Maya. (kata benda)
·
Opick telah memasukkan laptop barunya ke dalam
tas itu. (frasa kata benda)
·
Opick memerankan Sang Kodok. (frasa kata benda)
4.
Pelengkap
Pelengkap
atau komplemen sering disamakan dengan objek. Padahal, pelengkap beda dengan
objek karena tidak dapat menjadi subjek jika kalimat dipasifkan. Pelengkap
mengikuti predikat yang berimbuhan ber-, ter-, ber-an, ber-kan, dan kata-kata
khusus (merupakan, berdasarkan, dan menjadi). Contoh:
·
Opick bertubuh kekar.
·
Opick tersandung batu.
·
Opick bercucuran keringat.
·
Kamar Opick berhiaskan lampu warna-warni.
·
Opick merupakan warga negara Korea.
·
Keputusan Opick berdasarkan hukum.
·
Opick menjadi manajer.
5.
Keterangan
Keterangan
adalah bagian kalimat yang berfungsi meluaskan atau membatasi makna subjek atau
predikat. Contoh:
·
Opick tinggal di Jakarta.
·
Setiap hari Sabtu Opick berwisata kuliner.
Ada dua ciri
keterangan. Pertama, posisinya dapat dipindahkan ke awal, tengah, atau
akhir kalimat. Contoh:
·
Opick menonton berita politik dengan serius.
·
Opick dengan serius menonton berita politik.
·
Dengan serius Opick menonton berita politik.
Kedua, keterangan
dapat berupa keterangan tambahan, keterangan pewatas, atau keterangan aposisi. Contoh:
·
Opick, yang menjabat Direktur Keuangan PT Morat-Marit,
adalah warga negara Korea. (konstruksi yang sebagai keterangan tambahan)
·
Opick yang menjabat Direktur Keuangan PT Morat-Marit
adalah warga negara Korea. (konstruksi yang sebagai keterangan pewatas)
·
Opick, Direktur Keuangan PT Morat-Marit, adalah warga
negara Korea. (Direktur Keuangan PT Morat-Marit sebagai keterangan aposisi)
C.
Pola Kalimat
1.
Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki
unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata
kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
·
Mereka / sedang berenang. = S / P (Kata Kerja)
·
Ayahnya / guru SMA. = S / P (Kata Benda)
·
Gambar itu / bagus.= S / P (Kata Sifat)
·
Peserta penataran ini / empat puluh orang. = S / P
(Kata Bilangan)
2.
Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki
unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal.
Misalnya:
·
Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. = S / P /
O
3.
Kalimat Dasar Berpola S P
Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki
unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina
atau adjektiva. Misalnya:
·
Anaknya / beternak / ayam. = S / P / Pel.
4.
Kalimat Dasar Berpola S P O
Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki
unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa
nominal, predikat berupa verba transitif, objek berupa nomina atau frasa
nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
·
Dia / mengirimi / saya / surat. = S / P / O / Pel.
5.
Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki
unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan
oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
·
Mereka / berasal / dari Surabaya. = S / P / K
6.
Kalimat Dasar Berpola S P O
K
Kalimat dasar tipe ini memiliki
unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa
nomina, predikat berupa verba transitif, objek berupa nomina atau frasa
nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
·
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari. = S / P
/ O / K
7.
Kalimat Dasar Berpola S P
Pel. K
Kalimat dasar tipe nomina atau
adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya
·
Ungu / bermain / musik / di atas panggung. = S /
P / Pel. / K
8.
Kalimat Dasar Berpola S P O
Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki
unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina
atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau
frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan
berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
·
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan. = S /
P / O / Pel. / K
D.
Jenis – Jenis Kalimat
1. Berdasarkan
Pengucapan
a. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan
ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang memberitakan
bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai
dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat
perintah.
Contoh:
§ Ibu
berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
§ “Saya
gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.
b. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau
perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan
tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
–
Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus
ujian.
–
Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
2. Berdasarkan
Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
a.
