MAKALAH EKOSISTEM MANGROVE
MAKALAH
EKOSISTEM MANGROVE
TAUFIQ ABDULLAH
0517 1511 027
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2017
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama
Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Ekosistem
Mangrove.
Makalah ini telah saya
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan
makalah ini.
Saya menyadari bahwa
makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya
saya ucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar BelakangB. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Deskripsi MangroveB. KlasifikasiC. Karakteristik Morfologi dan Fisiologi Tumbuhan MangroveD. Habitat dan DistribusiE. Jenis – Jenis MangroveF. Fungsi dan Manfaat Hutan MangroveG. Vegetasi Di Kawasan MangroveH. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Vegetasi MangroveI. Zonasi MangroveJ. Permasalahn Penyebab Kerusakan Mangrove
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. KesimpulanB. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
Mangrove
Kata
mangrove merupakan kombinasi antara kata mangue (bahasa Portugis) yang
berarti tumbuhan dan grove (bahasa Inggris) yang berarti belukar atau
hutan kecil (Arief, 2003). Menurut Steenis (1978) dalam Rahmawaty (2006)
mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut.
Sementara menurut Nybakken (1992) dalam Rochana (2010) bahwa hutan
mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas
komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang
khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada perairan asin.
Kathiresan
dan Bingham (2001) dalam Taher (2011) mendefinisikan hutan mangrove
sebagai hutan yang tumbuh pada tanah lumpur di daerah pantai dan muara sungai
yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Avicennia
sp, Sonneratia sp, Rhizophora sp, Bruguiera sp, Ceriops
sp, Lumnitzera sp, Excoecaria sp, Xylocarpus sp,
Aegiceras sp, Scyphyphora sp dan Nypa sp.
Ezwardi
(2009) menyatakan bahwa hutan mangrove disebut sebagai hutan payau atau bakau.
Hutan mangrove ini dianggap sebagai salah satu ekosistem yang khas, menempati
habitat pada garis pantai daerah tropis.
B. Klasifikasi
Setyawan, dkk, (2002) menyatakan secara
taksonomi tumbuhan mangrove diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales, Myrtales
Family: Acanthaceae, Sonneratiaceae,
Rhizophoraceae, Arecaceae
Genus:
Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Nypa
C.
Karakterisik
Morfologi dan Fisiologi Tumbuhan Mangrove
Morfologi dan
struktur ekosistem mangrove dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
Gambar Morfologi dan Struktur
Ekosistem Mangrove (Sumber: Solihah, 2011).
Ciri-ciri
tumbuhan mangrove menurut Setyawan, dkk, (2002) adalah sebagai berikut :
a.
Tumbuhan berpembuluh (vaskuler).
b.
Menggunakan air garam sebagai sumber air, daun
keras, tebal, mengkilat, sukulen, memiliki jaringan penyimpan air dan garam.
c.
Mencegah masuknya
sebagian besar garam ke dalam jaringan dan dapat mengekskresi atau menyimpan
kelebihan garam.
d.
Menghasilkan biji
yang berkecambah saat masih di pohon induk (vivipar) dan dapat tumbuh
dengan cepat setelah jatuh dari pohon, serta dapat mengapung.
e.
Akar dapat tumbuh
pada tanah anaerob.
f.
Memiliki struktur
akar tertentu (pneumatofora) yang menyerap oksigen pada saat surut dan
mencegah kelebihan air pada saat pasang.
Karakteristik
yang menarik dari spesies mangrove dapat dilihat dari sistem perakaran dan
buah. Tanah pada habitat mangrove adalah anaerobik (hampa udara) bila berada di bawah air.
Beberapa species memiliki sistem perakaran khusus yang disebut akar udara yang
cocok untuk kondisi tanah yang anaerobik.
Ada beberapa tipe perakaran yaitu, akar
tunjang, akar napas, akar lutut, dan akar papan baner. Semua spesies mangrove
memproduksi buah yang biasanya disebarkan melalui air. Ada beberapa macam
bentuk buah, seperti berbentuk silinder (Rhizophoraceae), bulat (Sonneratia dan
Xylocarpus) dan berbentuk kacang (Avicenniaceae).
