MAKALAH KANDUNGAN GIZI FITOPLANKTON & ZOOPLANKTON
Tugas : Budidaya Pakan Alami
MAKALAH
KANDUNGAN GIZI
FITOPLANKTON & ZOOPLANKTON
TAUFIQ ABDULLAH
0517
1511 027
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
KHAIRUN
TERNATE
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah Kandungan Gizi Fitoplankton Dan Zooplankton.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan ini.
Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakangB. Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
A. FitoplanktonB. Zooplankton
BAB III : PENUTUP
A. KesimpulanB. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pakan adalah nama umum
yang digunakan untuk menyebut makanan yang dimanfaatkan atau dimakan hewan,
termasuk ikan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan tubuhnya (Khairuman dan
Amri, 2002). Pakan ikan merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan suatu budidaya perikanan, disamping faktor-faktor lain seperti :
benih, pengelolaan, dan pencegahan penyakit (Bambang, 2001).
Pakan yang dimakan
berasal dari pakan alam (pakan alami) dan dari buatan manusia (Khairuman dan
Amri, 2002). Pakan alami adalah pakan yang diberikan kepada ikan budidaya yang
diperoleh langsung dari alam atau diproduksi melalui kultur (pemeliharaan).
Pakan alami dapat langsung diberikan kepada ikan budidaya tanpa harus diolah.
Pakan buatan pelet diberikan kepada ikan budidaya harus dipilih sesuai dengan
kebutuhan gizi unutk ikan (Kordi, 2004).
Menurut Djariah (1995) Pakan alami merupakan
pakan yang sudah tersedia di alam, baik dengan atau tanpa bantuan aktifitas
manusia dalam hal pengadaannya. Pakan alami ikan merupakan organisme hidup yang menghuni suatu perairan, baik
berupa tumbuhan maupun hewan dan dapat dikonsumsi oleh ikan. Jenis-jenis pakan
alami yang dimakan oleh ikan sangat bermacam-macam tergantung pada jenis ikan
dan tingkat umurnya. Pada saat benih ikan mulai belajar mencari makan dari
luar, makanan yang pertama-tama mereka makan adalah plankton yang ukurannya
sesuai dengan bukaan mulut benih.
Pakan alami merupakan
pakan awal dan utama bagi benih ikan karena memiliki kandungan gizi yang cukup
lengkap. Kandungan gizi yang terdapat dalam pakan alami antara lain protein,
lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Nilai kandungan gizi yang cukup tinggi
dan baik dalam pakan alami sangat diperlukan oleh benih ikan pada masa kritis
untuk hidup dan tumbuh dari fase benih ke fase selanjutnya. Pakan alami yang
diberikan kepada benih ikan harus memenuhi syarat antara lain berukuran lebih
kecil dari diameter bukaan mulut benih ikan, mengandung kandungan nutrisi
tinggi, mudah dicerna dengan baik, dan memiliki warna yang mencolok, dapat
bergerak dan terapung atau tersuspensi dalam air sehingga dapat merangsang
benih ikan untuk memakannya (Djariah, 1995). Benih yang dimaksud adalah pada
fase larva.
Berkaitan
dengan hal di atas, pada kesempatan kali ini saya akan menyusun sebuah makalah
mengenai kandungan gizi pada fitoplankton dan zooplankton sebagai pakan alami
untuk larva ikan.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu sebagai berikut.
1. Mengetahui kandungan gizi pada fitoplankton.2. Mengetahui kandungan gizi pada zooplankton.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fitoplankton
Fitoplankton merupakan organisme remik yang bersifat
nabati atau tumbuhan yang berukuran mikro dan hidupnya dipengaruhi oleh
pergerakan massa air atau arus.
Dikatakan tumbuhan karena fitoplankton mempunyai klorofil sehingga dapat
memlakukan proses fotosintesis. Menurut Barus (2006), proses fotosintesis pada
ekosistem air yang dilakukan oleh fitoplankton, merupakan sumber nutrisi utama
bagi
kelompok
organisma air lainnya yang membentuk rantai makanan.
