MAKALAH BUDIDAYA IKAN BARONANG & KONSTRUKSI KJA_nya

MANAJEMEN MARINKULTUR
MAKALAH BUDIDAYA IKAN BARONANG & KONSTRUKSI KJA_nya


Oleh

TAUFIQ ABDULLAH
0517 1511 027




PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2018

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Marikultur adalah salah satu usaha memanfaatkan semaksimal mungkin perairan pantai melalui usaha budidaya ikan, rumput laut, kerangan-kerangan atau biota laut lainnya yang mempunyai nilai ekonomis penting (Paruntu, 2015). Dalam kegiatan marinkultur, salah satu sarana atau teknologi yang digunakan adalah Keramba Jaring Apung (KJA).

Teknologi KJA adalah salah satu teknik akuakultur yang cukup produktif dan intensif dengan konstruksi yang tersusun dari karamba-karamba jaring yang dipasang pada rakit terapung di perairan pantai (Sunyoto, 1994 dalam Gunarto, 2003). Salah satu keuntungan budidaya ikan dengan KJA dibandingkan dengan teknologi selain KJA yaitu ikan dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi tanpa khawatir akan kekurangan oksigen (Basyarie, 2001 dalam Gunarto, 2003). Sedangkan keuntungan KJA lainnya ialah hemat lahan, tingkat produkivitasnya tinggi, tidak memerlukan pengelolaan air yang khusus sehingga dapat menekan input biaya produksi, mudah dipantau, unit usaha dapat diatur sesuai kemampuan modal (Pongsapan dkk. 2001 dalam Gunarto, 2003), jumlah dan mutu air selalu memadai, tidak perlu pengolahan tanah, pemangsa mudah dikendalikan dan mudah dipanen (Sunyoto, 1994 dalam Gunarto, 2003). Banyak jenis ikan yang dibudidayakan menggunakan KJA, salah satunya adalah Siganus spp (ikan Baronang).

Menurut Tarwiyah (2001), Metode budidaya ikan beronang di laut dapat dilakukan dengan metoda Karamba Jaring Apung (KJA) yaitu wadah atau tempat budidaya ikan yang terbuat dari bahan jaring yang digantungkan pada kerangka (rakit) di laut. Keramba Jaring Apung terdiri dari komponen rakit apung, kurungan, pelampung dan jangkar.

Ikan baronang merupakan salah satu ikan ekonomis penting. Peningkatan permintaan terhadap ikan baronang tidak dapat mengandalkan stok dari alam sehingga budidaya ikan baronang mulai dikembangkan (Kune, 2007). Ikan tersebut hidup pada daerah berkarang, dasar perairan berpasir yang banyak ditumbuhi rumput laut dan sering masuk dalam tambak. Ikan beronang jenis Siganus javus dan Siganus vermiculatus umumnya hidup di sekitar perairan yang berhutan bakau, pelabuhan, dan kadang-kadang masuk dalam sungai serta danau (Lam, 1974 dalam Suharyanto, 2009).

Informasi mengenai konstruksi KJA kegiatan budidaya ikan baronang sangat penting untuk diketahui. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya akan menyusun makalah memgenai konstruksi KJA budidaya ikan baronang.

B. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui konstruksi KJA budidaya ikan baronang.

C. Manfaat
Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk memberikan informasi ilmiah mengenai  konstruksi KJA budidaya ikan baronang.



BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi
Secara lengkap taksonomi ikan beronang adalah sebagai berikut (Tarwiyah, 2001):
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Perciformes
Subordo : Acanthuroidei
Famili : Siganidae
Genus : Siganus
Species : Siganus spp.

Gambar Ikan Baronang.

B. Morfologi
Menurut Burhanudin et al. (2014) dalam Wahyuningtyas (2015), famili Siganidae memiliki ciri-ciri antara lain badan pipih dengan bentuk mulut yang kecil. Sirip punggung mempunyai 13 duri keras dan 10 duri lunak, sedangkan sirip-sirip dubur terdiri dan 7 duri keras dan 9 duri lunak. Duri-duri pada ikan baronang mengandung kelenjar bisa sehingga orang akan merasa sakit bila tersengat oleh duri-duri tersebut. Siganidae juga disebut rabbitfish yang berarti ikan kelinci karena moncongnya menyerupai kepala kelinci.

C. Habitat & Penyebaran
Gundermann et al. (1983) menyatakan bahwa ikan famili Siganidae menempati sebaran habitat yang luas pada daerah pesisir tropis sampai subtropis di Samudera Hindia dan Pasifik Barat. Pada umumnya ikan baronang hidup terutama di sekitar ekosistem terumbu karang, ekosistem yang banyak ditumbuhi lamun dan rumput laut. Kadang-kadang didapatkan juga di daerah hutan bakau, bahkan di pelabuhan yang pada umumnya telah tercemar (Ranoemihardjo 1985 dalam Marasabessy 1991). Beberapa jenis baronang yaitu S. guttatus dan S. vermiculatus dapat hidup masuk ke perairan sungai dan danau (Setyono dan Susetiono 1990).