·
Sistem akar
Pohon mangrove memiliki sistem perakaran yang khas. Bentuk perakaran
tumbuhan mangrove yang khas tersebut adalah sebagai berikut (Onrizal, 2008):
1.
Akar pasak (Pheumatophore)
Akar pasak berupa akar yang muncul dari sistem akar kabel dan memanjang
keluar ke arah udara seperti pasak, contonya pada Avicennia, Xylocarpus, dan
Sonneratia.
2.
Akar lutut (knee root)
Akar lutut merupakan modifikasi dari akar kabel yang pada umumnya tumbuh
ke arah permukaan substrat kemudian melengkung menuju ke substrat lagi,
contohnya pada Bruguiera spp.
3.
Akar tunjang (stilt root)
Akar tanjung merupakan akar (cabang – cabang akar) yang keluar dari
batang dan tumbuh ke dalam substrat,contonya Rhizophora spp.
4.
Akar papan (buttress root)
Akar papan hampir sama dengan akar tanjung tetapi akar ini melebar
menjadi bentuk lempeng, mirip struktur silet, contohnya Heritiera
5.
Akar gantung (aerial root)
Akar gantung adalah akar yang tidak bercabang yang muncul dari batang
atau cabang bagian bawah tetepi biasanya tidak mencapai substrat, contonya Rhizophora, Avicennia, dan Acanthus.
Bentuk –
bentuk pengakaran yang sering dijumpai di hutan mangrove dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar Bentuk – bentuk pengakaran yang sering dijumpai di hutan
mangrove. (a) akar tunjang, (b) akar lutut, (c) akar pasak, (d) akar papan
(Onrizal, 2008).
·
Daun
Daun
merupakan organ yang penting pada tumbuhan dan pada umumnya, setiap tumbuhan
mempunyai sebagian besar daun. Daun hanya terdapat pada bagian batang saja dan
tidak pernah terdapat pada bagian lain tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya
atau melekatnya daun dinamakan buku (nodus), dan tempat di atas daun yang
merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun
biasanya tipis melebar dan kaya akan klorofil, oleh karena itu daun mangrove
biasanya berwarna hijau (Tjitrosoepomo, 1989).
Bentuk daun mangrove tipe lanceloate contohnya adalah Acanthus ilicifolius,
Avicennia alba, Nypa fruticans. Bentuk daun elliptical contohnya dari famili
Euphorbiaceae adalah Excoecaria agallocha, Avicennia marina, Bruguiera
gymnorrhiza, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa,
Heritiera littoralis. Bentuk daun oval contohnya Sonneratia caseolaris. Bentuk
daun obovate contohnya Ceriops tagal, Xylocarpus granatum, Sonneratia alba, Aegiceras
corniculatum, Ceriops decandra, Lumnitzera racemosa. Bentuk daun tipe cordate
adalah Hibisscus tiliaceus, Thespesia populnea (Hidayat, 1994).
·
Buah
Semua jenis mangrove menghasilkan buah yang penyebarannya dilakukan oleh
air (arus). Bentuk-bentuk buah tersebut antara lain berbentuk bola, biji
buncis, dan silinder atau tongkat. Avicennia memiliki bentuk buah seperti biji
buncis, Aegiceras buahnya berbentuk silinder dan Nypa memiliki buah yang
bertipe cryptovivipar, yaitu kecambahnya masih terbungkus oleh kulit buah sebelum
lepas dari tanaman induknya. Buah Sonneratia dan Xylocarpus berbentuk seperti
bola yang terdiri dari perkecambahan normal (Noor dkk, 1999).
D.
Habitat
dan Distribusi
Hutan mangrove menyebar luas di bagian
yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah
tropika dan sedikit di subtropika. Luas hutan mangrove di Indonesia antara 2,5
hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi
Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Nontji,
1987).
E.
