MAKALAH : IKAN HIAS DISCUS

TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN HIAS

MAKALAH IKAN HIAS DISCUS


Oleh

TAUFIQ ABDULLAH
0517 1511 027







PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2018



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dengan keragaman spesies ikan hias, baik ikan hias air laut maupun air tawar. Ikan hias air laut sekitar 650 spesies, sudah teridentifikasi 480 spesies dan diperdagangkan sekitar 200 spesies. Sedangkan jumlah spesies ikan hias air tawar Indonesia diperkirakan sekitar 400 spesies dari 1.100 spesies ikan hias yang ada di seluruh dunia (DKP dan LIPI, 2008 dalam Ellanda, 2013).

Ikan diskus (Symphysodon discus) merupakan salah satu ikan hias yang banyak diminati oleh para penggemar ikan hias karena bentuk dan warnanya yang indah. Ikan diskus dikenal dengan sebutan the king of aquarium cukup digemari oleh hobiis ikan hias baik didalam negeri ataupun di luar negeri. dengan banyaknya peminat ikan hias yang menggemari ikan ini, membuat harga ikan ini terbilang cukup mahal. Semakin banyak penggemar ikan diskus, kontes ikan diskus kerap digelar dan diikuti oleh banyak peserta (Lesmana dan Daelami, 2009 dalam Ellanda, 2013). Ikan discus (Symphysodon discus) termasuk familiCichlidae yang berasal dari perairan tenang di Sungai Amazon (Lingga & Susanto, 1986 dalam Kusrini dan Priono, 2011).

Informasi mengenai ikan discus (Symphysodon discus) sangat penting untuk diketahui. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya akan menyusun makalah mengenai Ikan Hias Discus (Symphysodon discus).

B. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui jenis - jenis ikan hias discus, habitat ikan hias discus, pakan ikan hias discus, kebiasaan hidup ikan discus, pemijahan, pembenihan, dan potensi budidaya ikan discus.

C. Manfaat
Adapun manfaat penyusunan makalah ini yaitu memberikan informasi ilmiah mengenai jenis - jenis ikan hias discus, habitat ikan hias discus, pakan ikan hias discus, kebiasaan hidup ikan discus,  pembenihan, dan potensi budidaya ikan discus.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Ikan Discus (Symphysodon discus)
Ikan discus merupakan salah satu ikan hias air tawar introduksi dari Sungai Amazon, Amerika Latin, dan mempunyai klasifkasi sebagai berikut (Lingga & Susanto, 1986 dalam Kusrini dan Priono, 2011) :
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Sub kelas : Actinopterygii
Ordo : Percomorphoidei
Subordo : Percoidae
Famili : Cichlidae
Genus : Symphysodon
Spesies : Symphysodon discus

B. Morfologi Ikan Discus (Symphysodon discus)
Ciri morfologi ikan discus secara umum berbentuk pipih bundar seperti cakram “disc” dengan ikan bawal. Warna dasar badannya coklat kemerahan, terdapat garis - garis berombak yang beraneka rupa tidak teratur mulai dari dahi sampai samping perut. Pada kepala dan badannya terpotong menjadi sembilan garis tegak. Tiga garis di antaranya nampak jelas, sedangkan untuk enam garis terlihat samar-samar. Badannya mempunyai garis tengah paling besar yaitu sampai 15 cm dan mempunyai mata yang selalu merah.  Sesuai dengan warna badannya ada beberapa varietas discus di antaranya adalah (Anonim, 2010 dalam Kusrini dan Priono, 2011):

Heckel Discus (Symphysodon discus)
Jenis discus tersebut mempunyai ciri-ciri garis pertama, kelima, dan kesembilan tampak sangat jelas, badan berbentuk harmonis, warna dasar badan adalah coklat hijau sampai coklat merah dan coklat biru. Garis - garis horizontal berwarna kelabu biru sampai hijau toska (torquise).