Fitoplankton
dalam pembenihan dapat berperan ganda, selain dapat digunakan sebagai pakan
dalam kultur zooplankton juga dapat ditambahkan secara langsung dalam bak
pemeliharaan larva. Penambahan fitoplankton dalam media pemeliharaan larva
tidak hanya berfungsi sebagai pakan larva secara langsung, tetapi berfungsi
sebagai penyagga kualitas air dan pakan zooplankton yang diberikan pada bak
pemeliharaan larva. (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Fitoplankton yang
sering digunakan sebagai pakan alami yang mempunyai kandungan gizi yang tinggi,
diantaranya yaitu Nannochloropsis sp., Dunaliella sp., Chaetoceros sp., Porphyridiums sp., Isochrysis
sp., dan masih banyak lagi.
1.
Nannochloropsis
sp.,
Nannochloropsis sp.
lebih dikenal dengan nama Chlorella laut. dalam pembenihan mempunyai tiga
peranan yaitu digunakan sebagai pakan pada klutur rotifera, untuk pengkayaan
rotifera, dan untuk menghasilkan efek “green water” pada pemeliharaan larva. Nannochloropsis
sp. dapat digunakan sebagai pakan rotifera, karena ukuran tubuhnya sesuai
dengan bukaan mulut rotifera, mempunyai kandungan vitamin B12 yang sangat
penting untuk populasi rotifera dan penting untuk nilai nutrisi rotifera untuk
pakan larva dan juvenil ikan laut (Meritasari. dkk, 2010).
Gambar Nannochloropsis
sp (Rezza, 2011).
Klasifikasi Nannochloropsis sp. menurut
Adehoog dan Simon (2001) diacu oleh Anon. dkk, (2009) adalah sebagai berikut :
Filum :
Chromophyta
Kelas :
Eustigmatophyceae
Ordo :
Eustigmatales
Famili :
Eustigmataceae
Genus :
Nannochloropsis
Spesies : Nannochloropsis sp.
Nannochloropsis sp.
memiliki sejumlah kandungan pigmen dan nutrisi seperti protein (52,11%),
karbohidrat (16%), lemak (27,64%), vitamin C (0,85%), dan klorofil A (0,89%). (Anon,
dkk., 2009).
2.
Chlorella sp.
Chlorella sp. merupakan alga hijau yang selnya berbentuk
bulat, hidup soliter, berukuran 2-8 µm. Chlorella dapat dijumpai di perairan
tawar, payau, dan laut.
Gambar Chlorella sp.
Chlorella mengandung
gizi yang cukup tinggi yaitu protein 42,2 %, lemak kasar 15,3 %, nitogen dalam
bentuk ekstrak, kadar air 5,7 % dan serat 0,4 %. Chlorella juga
menghasilkan suatu antibiotik yang disebut Chlorellin yang dapat melawan
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri (Vashista, 1979 dalam
Rostini, 2007).
3.
Scenedesmus sp.
Scenedesmus berasal dari kata scene
dan desmus, scenes dalam bahasa latin
berarti pengikat dan desmus berarti
rantai, sehingga scenedesmus adalah
alga yang hidup berkoloni dimana antara sel satu dengan sel yang lainnya
membentuk semacam rantai pengikat (Kamalluddin, 1991).
Scenedesmus sp. pada umumnya membentuk koloni, koloni
scenedesmus sp. terdiri atas 2, 4, 8,
dan 1 sel. Scenedesmus berbentuk
silindris dan umumnya membentuk koloni berukuran lebar 12-14mikron dan panjang
15-20 mikron. Selnya berbentuk elips hingga lanceolate (panjang dan ramping)
dan beberapa memiliki duri atau tanduk (Irianto, 2011)
Klasifikasi scenedesmus sp. yang termasuk dalam kelas
alga hijau adalah sebai berikut (Kawaroe, 2010).