Kalimat Tunggal
Kallimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola
(klausa) yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal
merupakan kalimat dasar sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang dapat
dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga
ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud
adalah:
ü
KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh: Victoria bernyanyi
.
S
P
ü
KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
Contoh: Ika sangat rajin
.
S
P
ü
KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
Contoh: Masalahnya seribu satu.
.
S
P
Kalimat
tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
o Kalimat
nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh : Saya siswa kelas VI.
o Kalimat
verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh : Adik bernyanyi.
b. Kalimat
Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling
berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan
atas 3 jenis, yaitu:
1) Kalimat
Majemuk Setara (KMS)
Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan
tiap kalimat sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa bagian, yaitu :
§ KMS
Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan
atau serta. Contoh:
–
Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
–
Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.
§
KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang
dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan, namun, melainkan.
Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan. Contoh:
–
Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang
termasuk negara yang sudah maju.
–
Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.
§
KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal
yang dihubungkan oleh kata atau. Contoh:
–
Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
–
Aku atau dia yang akan kamu pilih.
§
KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal
dihubungkan dengan kata bahkan. Contoh:
–
Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik
hati.
–
Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia
disiksa dengan sadis.
§ KMS
yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu
dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan. Contoh:
–
Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat
SD, kemudian disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP.
2) Kalimat
Majemuk Bertingkat (KMB)
Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu
suku kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan
yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti
gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah
kedudukakannya disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).
Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat
majemuk bertingkat, yaitu:
a.
Waktu : ketika, sejak
b.
Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu
c.
Akibat: hingga, sehingga, maka
d.
Syarat: jika, asalkan, apabila
e.
Perlawanan: meskipun, walaupun
f.
Pengandaian: andaikata, seandainya
g.
Tujuan: agar, supaya, untukbiar
h.
Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah
i.
Pembatasan: kecuali, selain
j.
Alat: dengan+ katabenda: dengan tongkat
k.
Kesertaan: dengan+ orang
Contoh:
–
Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat
modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Induk
kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak
kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
3) Kalimat
Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat atau kebalikannya. Contoh:
–
Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung
pulang.
3. Berdasarkan
Isi atau Fungsinya
a.
Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan
perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya
diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk
lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi. Macam-macam kalimat
perintah :
a.
Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh : Gantilah bajumu !
b.
Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !
c.
Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong,
silahkan.
Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !
b.
Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan
sesuatu. Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam
pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang
untuk memberikan tanggapan. Macam-macam kalimat berita :
a)
Kalimat berita kepastian
Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
b)
Kalimat berita pengingkaran
Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
c)
Kalimat berita kesangsian
Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
d)
Kalmat berita bentuk lainnya
Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
c.
Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh
suatu informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri
dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan
intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana,
berapa, kapan. Contoh:
–
Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan
disainnya?
–
Kapan Taufiq Abdullah kembali ke Inggris?
d.
Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk
mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya
ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda
seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya. Contoh:
–
Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
–
Bukan main, eloknya.
4. Berdasarkan
Unsur Kalimat
a.
Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari
satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam
kalimat lengkap. Contoh :
–
Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
S
P
K
b.
Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna
karena hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau
keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam,
perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman. Contoh:
–
Selamat sore
–
Silakan Masuk!
5. Berdasarkan
Susunan S-P
a.
Kalimat Inversi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului
subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang
akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata
atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk
penekanan atau ketegasan makna. Contoh:
–
Ambilkan koran di atas kursi itu!
. P
S
b.
Kalimat Versi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur
kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K). Contoh:
–
Penelitian ini dilakukan mereka sejak
2 bulan yang lalu.
.
S
P
O
K
6. Berdasarkan
Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
a.
Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun
dengan diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan
(anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh
penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna
lengkap. Contoh;
–
Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus
ujian sarjana.
b.
Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun
dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum
dapat dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai,
terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu,
penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan. Contoh:
–
Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke
kantornya.
c.
Kalimat Yang Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk
setara dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan
kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri. Contoh:
–
Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing
dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
7. Berdasarkan
Subjeknya
a.