Gambar Heckel Discus (Symphysodon discus)


Brown Discus (Symphysodon aequifasciata axelrodi)
Ciri-ciri morfologi yang sangat jelas pada discus jenis ini adalah warna dasar badan beragam, dari kuning sampai coklat dan merah, dijumpai sejumlah kecil marking pada kepala, nape, dan sirip anal.

Gambar Brown Discus (Symphysodon aequifasciata axelrodi)


Green Discus (Symphysodon aequifasciata aequifasciata)
Secara morfologi discus ini berwarna hijau coklat sampai biru disertai dengan bintik-bintik merah pada badannya. Sirip anal berwarna hijau biru dengan bintik - bintik merah dan bercak-bercak halus.



Gambar Green Discus (Symphysodon aequifasciata aequifasciata)


Blue Discus (Symphysodon aequifasciata haroldi)
Badan ikan discus jenis ini mempunyai badan dengan warna dasar biru atau coklat hingga biru dan atau hijau toska, garis-garis horizontal berwarna hijau toska dengan lebar beragam. Saat ini sudah puluhan variasi warna ikan hias discus seperti sunrise (merah), albino (putih), dan lain-lain.


Gambar Blue Discus (Symphysodon aequifasciata haroldi)


C. Habitat Ikan Discus (Symphysodon discus)
Habitat ikan discus adalah pada suhu sekitar 25°C- 30°C, dengan kisaran pH yang cukup luas namun cenderung asam yaitu 5-6,5 dan kekerasan air lunak antara 3°dH- 5°dH. Menurut pendapat sejumlah pembudidaya, akuarium untuk discus harus dijaga pada suhu 26°C-31°C. Suhu optimal untuk discus dewasa adalah 29°C, sedangkan larva discus harus dijaga pada suhu 31°C. Pada kenyataannya discus dapat tumbuh dengan baik di akuarium yang penuh cahaya sama seperti ikan-ikan hias air tawar tropis lainnya (Kusrini dan Priono, 2011).

D. Kebiasaan Makan dan Pakan Ikan Discus (Symphysodon discus)
Ikan discus di alam merupakan ikan omnivora oportunistik yang memakan invertebrata serta tumbuhan. Dalam pemeliharaan di akuarium ataupun tanki dapat diberi pakan alami yang berupa cacing, kutu air, ataupun pelet sebagai pakan tambahan. Pakan untuk induk yang berfungsi untuk mematangkan gonad adalah cacing darah, jentik nyamuk (Kusrini dan Priono, 2011).

E. Kebiasaan Hidup Ikan Discus (Symphysodon discus)
Telur biasanya diletakkan pada substrat Telur dan larva ikan discus tidak dapat dipisahkan dari induknya. Larva akan tetap menempel pada induk-induknya sampai sekitar satu minggu karena makanan yang dimakan adalah lendir-lendir pada badan induk tersebut. Hal tersebut berlangsung sampai 21 hari walaupun dapat diberi pakan tambahan berupa Artemia atau pakan larva lainnya (Zein, 2010 dalam Kusrini dan Priono, 2011).

Menurut Lesmana & Dermawan (2001) dalam Kusrini dan Priono (2011), dalam beberapa hal induk-induk yang masih mengasuh larva, dapat memakan anakannya sendiri bila stres. Oleh karena itu, dalam pemeliharaan larva dibuat sekat pembatas antara induk dan larva. Selain makan dari lendir induk, pada saat larva sudah berenang dapat ditambahkan dengan pakan alami berupa artemia dan kutu air. Untuk menghindari induk maka arahnya dapat dilakukan dengan sistem “inang asuh” yaitu dicarikan induk khusus yang tidak suka makan anaknya.

Kondisi yang demikian rumit dalam memijahkan ikan discus tersebut sehingga benih yang dihasilkan sangat sedikit. Untuk mengatasi hal tersebut, inovasi praktisi pembudidaya ikan discus telah menemukan pakan buatan untuk larva yang menyerupai lendir ikan sebagai pengganti lendir induk. Larva atau burayak setelah menetas tidak lagi diasuh oleh induknya, tetapi diberi pakan lendir buatan (Kusrini dan Priono, 2011).