Philum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophycea
Ordo : Chlorococcales
Famili : Scenedesmaceae
Genus : Scenedesmus
Spesies : Scenedesmus sp.
Gambar scenedesmus sp.
Kawaroe (2010),
menyatakan scenesmus sp. mengandung
8-56% protein, 10-52% karbohidrat, 2-40 % lemak serta 3-6% nucleic acid. Asam
lemak pada scenesmus sp. 25,61 %
berupa linoleat, 23,459% oleat serta 20,286% adalah palminat.
4.
Dunaliella sp.
Secara morfologi, Dunaliella
sp. merupakan mikroalga yang bersifat
uniseluler, mempunyai sepasang flagella yang sama panjangnya,
sebuah kloroplast berbentuk cangkir, dan
tidak memiliki dinding sel (Borowitzka dan
Borowitzka 1988).
Gambar Dunaliella
sp.
Klasifikasi Dunaliella sp.
(Bougis 1979 diacu dalam Isnansetyo dan Kurniastuty 1995), sebagai berikut:
Phylum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Volvocales
Famili : Polyblepharidaceae
Genus : Dunaliella
Spesies : Dunaliella sp.
Dunaliella banyak dimanfaatkan sebagai
pakan yang menyehatkan seperti halnya
dengan Chlorella karena kandungan proteinnya yang tinggi. Komposisi kimia
Dunaliella dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel Komposisi kimia
Dunaliella.
Senyawa Kimia
|
Kadar (%)
|
Protein
|
47,43
|
Karbohidrat
|
35,11
|
Lemak
|
9,06
|
Abu
|
18,12
|
Thn 2000, hasil analisis dalam % bk
(Sumber: Tjahjo et al. 2002)
Hasil kadar proksimat yang diperoleh untuk sampel D.
salina ialah kadar abu sebesar 58,29%, kadar air 15,58%, kadar protein
17,08%, kadar lemak 0,003% dan kadar karbohidrat total 15,07%, sedangkan total
karoten 0,19 ppm, Asam amino esensial (histidin, threonin, arginin, metionin,
fenilalanin, valin, isoleusin, leusin, dan lisin) dan asam amino non-essensial
terdiri dari (asam aspartat, asam glutamat, serin, glisin, alanin, dan
tirosin ).
5.
Chaetoceros
sp.
Chaetoceros sp.
termasuk diatom yang disebut golden-brown algae karena kandungan pigmen
kuningnya lebih banyak daripada pigmen hijau (Lee 1989). Chaetoceros sp. merupakan diatom
planktonik yang hidup melayang pada perairan pelagis, yaitu wilayah perairan
yang terkena sinar matahari (Anonim 2007). Genus Chaetoceros sp. memiliki
beberapa jenis spesies, satu diantaranya adalah Chaetoceros gracilis.
Gambar Chaetoceros
gracilis (Anonim 2010)
Klasifikasi Chaetoceros gracilis
(Bold & Wynne 1985) adalah sebagai berikut :
Phylum : Chrysophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo :
Centricae
Subordo : Biddulphioideae
Famili : Chaetoceraceae
Genus : Chaetoceros
Spesies : Chaetoceros gracilis
Chaetoceros merupakan salah satu contoh alga kuning
yang mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi. Kandungan nutrisi dari Chaetoceros
sp yaitu protein 35%, lemak 6,9%, karbohidrat 6,6% dan kadar abu 28%
(Isnansetyo dan Kurniastuty,1995).
6.
Porphyridiums sp.
Porphyridium sp
adalah mikroalga merah bersel satu yang termasuk kelas Rhodophyceae. Pemberian nama alga merah untuk Porphyridium
sp didasarkan atas kelebihan dan dominasi dari pigmen merah r(red)-fikoeritrin
dan r(red) -fikosianin yang dimilikinya.