Jenis – Jenis Mangrove
Sejauh ini di Indonesia tercatat setidaknya 202 jenis tumbuhan mangrove,
meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba
tanah, 44 jenis efipit, dan 1 jenis paku. Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis
ditemukan sebagai mangrove sejati, sementara jenis lain ditemukan disekitar
mangrove dan dikenal sebagai mangrove ikutan (Noor dkk, 2006).
Yang termasuk mangrove sejati menurut Noor dkk (2006), meliputi : Acanthaceae; Pteridaceae, Plumbaginaceae,
Myrsinaceae, Laranthaceae, Avicenniaceae, Rhizophorzceae, Bombacaceae,
Euphorbiaceae, Asclepiadaceae, Sterculiaceae, Combretaceae, Arecaceae,
Nyrtaceae, Lythraceae, Rubiaceae, Sonneriatiaceae, Meliaceae. Sedangkan untuk
mangrove tiruan meliputi : Lecythidaceae,
Guttiferae, Apocynaceae, Verbenaceae, Leguminosae, Malvaceae, Convolvulaceae,
Melastomataceae.
Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis yang palng banyak
di temukan adalah Avicennia sp., Rhizophora sp., Bruguiera sp. dan Sonneratia sp.
Jenis – jenis mangrove ini merupakan kelompok mangrove yang menangkap, menahan
endapan dan menstabilkan atanah habitatnya (Irwanto, 2006).
Gambar
Jenis Mangrove yang banyak ditemukan di Indonesia
(Sumber:
Noor, dkk, 2006)
F.
Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove
Menurut Arief (2003)
bahwa kawasan mangrove mempunyai beberapa keterkaitan dalam pemenuhan kebutuhan
manusia sebagai penyedia bahan pangan, papan, dan kesehatan, serta lingkungan
dibedakan menjadi lima fungsi :
1. Fungsi fisik kawasan mangrove adalah
sebagai berikut :
a.
Menjaga garis pantai agar tetap stabil.
b.
Melindungi pantai dan tebing sungai dari
proses erosi atau abrasi, serta menahan atau menyerap tiupan angin kencang dari
laut ke darat.
c.
Menahan sedimen secara periodik sampai
terbentuk lahan baru.
d.
Kawasan penyangga proses intrusi atau
rembesan air laut ke darat, atau sebagai filter air asin menjadi tawar.
2. Fungsi kimia kawasan mangrove adalah sebagai
berikut :
a.
Tempat terjadinya
proses daur ulang yang menghasilkan oksigen.
b.
Penyerap
karbondioksida.
c.
Pengolah
bahan-bahan limbah hasil pencemaran industri dan kapal-kapal di lautan.
3. Fungsi biologis kawasan mangrove adalah sebagai
berikut :
a.
Penghasil bahan
pelapukan yang merupakan sumber makanan penting bagi invertebrata kecil pemakan
bahan pelapukan (detritus), yang kemudian berperan sebagai sumber
makanan bagi hewan yang lebih besar.
b.
Kawasan pemijah
atau asuhan (nursery ground) bagi udang, ikan, kepiting, kerang dan
sebagainya.
c.
Kawasan untuk
berlindung, bersarang, serta berkembang biak bagi burung dan satwa lain.
d.
Sumber plasma
nutfah atau sumber genetika.
e.
Habitat alami
bagi berbagai jenis biota darat dan laut lainnya.
4. Fungsi ekonomi kawasan mangrove adalah sebagai
berikut :
a.
Penghasil kayu,
misalnya kayu bakar, arang, serta kayu untuk bahan bangunan dan perabot rumah
tangga.
b.
Penghasil bahan
baku industri, misalnya pulp, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, alkohol,
penyamak kulit, kosmetika, dan zat warna.
c.
Penghasil bibit ikan, udang, kerang, kepiting,
telur burung, dan madu.
5. Fungsi lain (wanawisata) kawasan mangrove adalah
sebagai berikut :
a.
