MAKALAH KANDUNGAN GIZI FITOPLANKTON & ZOOPLANKTON



Tugas : Budidaya Pakan Alami


MAKALAH
KANDUNGAN GIZI
FITOPLANKTON & ZOOPLANKTON






TAUFIQ ABDULLAH
0517 1511 027




PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2017


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Kandungan Gizi Fitoplankton Dan Zooplankton.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
B.     Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN

A.    Fitoplankton
B.      Zooplankton

BAB III : PENUTUP

A.    Kesimpulan
B.     Saran

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Pakan adalah nama umum yang digunakan untuk menyebut makanan yang dimanfaatkan atau dimakan hewan, termasuk ikan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan tubuhnya (Khairuman dan Amri, 2002). Pakan ikan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu budidaya perikanan, disamping faktor-faktor lain seperti : benih, pengelolaan, dan pencegahan penyakit (Bambang, 2001).
Pakan yang dimakan berasal dari pakan alam (pakan alami) dan dari buatan manusia (Khairuman dan Amri, 2002). Pakan alami adalah pakan yang diberikan kepada ikan budidaya yang diperoleh langsung dari alam atau diproduksi melalui kultur (pemeliharaan). Pakan alami dapat langsung diberikan kepada ikan budidaya tanpa harus diolah. Pakan buatan pelet diberikan kepada ikan budidaya harus dipilih sesuai dengan kebutuhan gizi unutk ikan (Kordi, 2004).
Menurut Djariah (1995) Pakan alami merupakan pakan yang sudah tersedia di alam, baik dengan atau tanpa bantuan aktifitas manusia dalam hal pengadaannya. Pakan alami ikan merupakan organisme hidup yang menghuni suatu perairan, baik berupa tumbuhan maupun hewan dan dapat dikonsumsi oleh ikan. Jenis-jenis pakan alami yang dimakan oleh ikan sangat bermacam-macam tergantung pada jenis ikan dan tingkat umurnya. Pada saat benih ikan mulai belajar mencari makan dari luar, makanan yang pertama-tama mereka makan adalah plankton yang ukurannya sesuai dengan bukaan mulut benih.
Pakan alami merupakan pakan awal dan utama bagi benih ikan karena memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap. Kandungan gizi yang terdapat dalam pakan alami antara lain protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Nilai kandungan gizi yang cukup tinggi dan baik dalam pakan alami sangat diperlukan oleh benih ikan pada masa kritis untuk hidup dan tumbuh dari fase benih ke fase selanjutnya. Pakan alami yang diberikan kepada benih ikan harus memenuhi syarat antara lain berukuran lebih kecil dari diameter bukaan mulut benih ikan, mengandung kandungan nutrisi tinggi, mudah dicerna dengan baik, dan memiliki warna yang mencolok, dapat bergerak dan terapung atau tersuspensi dalam air sehingga dapat merangsang benih ikan untuk memakannya (Djariah, 1995). Benih yang dimaksud adalah pada fase larva.
Berkaitan dengan hal di atas, pada kesempatan kali ini saya akan menyusun sebuah makalah mengenai kandungan gizi pada fitoplankton dan zooplankton sebagai pakan alami untuk larva ikan.
B.            Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu sebagai berikut.

1.      Mengetahui kandungan gizi pada fitoplankton.
2.      Mengetahui kandungan gizi pada zooplankton.






BAB II
PEMBAHASAN
A.           Fitoplankton
Fitoplankton merupakan organisme remik yang bersifat nabati atau tumbuhan yang berukuran mikro dan hidupnya dipengaruhi oleh pergerakan massa air atau arus.  Dikatakan tumbuhan karena fitoplankton mempunyai klorofil sehingga dapat memlakukan proses fotosintesis. Menurut Barus (2006), proses fotosintesis pada ekosistem air yang dilakukan oleh fitoplankton, merupakan sumber nutrisi utama bagi
kelompok organisma air lainnya yang membentuk rantai makanan.
Fitoplankton dalam pembenihan dapat berperan ganda, selain dapat digunakan sebagai pakan dalam kultur zooplankton juga dapat ditambahkan secara langsung dalam bak pemeliharaan larva. Penambahan fitoplankton dalam media pemeliharaan larva tidak hanya berfungsi sebagai pakan larva secara langsung, tetapi berfungsi sebagai penyagga kualitas air dan pakan zooplankton yang diberikan pada bak pemeliharaan larva. (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Fitoplankton yang sering digunakan sebagai pakan alami yang mempunyai kandungan gizi yang tinggi, diantaranya yaitu Nannochloropsis sp., Dunaliella sp., Chaetoceros sp., Porphyridiums sp., Isochrysis sp., dan masih banyak lagi.
1.             Nannochloropsis sp.,
Nannochloropsis sp. lebih dikenal dengan nama Chlorella laut. dalam pembenihan mempunyai tiga peranan yaitu digunakan sebagai pakan pada klutur rotifera, untuk pengkayaan rotifera, dan untuk menghasilkan efek “green water” pada pemeliharaan larva. Nannochloropsis sp. dapat digunakan sebagai pakan rotifera, karena ukuran tubuhnya sesuai dengan bukaan mulut rotifera, mempunyai kandungan vitamin B12 yang sangat penting untuk populasi rotifera dan penting untuk nilai nutrisi rotifera untuk pakan larva dan juvenil ikan laut (Meritasari. dkk, 2010).
 