F. Reproduksi Dan Cara Pemijahan Ikan Discus (Symphysodon discus)
Pola reproduksi ikan discus seperti halnya ikan siklid yang lain, yaitu dipasangkan (satu pasang dalam satu wadah)(Kusrini dan Priono, 2011).

G. Pembenihan Dan Perawatan Larva  Discus (Symphysodon discus)
Telur biasanya diletakkan pada substrat. Substrat dapat dibuat dari paralon yang diletakkan pada pojok akuarium dengan posisi berdiri. Telur yang diletakkan oleh induk di dalam substrat akan menetas sekitar 2-3 hari. Selama 6 hari larva tersebut masih mempunyai kuning telur. Setelah kuning telur habis larva akan berenang ke permukaan air. Pada saat itulah larva diangkat dan dipindahkan ke dalam baskom yang telah dilengkapi dengan aerasi dan diberi pakan buatan. Apabila tidak diangkat akan langsung menempel ke badan induknya Kusrini dan Priono, 2011).

Menurut Zein (2010) dalam Kusrini dan Priono, (2011) , bahan dasar yang digunakan untuk membuat pakan larva buatan adalah dua butir telur ayam, satu butir direbus dan satu butir mentah. Kedua butir telur diambil kuningnya, dan diaduk merata sampai terlihat seperti lendir. Selanjutnya adonan telur tersebut dibekukan, dan penggunaan sedikit demi sedikit dioleskan pada paralon. Pipa paralon berukuran satu inci dibuat setinggi baskom dan dibersihkan. Pakan dioleskan sedikit demi sedikit ke permukaan potongan paralon tersebut sampai rata dan tipis. Selanjutnya paralon tersebut dibiarkan sampai kering sekitar 3 menit, kemudian diletakkan di dalam baskom tempat burayak dengan tegak lurus.

Selanjutnya dikatakan oleh Zein (2010) dalam Kusrini dan Priono, (2011), larva yang diberi pakan buatan langsung menempel pada paralon tersebut seolah-olah induknya. Larva dibiarkan memakan lendir sekitar satu jam dan setelah habis pakan, paralon diangkat dan dibersihkan kembali untuk dioleskan pakan kembali. Hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai malam hari. Sisa pakan yang berjatuhan di baskom disipon agar tidak menjadi racun bagi larva. Pada hari berikutnya larva diperlakukan kembali diberi pakan buatan tersebut. Pemberian pakan buatan tersebut dilakukan sampai 4 hari, selanjutnya hari kelima selain diberi pakan buatan sudah diperkenalkan pakan tambahan yaitu Artemia. Larva umur 10 hari sudah mulai diberikan pakan alami berupa Daphnia atau kutu air selanjutnya setelah larva berumur tiga minggu sudah mulai diberi makan cacing darah atau cacing sutra.

H. Potensi  Budidaya Ikan Discus (Symphysodon discus)
Ikan discus termasuk salah satu golongan ikan hias mahal (ukuran 1 inci seharga Rp 7.000,-; jenis Marlboro ukuran 3 inci mencapai harga Rp 50.000,-; sedangkan kualitas ekspor ukuran 4 inci dapat mencapai harga Rp 150.000,-) dan eksotis khususnya untuk ikan introduksi (Kusrini dan Priono, 2011). Melihat hal itu, pekembangan budidaya ikan discus dapat sangant mengunkungkan.






BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menyusun makalah ini, dapat saya simpulkan :

  • Berdasarkan warna, terdapat 4 jenis ikan discus yaitu Heckel Discus (Symphysodon discus), Brown Discus (Symphysodon aequifasciata axelrodi), Green Discus (Symphysodon aequifasciata aequifasciata), dan Blue Discus (Symphysodon aequifasciata haroldi).
  • Habitat ikan discus adalah air tawar dengan suhu sekitar 25°C- 30°C, dengan kisaran pH yang cukup luas namun cenderung asam yaitu 5-6,5 dan kekerasan air lunak antara 3°dH- 5°dH. Menurut pendapat sejumlah pembudidaya, akuarium untuk discus harus dijaga pada suhu 26°C-31°C.
  • Ikan discus di alam merupakan ikan omnivora oportunistik yang memakan invertebrata serta tumbuhan. Dalam pemeliharaan di akuarium ataupun tanki dapat diberi pakan alami yang berupa cacing, kutu air, ataupun pelet sebagai pakan tambahan.
  • Telur biasanya diletakkan pada substrat Telur dan larva ikan discus tidak dapat dipisahkan dari induknya. Larva akan tetap menempel pada induk-induknya sampai sekitar satu minggu karena makanan yang dimakan adalah lendir-lendir pada badan induk tersebut. Hal tersebut berlangsung sampai 21 hari. Selain itu, indukan ikan discus akan memakan larvanya apabila dalam keadaan stress.
  • Pemijahan ikan discus  dengan menyatikan Indukan jantan dan betina ditempatkan dalam satu wadah yang sama. Telur hasil pemijahan akan di tempatkan pada sustrat, oleh karena itu dalam pembenihan sering di tempatkan paralon secara berdiri. Telur akan menetas selama 2 - 3 hari. Untuk mencegah agar anakan ikan tidak dimakan oleh indukan, maka sebaiknya di pisahkan. Setelah menetas, larva biasanya memangan kuning telurnya. Setelah habis larva dapat diberikan pakan alami ataupun pakan buatan.
  • Ikan discus sangat berpotensi untuk dibudidayakan karena harganya yang mahal (ukuran 1 inci seharga Rp 7.000,-; jenis Marlboro ukuran 3 inci mencapai harga Rp 50.000,-; sedangkan kualitas ekspor ukuran 4 inci dapat mencapai harga Rp 150.000,-)

B. Saran
Manusia tidak luput dari keslahan dan rasa khilaf. Barangkali hanya ini yang dapat saya ungkapkan. Jika ada kesalahan materi maupun merugikan pihak - pihak tertentu saya meminta kritik dan sarannya, kritik maupun sarannya sangatlah penting untuk pengintrospesikan diri melengkapi makalah ini. Terima kasih.

DAFTRA PUSTAKA
Anonim. 2010. Berbagai Varietas Discus. Media Informasi Ikan Hias dan Tanaman Air. http://o-fish.com/Discus/discus. php, 3 pp.

DKP dan LIPI. 2008. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menerapkan mengembangkan sekaligus memasarkan komoditas ikan hias bersama. Dalam http://lipi.go.id/berita/dkp-dan-lipi-kembangkan-ikan-hias-bersama/3009. Diakses pada 3 april 2018.

Ellanda, R. E. 2013. ANALISIS KELAYAKAN USAHA IKAN DISKUS (Symphysodon Sp.) PADA VIZAN FARM BOJONG SARI DEPOK JAWA BARAT. SKRIPSI. DEPARTEMEN AGRIBISNIS. FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN. INSTITUT PERTANIAN BOGOR. Bogor.

Kusrini,E dan Priono, B. 2011. PAKAN BUATAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN DISCUS (Symphysodon discus) DI INDONESIA. Media Akuakultur Volume 6 Nomor 1.

Lesmana DS dan Daelami D. 2009. Panduan lengkap Ikan Hias Air Tawar Populer. Jakarta : Penebar Swadaya.

Lingga, P. & Susanto, H. 1986. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya, 236 hlm.

Zein, H.M. 2010. Budidaya Discus dengan Artificial Food. Larva ikan discus 4 hlm

Komentar

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
    ayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
    add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^

    BalasHapus
  2. izin jadiin referensi makalah min, haturn nuhun

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air : OSMOREGULASI PADA IKAN NILA DENGAN PENGARUH PEMBERIAN SALINITAS YANG BERBEDA

MAKALAH PENGARAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN KUALITAS AIR : PENGUKURAN PARAMETER FISIKA KIMIA KUALITAS AIR