Kawasan wisata
alam pantai dengan keindahan vegetasi dan satwa, serta berperahu di sekitar
mangrove.
b.
Tempat
pendidikan, konservasi, dan penelitian.
G. Vegetasi di
Kawasan Mangrove
Menurut
Nontji (1987) dalam Thalib (2008) bahwa vegetasi mangrove di Indonesia
merupakan yang tertinggi di dunia, seluruhnya tercatat 89 spesies yang terbagi
menjadi 35 jenis pohon, 5 jenis palem, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis
epifit dan 2 jenis parasit. Beberapa jenis mangrove yang dijumpai di pesisir
Indonesia adalah bakau (Rhizophora sp), api-api (Avicennia sp),
bogem (Sonneratia sp), tancang (Bruguiera sp), nyirih (Xylocarpus
sp), tengar (Ceriops sp), dan buta-buta (Excoecaria sp).
Formasi
hutan mangrove terdiri atas empat genus utama, yaitu Avicennia, Sonneratia,
Rhizophora, dan Bruguiera (Nybaken, 1993), terdapat pula Aegiceras,
Lumnitzera, Acanthus illicifolius, Acrosticum aureum, dan Pluchea indica.
Pada perbatasan hutan mangrove dengan rawa air tawar tumbuh Nypa fruticans dan
beberapa jenis Cyperaceae (Setyawan, dkk, 2002).
H. Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Vegetasi Mangrove
Kusmana
(2005) dalam Taher (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor
lingkungan yang mendukung/ mempengaruhi mangrove (struktur vegetasi, komposisi
dan distribusi spesies, pola pertumbuhan, serta zonasi) yakni sebagai berikut:
1. Topografi pantai
Topografi
pantai merupakan faktor penting yang mempengaruhi karakteristik struktur
vegetasi, komposisi spesies, distribusi spesies dan ukuran serta luas mangrove.
Semakin datar pantai dan semakin besar pasang surut maka semakin lebar mangrove
yang tumbuh.
2. Angin
Angin berpengaruh terhadap gelombang dan arus pantai,
yang dapat menyebabkan abrasi dan mengubah struktur vegetasi mangrove,
meningkatkan evapotranspirasi dan angin kuat dapat menghalangi pertumbuhan dan
menyebabkan karakteristik fisiologis abnormal, tetapi angin diperlukan untuk
penyebaran benih tanaman.
3. Pasang
surut
Pasang surut menentukan zonasi dan komunitas flora dan
fauna mangrove. Durasi pasang surut berpengaruh besar terhadap perubahan
salinitas pada areal mangrove. Perubahan tingkat salinitas pada saat pasang
merupakan salah satu faktor yang membatasi distribusi spesies mangrove terutama
distribusi horizontal. Pada area yang selalu tergenang hanya Rhizophora sp,
yang tumbuh baik, sedangkan Bruguiera sp, dan Xylocarpus sp,
jarang mendominasi daerah yang sering tergenang.
4. Suplai
air tawar dan salinitas
Suplai air tawar dan salinitas merupakan faktor
penting dari pertumbuhan, vegetasi, daya tahan dan zonasi spesies mangrove.
Kusmana (2005) dalam Taher (2011) menyatakan bahwa kisaran salinitas
optimum yang dibutuhkan mangrove untuk tumbuh berkisar antara 10‰-30‰. Beberapa
spesies dapat tumbuh didaerah dengan salinitas yang tinggi. Menurut Dahuri
(2003) bahwa spesies vegetasi mangrove memiliki mekanisme adaptasi yang tinggi
terhadap salinitas, namun bila suplai air tawar tidak tersedia, hal ini akan
meyebabkan kadar garam dalam tanah dan air mencapai kondisi ekstrim sehingga
mengancam kelangsungan hidup mangrove. Faktor yang mempengaruhi fluktuasi
salinitas yaitu pola sirkulasi air, ketersediaan dan pasokan air tawar,
penguapan, curah hujan, dan aliran sungai (Nontji, 2003).