Gambar Nannochloropsis sp (Rezza, 2011).
Klasifikasi Nannochloropsis sp. menurut Adehoog dan Simon (2001) diacu oleh Anon. dkk, (2009) adalah sebagai berikut :
Filum               : Chromophyta
Kelas               : Eustigmatophyceae
Ordo                : Eustigmatales
Famili              : Eustigmataceae
Genus              : Nannochloropsis
Spesies            : Nannochloropsis sp.
Nannochloropsis sp. memiliki sejumlah kandungan pigmen dan nutrisi seperti protein (52,11%), karbohidrat (16%), lemak (27,64%), vitamin C (0,85%), dan klorofil A (0,89%). (Anon, dkk., 2009).

2.             Chlorella sp.
Chlorella sp. merupakan alga hijau yang selnya berbentuk bulat, hidup soliter, berukuran 2-8 µm. Chlorella dapat dijumpai di perairan tawar, payau, dan laut.
Gambar Chlorella sp.
Chlorella mengandung gizi yang cukup tinggi yaitu protein 42,2 %, lemak kasar 15,3 %, nitogen dalam bentuk ekstrak, kadar air 5,7 % dan serat 0,4 %. Chlorella juga menghasilkan suatu antibiotik yang disebut Chlorellin yang dapat melawan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri (Vashista, 1979 dalam Rostini, 2007).

3.             Scenedesmus sp.
Scenedesmus berasal dari kata scene dan desmus, scenes dalam bahasa latin berarti pengikat dan desmus berarti rantai, sehingga scenedesmus adalah alga yang hidup berkoloni dimana antara sel satu dengan sel yang lainnya membentuk semacam rantai pengikat (Kamalluddin, 1991).
Scenedesmus sp. pada umumnya membentuk koloni, koloni scenedesmus sp. terdiri atas 2, 4, 8, dan 1 sel. Scenedesmus berbentuk silindris dan umumnya membentuk koloni berukuran lebar 12-14mikron dan panjang 15-20 mikron. Selnya berbentuk elips hingga lanceolate (panjang dan ramping) dan beberapa memiliki duri atau tanduk (Irianto, 2011)
Klasifikasi scenedesmus sp. yang termasuk dalam kelas alga hijau adalah sebai berikut (Kawaroe, 2010).
Philum             : Chlorophyta
Kelas               : Chlorophycea
Ordo                : Chlorococcales
Famili              : Scenedesmaceae
Genus              : Scenedesmus
Spesies            : Scenedesmus sp.
Gambar scenedesmus sp.
Kawaroe (2010), menyatakan scenesmus sp. mengandung 8-56% protein, 10-52% karbohidrat, 2-40 % lemak serta 3-6% nucleic acid. Asam lemak pada scenesmus sp. 25,61 % berupa linoleat, 23,459% oleat serta 20,286% adalah palminat.