D. Kebiasaan Makan & Makanan
Ikan ini diketahui sebagai "primary herbivor" yaitu pemakan plankton nabati tumbuhan dan juga pemakan makanan buatan (Paruntu, 2015). Menurut Tarwiyah (2001), Sesuai dengan morfologi dari gigi dan saluran pencernaannya yaitu mulutnya kecil, mempunyai gigi seri pada masing-masing rahang, gigi geraham berkembang sempurna, dinding lambung agak tebal, usus halusnya panjang dan mempunyai permukaan yang luas, ikan beronang termasuk pemakan tumbuh-tumbuhan, tetapi kalau dibudidayakan ikan beronang mampu memakan makanan apa saja yang diberikan seperti pakan buatan.

F. Persyaratan Lokasi Budidaya
Untuk mencapai produksi jenis komoditas budidaya laut secara optimal memerlukan kecermatan dalam penentuan lokasi budidaya yang akan dikembangkan serta kecocokan metoda yang digunakan. Dalam hal ini, pemilihan lokasi untuk budidaya ikan di laut harus akan mempertimbangkan dari aspek teknis dan non teknis (Tarwiyah, 2001).

Dari segi aspek teknis hal-hal yang harus diperhatikan meliputi (Tarwiyah, 2001) :
  • Perairan/lokasi yang dipilih harus terlindung dari pengaruh angin/musim dan gelombang, hal ini untuk mengamankan/melindungi salinitas budidaya.
  • Pergerakan air harus cukup baik dengan kecepatan arus antara 20 ~ 40 cm/detik, apabila kecepatan arus kurang mengakibatkan penyediaan air kurang dan O2 yang di supplay juga akan berkurang dan sebaliknya apabila kecepatan arus cukup besar pertumbuhan ikan akan terganggu sebab energi yang didapatkan dari makanan banyak keluar untuk melawan arus.
  • Lokasi harus bebas dari pengaruh pencemaran atau polusi baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.
  • Lokasi juga harus bebas dari hama yang meliputi antara lain ikan-ikan besar dan buas, binatang yang selain potensial dapat mengganggu (predator).

Hal yang sangat penting lokasi harus memenuhi persyaratan kualitas air yang baik untuk pertumbuhan ikan seperti :
  • - Kadar garam berkisar antara 27 ~ 32 ppt.
  • - Suhu air berkisar antara 28 ~ 320 C.
  • - O2 (oksigen) berkisar antara 7 ~ 8 ppm.
  • - Nitrat 0,9 ~ 3,2 ppm dan phospat 0,2 ~ 0,5 ppm.

Untuk mempermudah kelancaran kegiatan yang berhubungan dengan usaha budidaya yang meliputi sarana jalan, telpon, listrik, sumberdaya manusia, pakan, pasar, ketersediaan bimbingan harus dalam jumlah yang cukup memadai serta bahan-bahan untuk komoditi budidaya mudah diperoleh.

Sedangkan aspek dari aspek non teknis harus memperhatikan sektor-sektor yang berkaitan dengan kebijaksanaan penggunaan lahan dalam hubungan dengan kepentingan sektor lain seperti pariwisata, pelayaran, dll (Tarwiyah, 2001).

G. Konstruksi KJA Budidaya Ikan Baronang
1. Rakit Apung
Pembuatan rakit apung dapat dilakukan di darat dengan terlebih dahulu membuat kerangka sesuai dengan ukuran yaitu 8 x 8 m. Kerangka ini berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan yang berbentuk segi empat dan terbuat dari bahan bambu atau kayu.
Setiap unit kerangka dapat terdiri dari 2 atau 4 kurungan tetapi secara ekonomi setiap unti dianjurkan sebanyak 4 (empat) buah kurungan. Kerangka ditempatkan di lokasi budidaya dengan diberi jangkar sebanyak 4 buah agar tetap pada tempatnya atau tidak terbawa arus.
Gambar Kerangka Rakit