Kaliamat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan
suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata
kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus
(kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja),
misalnya pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum). Contoh:
–
Mereka akan berangkat besok pagi.
Kalimat aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:
1)
Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek
penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu
dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
Eni mencuci piring.
.
S
P O
2)
Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti
oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-.
Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat
dirubah menjadi kalimat pasif. Contoh:
–
Mereka berangkat
minggu depan.
.
S
P
K
3)
Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh
pelengkap bukan objek. Contoh:
–
Dian kehilangan pensil.
.
S
P Pel.
b.
Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai
pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja
berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh. Kalimat pasif dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1)
Kalimat Pasif Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif.
Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an. Contoh:
–
Piring dicuci Eni.
S
P O
2)
Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat
berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini
berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga
dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif
zero ini berhubungan dengan kalimat baku. Contoh:
–
Ku pukul adik.
O2 P S
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1.
Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat
pasif.
2.
Awalan me- diganti dengan di-.
3.
Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
4.
jika subjek kalimat aktif berupa kata ganti maka awalan
me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
E. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/ penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar / pembaca secara tepat pula. Dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/ penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar / pembaca secara tepat pula. Dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi.
Kalimat efektif memiliki diksi (pilihan
kata)yang tepat, tidak mengalami
kontaminasi frasa , sesuai ketentuan
EYD, baik penulisan tanda baca dan penulisan kata.Selain itu kalimat efektif
juga memiliki enam syarat keefektifan ,yaitu adanya (1) kesatuan , (2) kepaduan
(3) kepararelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, dan (6) kelogisan
1. Kesatuan
Kesatuan
dalam kalimat efektif adalah dengan adanya ide pokok (S dan P) sebagai kalimat
yang jelas .
2. Kepaduan
Kepaduan terjadinya hubungan
yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk
kalimat adalah kata , frasa, tanda baca, dan fungsi sintaksis S-O-O-Pel-Ket.
Kepaduan juga menyangkut pemakaian kata tugas yang tepat.
3.
Keparalelan
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian kalimat tertentu.Umpamanya alam sebuah perincian,jika unsur pertama menggunakan verba (kata kerja) dan seterusnya juga harus verba .Jika unsur pertamanya nomina (kata benda), bentuk berikutnya juga harus nomina.
Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian kalimat tertentu.Umpamanya alam sebuah perincian,jika unsur pertama menggunakan verba (kata kerja) dan seterusnya juga harus verba .Jika unsur pertamanya nomina (kata benda), bentuk berikutnya juga harus nomina.
4.
Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuain/ kecocokan pemakaian unsur- unsur yang membangun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti.
Ketepatan adalah kesesuain/ kecocokan pemakaian unsur- unsur yang membangun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti.
5.
Kehematan
Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau kelompok kata.Dengan kata lain tidak mengalami gejala bahasa pleonasme.Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi padat berisi.
Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau kelompok kata.Dengan kata lain tidak mengalami gejala bahasa pleonasme.Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi padat berisi.
6.
Kelogisan
Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/ masuk akal. Supaya efektif, kata-kata dalam sebuah kalimat tidak boleh menimbulkan makna ambigu (ganda) atau tidak boleh mengandung dua pengertian.
Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/ masuk akal. Supaya efektif, kata-kata dalam sebuah kalimat tidak boleh menimbulkan makna ambigu (ganda) atau tidak boleh mengandung dua pengertian.
F. Kesalahan dalam Kalimat
Beberapa kesalahan yang
terjadi dalam kalimat, diantaranya : (1) kalimat kontaminasi, (2)
ketidakjelasan unsur S dan P dalam kalimat , (3) gejala pleonasme dalam
kalimat,dan (4) penggunaan kata yang salah dalam kalimat.
1.