Gambar Porphyridium sp (Lud, 2012)
Klasifikasi Porphyridium
sp menurut Vonshak (1988) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Protista
Filum : Rhodophyta
Kelas : Bangiophycidae
Ordo : Porphyridiales
Famili : Porphyridiaceae
Genus : Porphyridium
Species :
Porphyridium sp.
Porphyridium sp. digunakan sebagai pakan alami karena memiliki
kandungan nutrisi yang tinggi. Kandungan nutrisi Porphyridium sp. dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel Komposisi kimia Porphyridium sp.
Senyawa Kimia
|
Kadar (%)
|
Protein
|
5,54
|
Karbohidrat
|
44,12
|
Lemak
|
0,33
|
Air
|
11,67
|
Abu
|
38,34
|
Kandungan asam amino yang terdapat dalam Porphyridium
cruentum diantaranya asam aspartat (14,9%), treonin (3,8%), serin (3,7%), asam
glutamat (8%), prolin (2,3%), glisin (7,6%), alanin (12,1%), valin (5,8%),
isoleusin (4,4%), leusin (3.9 %), tirosin (0,8%), fenilalanin (1,7%), histidin
(1,6%), lisin (4,5%), arginin (0,6%), dan metionin (2,6%) (Sprinkle et al. 1986).
7.
Tetraselmis sp.
Tetraselmis
sp.
termasuk dalam Chlorophyceae (plankton hijau) atau yang dikenal dengan
flagellata berklorofil yang berwarna hijau, berukuran 7-12 μm.
Gambar Tetraselmis
sp.
Menurut Abidin
(1996) Tetraselmis sp. diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas :
Chlorophyceae
Ordo :
Chlorococcales
Family : Chlamydomonadaceae
Genus :
Tetraselmis
Spesies : Tetraselmis sp.
Isnansetyo dan Kurniastuty (1995)
menyatakan kandungan gizi yang dimiliki Tetraselmis sp. adalah protein
49,75 %, lemak 0,910 % dari berat kering.
8.
Isochrysis
sp.
Isochrysis sp. adalah
mikroalga hijau berbentuk unisel, bersifat motil, memiliki panjang
5-6 µm dan lebar 2-4 µm dengan bentuk yang elips. Isochrysis sp. memiliki
banyak jenis spesies, satu diantaranya adalah Isochrysis galbana
Gambar Isochrysis galbana
Menurut Parke (1971) dalam Natasya (2008), taksonomi Isochrysis galbana adalah sebagai berikut:
Divisi : Haptophyta
Kelas : Prymnesiophyceae
Bangsa : Isochrysidales
Suku :
Isochrysidaceae
Marga : Isochrysis
Jenis : Isochrysis galbana
Kelas Prymnesiophyceae mempunyai pigmen α karoten, β karoten,
fluxochanthin, diatoxanthin, dan diadinoxanthin sehingga fitoplankton berwarna
kekuningan. Kandungan proksimat Isochrysis
galbana terdiri dari kandungan protein 46,69 %; karbohidrat 24,15 % dan lemak
17,07 % serta kaya dengan DHA. Kandungan asam lemak (fatty acid) dari Isochrysis
sp. berkisar antara 14 % hingga 26 % (Natassya, 2008).
B.
Zooplankton
Zooplankton atau
plankton hewani merupakan suatu organisme yang berukuran kecil yang hidupnya
terombang-ambing oleh arus di lautan bebas yang hidupnya sebagai hewan.
Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan perenang aktif, yang dapat
mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa lapisan perairan, tetapi
kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika dibandingkan dengan kuatnya
gerakan arus itu sendiri (Hutabarat dan Evans, 1986).