4.             Dunaliella sp.
Secara morfologi, Dunaliella sp. merupakan mikroalga yang bersifat  uniseluler, mempunyai sepasang flagella yang sama panjangnya, sebuah  kloroplast berbentuk cangkir, dan tidak memiliki dinding sel (Borowitzka dan  Borowitzka 1988).
Gambar Dunaliella sp.
Klasifikasi Dunaliella sp. (Bougis 1979 diacu dalam Isnansetyo dan Kurniastuty 1995), sebagai berikut:
Phylum            : Chlorophyta
Kelas               : Chlorophyceae
Ordo                : Volvocales
Famili              : Polyblepharidaceae
Genus              : Dunaliella
Spesies            : Dunaliella sp.
Dunaliella banyak dimanfaatkan sebagai pakan yang menyehatkan  seperti halnya dengan Chlorella karena kandungan proteinnya yang tinggi. Komposisi kimia Dunaliella dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel Komposisi kimia Dunaliella.    
Senyawa Kimia
Kadar (%)
Protein
47,43
Karbohidrat
35,11
Lemak
9,06
Abu
18,12
Thn 2000, hasil analisis dalam % bk  (Sumber: Tjahjo et al. 2002)
Hasil kadar proksimat yang diperoleh untuk sampel D. salina ialah kadar abu sebesar 58,29%, kadar air 15,58%, kadar protein 17,08%, kadar lemak 0,003% dan kadar karbohidrat total 15,07%, sedangkan total karoten 0,19 ppm, Asam amino esensial (histidin, threonin, arginin, metionin, fenilalanin, valin, isoleusin, leusin, dan lisin) dan asam amino non-essensial terdiri dari (asam aspartat, asam glutamat, serin, glisin, alanin, dan tirosin ).

5.             Chaetoceros sp.
Chaetoceros sp. termasuk diatom yang disebut golden-brown algae karena kandungan pigmen kuningnya lebih banyak daripada pigmen hijau (Lee 1989).  Chaetoceros sp. merupakan diatom planktonik yang hidup melayang pada perairan pelagis, yaitu wilayah perairan yang terkena sinar matahari (Anonim 2007). Genus Chaetoceros sp. memiliki beberapa jenis spesies, satu diantaranya adalah Chaetoceros gracilis.
Gambar Chaetoceros gracilis (Anonim 2010)
Klasifikasi Chaetoceros gracilis (Bold & Wynne 1985) adalah sebagai berikut :
Phylum            : Chrysophyta
Kelas               : Bacillariophyceae
Ordo                : Centricae
Subordo          : Biddulphioideae
Famili              : Chaetoceraceae
Genus              : Chaetoceros
Spesies            : Chaetoceros gracilis
Chaetoceros merupakan salah satu contoh alga kuning yang mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi. Kandungan nutrisi dari Chaetoceros sp yaitu protein 35%, lemak 6,9%, karbohidrat 6,6% dan kadar abu 28% (Isnansetyo dan Kurniastuty,1995).

6.             Porphyridiums sp.
Porphyridium sp adalah mikroalga merah bersel satu yang termasuk kelas Rhodophyceae. Pemberian nama alga merah untuk Porphyridium sp didasarkan atas kelebihan dan dominasi dari pigmen merah r(red)-fikoeritrin dan r(red) -fikosianin yang dimilikinya.
Gambar  Porphyridium sp (Lud, 2012)
Klasifikasi Porphyridium sp menurut Vonshak (1988) adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Protista
Filum               : Rhodophyta
Kelas               : Bangiophycidae
Ordo                : Porphyridiales
Famili              : Porphyridiaceae
Genus              : Porphyridium
Species            : Porphyridium sp.
Porphyridium sp. digunakan sebagai pakan alami karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Kandungan nutrisi Porphyridium sp. dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Komposisi kimia Porphyridium sp.      
Senyawa Kimia
Kadar (%)
Protein
5,54
Karbohidrat
44,12
Lemak
0,33
Air
11,67
Abu
38,34
Kandungan asam amino yang terdapat dalam Porphyridium cruentum diantaranya asam aspartat (14,9%), treonin (3,8%), serin (3,7%), asam glutamat (8%), prolin (2,3%), glisin (7,6%), alanin (12,1%), valin (5,8%), isoleusin (4,4%), leusin (3.9 %), tirosin (0,8%), fenilalanin (1,7%), histidin (1,6%), lisin (4,5%), arginin (0,6%), dan metionin (2,6%) (Sprinkle et al. 1986).

7.             Tetraselmis sp.
Tetraselmis sp. termasuk dalam Chlorophyceae (plankton hijau) atau yang dikenal dengan flagellata berklorofil yang berwarna hijau, berukuran 7-12 μm.
Gambar Tetraselmis sp.
Menurut Abidin (1996) Tetraselmis sp. diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Chlorophyta
Kelas               : Chlorophyceae
Ordo                : Chlorococcales
Family             : Chlamydomonadaceae
Genus              : Tetraselmis
Spesies       : Tetraselmis sp.
Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) menyatakan kandungan gizi yang dimiliki Tetraselmis sp. adalah protein 49,75 %, lemak 0,910 % dari berat kering.