5. Suhu
Suhu berperan penting dalam proses fisiologi yang
dapat mempengaruhi proses-proses dalam suatu ekosistem mangrove seperti
fotosintesis dan respirasi. Aksornkoae (1993) dalam Taher (2011)
mengemukakan bahwa tinggi rendahnya suhu pada habitat mangrove disebabkan oleh
intensitas cahaya matahari yang diterima oleh badan air, banyak sedikitnya
volume air yang tergenang pada habitat mangrove, keadaan cuaca, dan ada
tidaknya naungan (penutupan) oleh tumbuhan. Kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan
mangrove adalah 18-30oC (Saenger, 1979 dalam Setyawan, dkk, 2002).
6. Derajat
Keasaman (pH) tanah
Nilai pH didefinisikan sebagai logaritma dari
aktivitas-aktivitas ion hidrogen. Derajat keasaman tanah mempengaruhi
transportasi dan keberadaan nutrien yang diperlukan tanaman. Arief (2003)
mengatakan bahwa jenis tanah banyak dipengaruhi oleh keasaman tanah yang
berlebihan, yang mengakibatkan tanah sangat peka terhadap terjadinya proses
biologi. Jika keadaan lingkungan berubah dari keadaan alaminya, keadaan pH
tanah juga akan dapat berubah. Proses dekomposisi bahan organik pada umumnya
akan mengurangi suasana asam. Menurut Murdiyanto (2003) dalam Kristoper
(2011) bahwa umumnya pH tanah tmangrove berkisar antara 6-7, kadang-kadang
turun menjadi lebih rendah dari 5.
7. Substrat
Substrat mangrove dibentuk oleh akumulasi sedimen yang
berasal dari pantai dan erosi hulu sungai. Secara umum hutan mangrove dapat
tumbuh pada berbagai macam substrat (tanah berpasir, lempung, tanah lumpur,
tanah lumpur berpasir, tanah berbatu dan sebagainya). Dahuri (2001)
mengemukakan bahwa mangrove dapat tumbuh pada berbagai jenis substrat yang
bergantung pada proses pertukaran air untuk memelihara pertumbuhan mangrove.
Soeroyo (1993) dalam Bahri (2007) menyatakan bahwa Rhizophora dapat
tumbuh baik pada substrat yang dalam/tebal dan berlumpur.
Menurut Irwanto (2006) bahwa tanah mangrove merupakan
tanah alluvial yang dibawa sebagai sedimen dan diendapkan oleh sungai dan laut.
Tanah ini dapat diklasifikasikan sebagai pasir (sand), lumpur/debu halus
(silt) dan lempung/tanah liat (clay). Tanah disusun oleh
ketiganya dengan komposisi berbeda-beda, sedangkan lumpur (mud)
merupakan campuran dari lumpur halus dan lempung yang keduanya kaya bahan
organik (detritus).
I. Zonasi Mangrove
Pertumbuhan
komunitas vegetasi mangrove secara umum mengikuti suatu pola zonasi. Pola
zonasi berkaitan erat dengan faktor lingkungan seperti tipe tanah, keterbukaan
terhadap hempasan gelombang, salinitas, serta pengaruh pasut (Dahuri, 2003). Jalur
– jalur atau zonasi vegetasi hutan mangrove disebutkan secara berurutan dari
ang paling dekat dengan laut ke arah darat sebagai berikut (Indriyanto, 2006):
1.
Jalur padada yang terbentuk oleh spesies
tumbuhan Avicennia sp. dan Sonneratia sp.
2.
Jalur bakau yang terbentuk oleh spesies tumbuhan
Rhizophora
sp. dan kadang - kadang Bruguiera sp., Ceriops sp., dan Xylocarpus sp.
3.
Jalur
tancang yang terbentuk oleh spesies tumbuhan Bruguiera sp. dan kadang – kadang Kandelia sp., Xylocarpus sp.,
dan Aegiceras sp.
4.