2. Kurungan
Kurungan berfungsi sebagai wadah pemeliharaan ikan yang terbuat dari bahan polyethilen (PE) D. 18 dengan lebar mata jaring antara 0,75~ 1". Bentuk kurungan disesuaikan dengan bentuk kerangka rakit yaitu empat persegi dengan ukuran 3 x 3 x 3 m3. Jaring apung yang telah siap dibuat di pasang pada kerangka rakit dengan cara mengikat ke empat sudut bagian atas pada setiap sudut kerangka. 
Gambar Kurungan Telah Dipasang pada Rakit
3. Pelampung
Untuk mengapungkan sarana budidaya termasuk rumah jaga diperlukan pelampung. Pelampung dapat digunakan drum plastik volume 200 liter. Dan untuk menahan rakit diperlukan pelampung sebanyak 12 buah. Pelampung diikat dengan tali polyethelene (PE) yang bergaris tengah 0,8 ~ 1,0 cm.
Gambar Penempatan dan Pemasangan Pelampung Pada Kerangka Rakit
4. Jangkar
Jangkar berfungsi untuk menahan sarana budidaya agar tidak bergeser dari tempatnya akibat pengaruh arus dan angin ataupun gelombang. Setiap inti keramba jaring apung dipergunakan jangkar 4 buah yang terbuat dari besi dengan berat 50 kg. Panjang tali jangkar biasanya 1,5 kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi.
Gambar Pengaturan dan Pemasangan Jangka

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menyusun makalah ini, dapat saya simpulkan bahwa konstruksi KJA untuk budidaya ikan baronang terdiri dari konstruksi rakit apung, konstruksi kurungan, konstruksi pelampung, dan konstruksi jangkar.

B. Saran
Manusia tidak luput dari keslahan dan rasa khilaf. Barangkali hanya ini yang dapat saya ungkapkan. Jika ada kesalahan materi maupun merugikan pihak - pihak tertentu saya meminta kritik dan sarannya, kritik maupun sarannya sangatlah penting untuk pengintrospesikan diri melengkapi makalah ini. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Gunarto, A. 2003. PENGEMBANGAN SEA FARMING BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG (KJA) KERAPU (EPHINEPHELUS SP.) DI INDONESIA. Jurnal Matematika, Saint, dan Teknologi, Volume 4, Nomor 1.

Gundermann N., Popper D.M., Lichatowich T. 1983. Biology And Life Cycle Of Siganusvermiculatus (Siganidae, Pisces). Pacific Sci. 37 (2): 165-18

Imanto P, T, Dan Suastika, M. 2010. Kendala Pada Pendederan Benih Ikan Beronang Lada (Siganus Canaliculatus) Pada Keramba Jaring Apung Di Perairan Pulau Sirai, Tanjungpinang. Media Akuakultur Volume 5 Nomor 1.

Kune S. 2007. Pertumbuhan Rumput Laut Yang Dibudidaya Bersama Ikan  Baronang. Jurnal Agrisistem 3(1). 

Marasabessy, M.D. 1991. Penelitian Budidaya Ikan Samadar (Siganus Canaliculatus) Di Pulau-Pulau Kai Kecil, Maluku Tenggara. Eds Perairan Maluku Tenggara. Ambon : Balitbang Sumberdaya Laut, Puslitbang Oseanografi Lipi. Hlm : 35-41.

Masyahoro, A. 2011. Model Pertumbuhan Ikan Beronang Lingkis (Siganus Canaliculatus) Hasil Tangkapan Sero Di Perairan Kepulauan Selayar. J. Agrisains 12 (1) : 50 - 56. Issn : 1412-3657.

Paruntu, C. P. 2015. Budidaya Ikan Kerapu (Epinephelus Tauvina Forsskal, 1775) Dan Ikan Beronang (Siganus Canaliculatus Park, 1797) Dalam Karamba Jaring Apung Dengan Sistim Polikultur. Jurnal Budidaya Perairan. Vol. 3 No. 1: 1-10

Setyono, D.E.D., Susetiono. 1990. Pengaruh Jenis Makanan Terhadap Pertumbuhan Anakan Baronang (Siganus Canaliculatus) Di Perairan Maluku Dan Sekitarnya. Ambon :Balitbang Sumberdaya Laut Puslitbang Oseanologi Lipi.

Suharyanto. 2008. Polikultur Rajungan (Portunus Pelagicus) Dan Ikan Baronang (Siganus Gutatus) Di Tamba. Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci) X (2) : 167-177 Issn: 0853-6384.

Suharyanto. 2009. Pemeliharaan Ikan Beronang, Siganus Gutatus Sebagai Biokontrol Perkembangan Lumut, Chaetomorpha Sp. Dan Enteromorpha Intestinalis Di Tambak. Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) Xi (2): 206-211 Issn: 0853-6384.

Tarwiyah. 2001. Budidaya Ikan Beronang. Direktorat Bina Produksi. Direktorat Jenderal Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta, 

Wahyuningtyas, L, A. 2015. Karakteristik Ikan Baronang Dari Kepulauan Seribu Sebagai Bahan Pangan Dan Non Pangan Melalui Kajian Molekuler, Kimia Dan Mikroskopis. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air : OSMOREGULASI PADA IKAN NILA DENGAN PENGARUH PEMBERIAN SALINITAS YANG BERBEDA

MAKALAH PENGARAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN KUALITAS AIR : PENGUKURAN PARAMETER FISIKA KIMIA KUALITAS AIR