8.             Isochrysis sp.
Isochrysis sp. adalah mikroalga hijau berbentuk unisel, bersifat motil, memiliki panjang 5-6 µm dan lebar 2-4 µm dengan bentuk yang elips. Isochrysis sp. memiliki banyak jenis spesies, satu diantaranya adalah Isochrysis galbana
Gambar Isochrysis galbana
Menurut Parke (1971) dalam Natasya (2008), taksonomi Isochrysis galbana adalah sebagai berikut:
Divisi               : Haptophyta
Kelas               : Prymnesiophyceae
Bangsa             : Isochrysidales
Suku                : Isochrysidaceae
Marga              : Isochrysis
Jenis                 : Isochrysis galbana
Kelas Prymnesiophyceae mempunyai pigmen α karoten, β karoten, fluxochanthin, diatoxanthin, dan diadinoxanthin sehingga fitoplankton berwarna kekuningan. Kandungan proksimat Isochrysis galbana terdiri dari kandungan protein 46,69 %; karbohidrat 24,15 % dan lemak 17,07 % serta kaya dengan DHA. Kandungan asam lemak (fatty acid) dari Isochrysis sp. berkisar antara 14 % hingga 26 % (Natassya, 2008).

B.            Zooplankton
Zooplankton atau plankton hewani merupakan suatu organisme yang berukuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus di lautan bebas yang hidupnya sebagai hewan. Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan perenang aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus itu sendiri (Hutabarat dan Evans, 1986).
Berdasarkan siklus hidupnya zooplankton dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu sebagai meroplankton dan holoplankton banyak jenis hewan yang menghabiskan sebagian hidupnya sebagai plankton, khususnya pada tingkat larva. Plankton kelompok ini disebut meroplankton atau plankton sementara. Sedangkan holoplankton atau plankton tetap, yaitu biota yang sepanjang hidupnya sebagai plankton (Raymont, 1983; Omori dan Ikeda, 1984; Arinardi dkk,1994). Zooplankton dalam pembenihan berfungsi sebagai pakan alami untuk ikan karnivora atau pemakan daging. Zooplankton yang sering digunakan diantaranya Moina, Dhapnia, Tubifex, Artemia, Rotifer, dan lain – lain. Zooplankton tersebut digunakan karena mudah dalam mengkultur serta mengandung kandungan nutrisi yang tinggi.



1.             Moina sp.
Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik yang termasuk dalam filum Crustacea, kelas Entomostraca, ordo Phylopoda, dan subordo Cladocera. Ukuran Moina sp berkisar antara 500-1.000 mikron. Ciri khas dari Moina sp adalah bentuk tubuh pipih ke samping, dinding tubuh bagian punggung membentuk suatu lipatan sehingga menutupi bagian tubuh beserta anggota-anggota tubuh pada kedua sisinya. Bentuk tubuh Moina sp tampak seperti sebuah cangkang kerang-kerangan.
Gambar Moina sp.
Mudjiman (2008), mengklasifikasikan Moina sp adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Subphylum      : Crustacea
Class                : Branchiopoda
Order               : Cladocera
Family             : Moinidae
Genus              : Moina
Spesies            : Moina sp.
Mudjiman (2008), menyatakan bahwa kandungan gizi pada pakan alami Moina sp umumnya terdiri dari air (99,60 %), protein (37,38 %), lemak (13,29 %), serat kasar (11,00 %), dan abu (0 %).

2.             Dhapnia sp.
Menurut Pangkey (2009), Daphnia sp. adalah krustasea berukuran kecil yang hidup di perairan tawar, sering juga disebut sebagai kutu air. Disebut demikian karena cara bergerak yang unik dari organisme ini dalam air. Ada terdapat banyak spesies (kurang lebih 400 spesies) dari Daphniidae dan distribusinya sangat luas. Dari semua spesies yang ada, Daphnia sp. dan Moina yang paling dikenal, dan sering digunakan sebagai pakan untuk larva ikan (Pangkey, 2009).
Gambar Dhapnia sp.
Menurut Pennak (1989), klasifikasi Daphnia sp. adalah sebagai berikut:
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Crustacea
Sub kelas         : Branchiopoda
Ordo                : Cladocera
Sub ordo         : Eucladocera
Famili             : Daphnidae
Genus              : Daphnia
Spesies            : Daphnia sp.
Kandungan nutrisi dari pakan alami Daphnia sp. terutama protein dan lemak sangat dibutuhkan oleh larva ikan untuk pertumbuhan dan sistem imunitasnya (Aksoy et.al.,2007 ; Lim et. al., 2011 ; Herawati et.al., 2013). Kandungan protein Daphnia sp. berkisar 42-54%, kandungan lemak berkisar 6,5-8% dari berat keringnya, dan asam lemak linoleat dan linolenatnya berkisar 7,5 dan 6,7% (Rahman, et. al., 2013).