Kalimat Kontaminasi
Kalimat kontaminasi atau
kalimat rancu adalah kalimat yang kacau susunannya , namun kekacauan susunan
kata dalam kalimat itu sifatnya khas. Dikatakan khas karena adanya pembentukan satu kalimat yang kurang
tepat dari dua kalimat yang benar sehingga gagasan kalimatnya menjadi kabur
atau tidak jelas.
2.
Ketidakjelasan Unsur Subjek dan Predikat dalam Kalimat.
Pada sebagian kalimat yang
tidak jelas unsur S dan tidak memiliki
unsur P akan membuat ketidakefektifan
dan hanya memiliki unsur lain seperti O, Ket dan Pel.
3.
Gejala Pleonasme
dalam Kalimat
Yang dimaksud dengan gejala pleonasme dalam kalimat adalah penggunaan unsur kata
atau bahasa yang berlebihan.
4.
Penggunaan Kata yang Salah dalam Kalimat
Beberapa penggunaan kata yang
salah dalam kalimat diantara (a) penggunaan kata ”kalau” yang salah,(b) penggunaan kata “di”
yang salah,(c) penggunaan kata ”daripada” salah, dan (d) pengulangan kata.
a)
Penggunaan Kata “Kalau” yang Salah
Kadang-kadang kita melihat
pemakaian kata kalau yang kurang
tepat sebagai unsur penghubung antarklausa seperti yang akan diperhatikan pada contoh
di bawah ini. Kata kalau kita gunakan di depan klausa yang bersifat kondisional
(=syarat).Isinya menyatakan sesuatu yang mungkin,namun dapat juga sesuatu yang
tidak mungkin dilaksanakan atau mungkin tercapai. Dalam halseperti yang
disebutkan terakhir itu, kata sambung kalau
dapat diganti dengan kata lain yang menyatakan ketidakmungkinan itu, yaitu kata
umpamanya, seandainya, andai kata
dan sekiranya.
b)
Penggunaan Kata Depan “Di” yang Salah
Penggunaan kata depan “di” yang salah, di antaranya :
–
Pakaian itu
disimpannya di dalam lemari. (salah)
–
Pakaian itu
disimpannya dalam lemari.(benar karena kata depan “di” dihilangkan)
–
Perkara itu
di atas tanggungan sayalah. (salah)
–
Perkara itu atas tangungan sayalah.(benar karena kata
depan “di” dihilangkan)
c)
Penggunaan Kata “Daripada” yang Salah
Penggunaan kata “daripada”
yang salah, di antaranya :
–
Pukulan
smash daripada Icuk menghujam
tajam. (salah)
–
Pukulan
smash Icuk menghujam tajam.(benar)
–
Hati kita
sedih melihat daripada penderitaan korban bencana itu.(salah)
–
Hati kita
sedih melihat penderitaan korban bencana itu. (benar)
d)
Pengulangan Kata
Pengulangan kata yang terjadi
dalam kalimat , misalnya :
–
Setahunnya hanya menghasilkan sekitar 200 film setahun.(salah)
–
Setahun
hanya menghasilkan 200 film. (benar)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penyusunan makalah ini
dapat kami simpulkan bahwa, dalam pengungkapan sebuah kalimat harus mudah
difahami dan dalam penulisan, kalimat harus ditempatkan tanda titik (.), tanda
koma (,), tanda tanya (?), tanya seru (!), dan tanda – tanda lainnya.
B. Saran
Saran dari kami, setiap dosen atau guru yang mengajarkan mata kuliah atau
mata pelajaran Bahasa indonesia, jangan lupa untuk mengajarkan pula bagaimana
cara pengungkapan dan penulisan dengan tepat, agar para siswa dan mahasiswa
tidak keliru dalam penulisan serta penggunkapan kalimat tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwasilah, A.C. (2002) Pokoknya
Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: Dunia Pustaka Jaya
Iswara, P.D. (2000) Variasi Pola Kalimat dan Keterbacaannya. Tesis pada Program
Pascasarjana UPI
Bandung.
Santoso,Azis.(2008) Penelitian
Pola Kalimat Bahasa Indonesia.
Komentar
Posting Komentar