Berdasarkan siklus
hidupnya zooplankton dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu sebagai
meroplankton dan holoplankton banyak jenis hewan yang menghabiskan sebagian hidupnya
sebagai plankton, khususnya pada tingkat larva. Plankton kelompok ini disebut
meroplankton atau plankton sementara. Sedangkan holoplankton atau plankton
tetap, yaitu biota yang sepanjang hidupnya sebagai plankton (Raymont, 1983;
Omori dan Ikeda, 1984; Arinardi dkk,1994). Zooplankton dalam pembenihan
berfungsi sebagai pakan alami untuk ikan karnivora atau pemakan daging.
Zooplankton yang sering digunakan diantaranya Moina, Dhapnia, Tubifex, Artemia,
Rotifer, dan lain – lain. Zooplankton tersebut digunakan karena mudah dalam
mengkultur serta mengandung kandungan nutrisi yang tinggi.
1.
Moina sp.
Mudjiman (2008),
menyatakan bahwa Moina sp merupakan kelompok udang renik yang termasuk
dalam filum Crustacea, kelas Entomostraca, ordo Phylopoda, dan subordo Cladocera.
Ukuran Moina sp berkisar antara 500-1.000 mikron. Ciri khas dari Moina
sp adalah bentuk tubuh pipih ke samping, dinding tubuh bagian punggung
membentuk suatu lipatan sehingga menutupi bagian tubuh beserta anggota-anggota
tubuh pada kedua sisinya. Bentuk tubuh Moina sp tampak seperti sebuah
cangkang kerang-kerangan.
Gambar
Moina sp.
Mudjiman (2008),
mengklasifikasikan Moina sp adalah sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class :
Branchiopoda
Order :
Cladocera
Family :
Moinidae
Genus :
Moina
Spesies : Moina sp.
Mudjiman
(2008), menyatakan bahwa kandungan gizi pada pakan alami Moina sp umumnya
terdiri dari air (99,60 %), protein (37,38 %), lemak (13,29 %), serat kasar
(11,00 %), dan abu (0 %).
2.
Dhapnia sp.
Menurut Pangkey (2009),
Daphnia sp. adalah krustasea berukuran kecil yang hidup di
perairan tawar, sering juga disebut sebagai kutu air. Disebut demikian karena
cara bergerak yang unik dari organisme ini dalam air. Ada terdapat banyak
spesies (kurang lebih 400 spesies) dari Daphniidae dan distribusinya
sangat luas. Dari semua spesies yang ada, Daphnia sp. dan Moina yang
paling dikenal, dan sering digunakan sebagai pakan untuk larva ikan (Pangkey,
2009).
Gambar Dhapnia sp.
Menurut Pennak
(1989), klasifikasi Daphnia sp. adalah sebagai berikut:
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Crustacea
Sub kelas : Branchiopoda
Ordo :
Cladocera
Sub ordo : Eucladocera
Famili :
Daphnidae
Genus :
Daphnia
Spesies :
Daphnia sp.
Kandungan nutrisi
dari pakan alami Daphnia sp. terutama protein dan lemak sangat
dibutuhkan oleh larva ikan untuk pertumbuhan dan sistem imunitasnya (Aksoy et.al.,2007
; Lim et. al., 2011 ; Herawati et.al., 2013). Kandungan protein Daphnia
sp. berkisar 42-54%, kandungan lemak berkisar 6,5-8% dari berat keringnya,
dan asam lemak linoleat dan linolenatnya berkisar 7,5 dan 6,7% (Rahman, et.
al., 2013).
3.
Tubifex
Cacing Tubifex sp. memiliki beberapa nama
sesuai dengan ciri yang dimilikinya. Misalnya cacing ini disebut cacing merah
atau cacing rambut atau cacing sutera. Disebut cacing merah karena sekujur
tubuhnya berwarna merah, disebut cacing rambut karena bentuknya menyerupai
rambut dengan panjang 2-3 cm, meskipun pernah ditemukan yang panjangnya 20 cm,
dan dikenal sebagai cacing sutera mungkin karena selembut sutera.
Gambar Cacing Tubifex sp.