3.             Tubifex
Cacing Tubifex sp. memiliki beberapa nama sesuai dengan ciri yang dimilikinya. Misalnya cacing ini disebut cacing merah atau cacing rambut atau cacing sutera. Disebut cacing merah karena sekujur tubuhnya berwarna merah, disebut cacing rambut karena bentuknya menyerupai rambut dengan panjang 2-3 cm, meskipun pernah ditemukan yang panjangnya 20 cm, dan dikenal sebagai cacing sutera mungkin karena selembut sutera.
Gambar Cacing Tubifex sp.
Cacing rambut (Tubifex sp.) diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum            : Annelida
Kelas               : Oligichaeta
Ordo                : Haplotaxida
Familia            : Tubificidae Genus : Tubifex
Spesies            : Tubifex sp.
Cacing sutra dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan karena mengandung nutrisi yang tinggi, yaitu protein 57%, karbohidrat 2,04%, lemak 13,30%, air 87,17% dan kadar abu 3,60% (Khairuman dkk., 2008).

4.             Artemia sp.
Artemia merupakan zooplankton dari anggota krustacea. Galebert (1991)  dalam Umbas (2002) menyatakan bahwa Artemia digunakan sebagai pakan alami lebih dari 85% species hewan budidaya, Artemia mempunyai nilai gizi tinggi, dapat menetas dengan cepat, ukurannya relatif kecil dan pergerakan lambat serta dapat hidup pada kepadatan tinggi (Tyas 2004).
Gambar Artemia sp.
Berikut ini merupakan klasifikasi Artemia sp. :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Subphylum      : Crustacea
Class                : Branchiopoda
Order               : Anostraca
Family             : Artemiidae
Genus              : Artemia
Species            : Artemia sp. (Linnaeus, 1758)

Artemia sp. memiliki kandungan gizi yang lengkap dan tinggi, protein 52,7%, karbohidrat 15,4%, lemak 4,8%, air 10,3% dan abu 11,2% (Marihati, 2013).

5.             Rotifer (Branchionus Plicatilis)
Brachionus plicatilis termasuk ke dalam filum Rotifera yang merupakan filum invertebrata. Ada tiga kelas rotifer, yaitu (1) Seisinoidea, (2) Bdelloidea: kelompok yang menyerupai cacing dan bereproduksi secara aseksual, dan (3) Monogononta: kelas yang di dalamnya terdapat B. plicatilis, B. calyciflorus, dan rubens.
Gambar Branchionus plicatilis (Koste, 1980 dalam Amali, 2005)
Klasifikasi B. plicatilis menurut Fu et al. (1991) dalam Amali (2005) adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Rotifera
Kelas               : Monogononta
Ordo                : Ploima
Famili              : Brachionidae
Sub Famili       : Brachioninae
Genus              : Brachionus
Spesies            : B. plicatilis
Menurut Anonimus (1990), kandungan gizi Rotifer (B. plicatilis) adalah kadar air 85,70 %, protein 8,60 %, lemak 4,50 %, dan abu 0,70 %.

6.             Jentik Nyamuk
Jentik nyamuk merupakan larva nyamuk yang merupakan hewan dari filum antrophoda atau hewan berbuku – buku. Jentik nyamuk ini biasanya mudah dan dapat ditemukan di air selokan, comberan, parit, rawa dan sebagainya. Karna mudah ditemukan jentik nyamuk sering dijadikan sebagai pakan alami.
Gambar jentik nyamuk
Jentik nyamuk digunakan sebagai pakan alami karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Kandungan nutrisi jentik nyamuk dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Komposisi kimia jentik nyamuk.
Senyawa Kimia
Kadar (%)
Protein
15,58
Lemak
7,81
Air
1,4
Serat Kasar
6,46
Sumber : Widigdo dalam Khairuman, dkk, 2008; Sidharta dan Sitanggang, 2009; HI-provite®