Jalur
transisi antara hutan payau dengan hutan rendah yang umumnya adalah hutan nipah
dengan spesies Nypa fruticans
Gambar
Zonasi vegetasi Mangrove (White dkk, 1989 dalam
Noor dkk, 2006)
J. Permasalahn Penyebab
Kerusakan Mangrove
Terkait
dengan faktor-faktor penyebab kerusakan ekosistem mangrove, Kusmana (2003)
menambahkan ada tiga faktor utama penyebab kerusakan mangrove, yaitu (1)
pencemaran, (2) konversi hutan mangrove yang kurang memperhatikan faktor
lingkungan dan (3) penebangan yang berlebihan. Selain itu kerusakan mangrove
menurut Tirtakusumah (1994), juga disebabkan oleh Faktor alam, seperti : banjir,
kekeringan dan hama penyakit, yang merupakan faktor penyebab yang relatif
kecil. Faktor penyebab yang relatif besar adalah kegiatan Manusia.
Penebangan yang berlebihan
Kegiatan penebangan untuk pemanfaatan kayu bakar atau kegiatan
lainnya ini secara langsung akan berdampak pada kerusakan ekosistem mangrove.
Gambar
penebangan pohon mangrove yang berlebihan
Konservasi menjadi lahan perikanan
yang berlebihan
Kegiatan
perikanan yang dilakukan dilahan mangrove adalah kegiatan budidaya perairan
payau yang mana sebagian besar kegiatan ini mengkonfersi lahan mengrove menjadi
petakan - petakan tambak. Hal ini pula
dapat merusak mangrove.
Gambar
Mangrove yang dikonfersi menjadi tambak
Reklamasi
Reklamasi
merupakan kegiatan pembangunan diwilayah pesisir yang menutupi laut untuk
pengadaan atau pembuatan daratan. Kegiatan reklamasi dapat merusak mangrove
karena lahan yang di buatkan daratan sebagian besar merupakan lahan mangrove.
Gaambar Reklamasi
di lahan Mangrove.
Pencemaran limbah
minyak
Pencemaran minyak di wilayah ekosistem pesisir terurama ekosistem mangrove akan
menyebabkan kematian pada mangrove.
Gambar tumpahan minyak pada
ekosistem mangrove
Pembuangan sampah padat
Pembuangan sampah padat memungkinan terlapisnya pneumatofora
yang akan mengakibatkan kematian pohon-pohon mangrove karena karakteristik
sampah padat yang tidak mudah terurai.
Gambar pencemaran sampah padat di
ekosistem Mangrove
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penyusunan makalah di atas dapat saya simpulkan antara
lain sebagai berikut :
1.
Mangrove adalah sebutan umum yang digunakan
untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh
beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai
kemampuan untuk tumbuh pada perairan asin.
2.
Mangrove
menpunyai 5 sistem akar akar pasak
(pheumatophore), akar lutut (knee root), akar tunjang (stilt root), akar papan (buttress root), dan akar gantung (aerial root). Selain itu juga mempunyai
buah, daun, dan batang.
3.
Fungsi mangrove diantaranya fungsi fisik; fungsi
biologis; fungsi kimia; dan fungsi ekonomi.
4.
Faktor pembatas pertumbuhan mangrove diantaranya
topografi pantai, salinitas, aliran air masuk, suhu, ph, substrat, pasut, dan
angin.
5.
kerusakan
mangrove disebabkan
oleh Faktor alam, seperti : banjir, kekeringan dan hama
penyakit, yang merupakan faktor penyebab yang relatif kecil. Faktor penyebab yang
relatif besar adalah kegiatan Manusia.
B. Saran
Manusia tidak luput dari keslahan dan rasa khilaf.
Barangkali hanya ini yang dapat saya ungkapkan. Jika ada kesalahan materi
maupun merugikan pihak-pihak tertentu saya meminta kritik dan sarannya, kritik
maupun sarannyan sangatlah penting untuk pengintrospesikan diri melengkapi makalah
ini. Terima kasih.
akan lebih sempurna jika menyertai daftar pustaka
BalasHapusDaftar pustaka nya gak ada bang
BalasHapus