Cacing
rambut (Tubifex sp.) diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum : Annelida
Kelas : Oligichaeta
Ordo : Haplotaxida
Familia : Tubificidae Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp.
Cacing sutra dibutuhkan untuk
pertumbuhan ikan karena mengandung nutrisi yang tinggi, yaitu protein 57%,
karbohidrat 2,04%, lemak 13,30%, air 87,17% dan kadar abu 3,60% (Khairuman
dkk., 2008).
4.
Artemia sp.
Artemia merupakan
zooplankton dari anggota krustacea. Galebert (1991) dalam Umbas (2002) menyatakan bahwa Artemia
digunakan sebagai pakan alami lebih dari 85% species hewan budidaya, Artemia
mempunyai nilai gizi tinggi, dapat menetas dengan cepat, ukurannya relatif
kecil dan pergerakan lambat serta dapat hidup pada kepadatan tinggi (Tyas
2004).
Gambar
Artemia sp.
Berikut ini merupakan klasifikasi Artemia sp.
:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Branchiopoda
Order : Anostraca
Family : Artemiidae
Genus : Artemia
Species : Artemia sp. (Linnaeus,
1758)
Artemia sp.
memiliki kandungan gizi yang lengkap dan tinggi, protein 52,7%, karbohidrat
15,4%, lemak 4,8%, air 10,3% dan abu 11,2% (Marihati, 2013).
5.
Rotifer
(Branchionus Plicatilis)
Brachionus plicatilis termasuk
ke dalam filum Rotifera yang merupakan filum invertebrata. Ada tiga kelas
rotifer, yaitu (1) Seisinoidea, (2) Bdelloidea: kelompok yang menyerupai cacing
dan bereproduksi secara aseksual, dan (3) Monogononta: kelas yang di dalamnya
terdapat B. plicatilis, B. calyciflorus, dan rubens.
Gambar
Branchionus plicatilis (Koste, 1980 dalam
Amali, 2005)
Klasifikasi B. plicatilis menurut Fu et
al. (1991) dalam Amali (2005) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Rotifera
Kelas : Monogononta
Ordo : Ploima
Famili : Brachionidae
Sub Famili : Brachioninae
Genus : Brachionus
Spesies : B. plicatilis
Menurut Anonimus (1990), kandungan gizi Rotifer (B. plicatilis)
adalah kadar air 85,70 %, protein 8,60 %, lemak 4,50 %, dan abu 0,70 %.
6.
Jentik Nyamuk
Jentik
nyamuk merupakan larva nyamuk yang merupakan hewan dari filum antrophoda atau
hewan berbuku – buku. Jentik nyamuk ini biasanya mudah dan dapat ditemukan di air selokan,
comberan, parit, rawa dan sebagainya. Karna mudah
ditemukan jentik nyamuk sering dijadikan sebagai pakan alami.
Gambar jentik nyamuk
Jentik nyamuk digunakan
sebagai pakan alami karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Kandungan
nutrisi jentik nyamuk dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel Komposisi kimia jentik nyamuk.
Senyawa Kimia
|
Kadar (%)
|
Protein
|
15,58
|
Lemak
|
7,81
|
Air
|
1,4
|
Serat Kasar
|
6,46
|
Sumber : Widigdo dalam Khairuman,
dkk, 2008; Sidharta dan Sitanggang, 2009; HI-provite®
7.
Diaphanosoma sp.
Jenis
Crustacea yang saat ini mulai dikembangkan untuk pakan hidup organisme laut
adalah dari ordo Cladocera (Thariq, 2002). Diaphanosoma sp. merupakan
zooplankton dari ordo Cladocera yang dapat tumbuh di air tawar, payau maupun di
air laut. Bentuk tubuh dari Diaphanosoma sp. adalah oval atau bulat
memanjang, transparan dan badan tertutup karapaks (Soelistyowati, 1978).
Gambar Diaphanosoma sp.