7.             Diaphanosoma sp.
Jenis Crustacea yang saat ini mulai dikembangkan untuk pakan hidup organisme laut adalah dari ordo Cladocera (Thariq, 2002). Diaphanosoma sp. merupakan zooplankton dari ordo Cladocera yang dapat tumbuh di air tawar, payau maupun di air laut. Bentuk tubuh dari Diaphanosoma sp. adalah oval atau bulat memanjang, transparan dan badan tertutup karapaks (Soelistyowati, 1978).
Gambar Diaphanosoma sp.
Menurut Yamaji (1984) Diaphanosoma sp. diklasifikasikan sebagai berikut :
Fillum              : Arthropoda
Sub filum        : Crustacea
Kelas               : Branchiopoda
Sub Kelas        : Phyllopoda
Ordo                : Cladocera
Famili              : Sididae
Genus              : Diaphanosoma
Species            : Diaphanosoma sp
Menurut Satyantini (2007), Kandungan nutrisi yang terkandung pada Diaphanosoma sp. adalah protein, vitamin, dan ω-3 HUFA.


      
BAB III
PRNUTUP
A.           Kesimpulan
Berdasarkan penyusunan makalah di atas, dapat saya simpulkan bahwa pakan alami yang digunakan harus mempunyai kandungan gizi yang tinggi baik itu pada fitoplankton atau zooplankton. Kandungan nutrisi itu terdiri dari lima komponen yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
B.            Saran
Manusia tidak luput dari keslahan dan rasa khilaf. Barangkali hanya ini yang dapat Saya ungkapkan. Jika ada kesalahan materi maupun merugikan pihak-pihak tertentu Saya meminta kritik dan sarannya, kritik maupun sarannyan sangatlah penting untuk pengintrospesikan diri melengkapi makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA
Arif, Desilina. 2014. Diktat Teknologi Pakan Ikan. Kementerian Kelautan dan       Perikanan. Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Waiheru : Ambon
Basyori,faruk.2012.Plankton.http://farukbasyori.blogspot.com/2012/03/plankton.html. diakses pada 11 oktober 2014 pukul 05.59
Cahayaningsih, S. dan Slamet Subyakto. 2009. Kultur masal Scenedesmus sp. sebagai Upaya Penyedia Pakan Rotifera dalam Bentuk Alami maupun Konsentrat. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 1 (2): 143-147
Darsi, Radyanti; A. Supriadi; A. D. Sasanti. 2012. Karakteristik Kimiawi dan        Potensi Pemanfaatan Dunaliella salina dan Nannochloropsis sp. Fishtech.         1(1): 14-25
Endrawati, hadi dan Ita Riniatsih. 2013. Kadar Total Lipid Mikroalga Nannochloropsis oculata yang dikultur dengan suhu yang berbeda. Jurnal Buletin Oseanografi Marina.fpik.undip
Fauziah. 2011. Efektivitas Penyerapan Logam Kromium (Cr VI) dan Kadmium (Cd)oleh Scenedesmus dimorphus. Skripsi. Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
Imam Prasetyo, Triastono. 1967. Beberapa Genus Alga Air Tawar Sistematika dan Deskripsi (Menurut Gilbert M. Smith). Malang: FMIPA IKIP MALANG.
Indah, Najmi. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah. Institut Keguruan Ilmu Pendidikan PGRI Jember FP MIPA Jurusan Biologi Institut Pertanian Bogor: Bogor
Isaka, Nanako; Hiroko Kawai-Toyooka dan Ryo Matsuzaki. 2012. Description Of Two New Monoecious Spesies Of Volvox Sect. Volvox (Volvocaceae, Chlorophyceae), Based On Comparative Morphology and Moleculer  Phylogeny Of Cultured Material. J. Phycol. 48, 759–767
Liu, Ching-Piao dan Liang-Ping Lin. 2001. Ultrastructural Study And Lipid FormationOf Isochrysis sp. CCMP1324. Botanical Bulletin of Academia Sinica, Vol. 42 : 207 – 214.
Nattasya, G. Yuliani. 2009. Skripsi. Pengaruh Sedimen Berminyak Terhadap Pertumbuhan Mikroalga Isochrysis sp. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor: Bogor
Rusyani, Emy. 2001. Skripsi. Pengaruh Dosis Zeolit Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Isochrysis galbana klon Tahiti Skala Laboratorium Dalam Media Komersial. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor: Bogor
Rusyani, emy. 2012. Manfaat Nannochloropsis sp. Unila . Lampung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PENGARAHAN

SISTEM PENCERNAAN PADA IKAN

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air : OSMOREGULASI PADA IKAN NILA DENGAN PENGARUH PEMBERIAN SALINITAS YANG BERBEDA