Menurut Yamaji (1984) Diaphanosoma
sp. diklasifikasikan sebagai berikut :
Fillum : Arthropoda
Sub filum : Crustacea
Kelas :
Branchiopoda
Sub Kelas : Phyllopoda
Ordo :
Cladocera
Famili : Sididae
Genus :
Diaphanosoma
Species : Diaphanosoma sp
Menurut Satyantini (2007), Kandungan nutrisi yang
terkandung pada Diaphanosoma sp. adalah protein, vitamin, dan ω-3 HUFA.
BAB III
PRNUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan penyusunan makalah di atas, dapat saya simpulkan bahwa pakan
alami yang digunakan harus mempunyai kandungan gizi yang tinggi baik itu pada
fitoplankton atau zooplankton. Kandungan nutrisi itu terdiri dari lima komponen
yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
B.
Saran
Manusia tidak luput dari keslahan
dan rasa khilaf. Barangkali hanya ini yang dapat Saya ungkapkan. Jika ada
kesalahan materi maupun merugikan pihak-pihak tertentu Saya meminta kritik dan
sarannya, kritik maupun sarannyan sangatlah penting untuk pengintrospesikan
diri melengkapi makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Desilina. 2014. Diktat Teknologi Pakan Ikan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Waiheru : Ambon
Basyori,faruk.2012.Plankton.http://farukbasyori.blogspot.com/2012/03/plankton.html. diakses
pada 11 oktober 2014 pukul 05.59
Cahayaningsih, S. dan Slamet Subyakto. 2009. Kultur
masal Scenedesmus sp. sebagai Upaya Penyedia Pakan Rotifera dalam Bentuk Alami
maupun Konsentrat. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 1 (2): 143-147
Darsi, Radyanti; A. Supriadi; A. D. Sasanti. 2012. Karakteristik Kimiawi dan Potensi Pemanfaatan Dunaliella salina dan
Nannochloropsis sp. Fishtech. 1(1):
14-25
Endrawati, hadi dan Ita Riniatsih. 2013. Kadar Total
Lipid Mikroalga Nannochloropsis oculata yang dikultur dengan suhu yang berbeda.
Jurnal Buletin Oseanografi Marina.fpik.undip
Fauziah. 2011. Efektivitas Penyerapan Logam Kromium
(Cr VI) dan Kadmium (Cd)oleh Scenedesmus dimorphus. Skripsi. Universitas
Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.
Imam Prasetyo, Triastono. 1967. Beberapa Genus Alga
Air Tawar Sistematika dan Deskripsi (Menurut Gilbert M. Smith). Malang:
FMIPA IKIP MALANG.
Indah, Najmi. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah.
Institut Keguruan Ilmu Pendidikan
PGRI Jember FP MIPA Jurusan Biologi Institut
Pertanian Bogor: Bogor
Isaka,
Nanako; Hiroko Kawai-Toyooka dan Ryo Matsuzaki. 2012. Description Of Two New
Monoecious Spesies Of Volvox Sect. Volvox (Volvocaceae, Chlorophyceae), Based
On Comparative Morphology and Moleculer
Phylogeny Of Cultured Material. J.
Phycol. 48, 759–767
Liu, Ching-Piao dan Liang-Ping Lin. 2001.
Ultrastructural Study And Lipid FormationOf Isochrysis sp. CCMP1324. Botanical
Bulletin of Academia Sinica, Vol. 42 : 207 – 214.
Nattasya, G. Yuliani. 2009. Skripsi. Pengaruh Sedimen
Berminyak Terhadap Pertumbuhan Mikroalga Isochrysis
sp. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor: Bogor
Rusyani, Emy. 2001. Skripsi. Pengaruh Dosis Zeolit
Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Isochrysis
galbana klon Tahiti Skala Laboratorium Dalam Media Komersial. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor: Bogor
Rusyani, emy. 2012. Manfaat Nannochloropsis sp. Unila
. Lampung.
Komentar
Posting Komentar