Tugas Dasar - Dasar Mikrobiologi Aquatik
Tugas : Dasar – Dasar Mikrobiologi
Aquatik.
MAKALAH
FAKTOR FISIK, KIMIA, & BIOLOGI
BAGI PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
TAUFIQ ABDULLAH
0517
1511 027
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
KHAIRUN
TERNATE
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah Faktor Fisik, Kimia, dan Biologi Bagi Pertumbuhan Mikroorganisme.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan ini.
Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang1.2.Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Mikroorganisme2.2.Habitat Mikroorganisme2.3.Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme
2.3.1.
Faktor Fisik
2.3.2.
Faktor Kimia
2.3.3.
Faktor Biologi
BAB III : PENUTUP
3.1.Kesimpulan3.2.Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Mikroorganisme
merupakan semua makhluk yang berukuran beberapa mikron atau lebih kecil lagi.
Yang termasuk golongan ini adalah bakteri, cendawan atau jamur tingkat rendah,
ragi yang menurut sistematik masuk golongan jamur, ganggang, hewan bersel satu
atau protozoa, dan virus yang hanya nampak dengan mikroskop elektron
(Dwidjoseputro, 1998).
Mikroorganisme
umumnya terdapat di mana-mana, seperti di dalam tanah, di lingkungan akuatik,
berkisar dari aliran air sampai lautan, dan atmosfer (Pelczar dan Chan, 1986). Dalam
pertumbuhannya, mikroorganisme dipengaruhi oleh faktor – faktor lingkungan.
Faktor lingkungan tersebut adalah faktor fisik, faktor kimia, dan faktor
biologi.
Berdasarkan uraian di atas, pada
kesempatan kali ini saya akan menyusun makalah mengenai Faktor Fisik, Kimia, dan Biologi Bagi Pertumbuhan
Mikroorganisme.
1.2. Tujuan
Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu sebagai berikut.
1. Mengetahui faktor fisik bagi pertumbuhan mikroorganisme.2. Mengetahui faktor kimia bagi pertumbuhan mikroorganisme.3. Mengetahui faktor biologi bagi pertumbuhan mikroorganisme.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan makhluk
hidup yang berukuran sangat kecil yaitu dalam skala micrometer atau micron
(μ) atau sepersejuta meter dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Dalam percakapan sehari-hari atau untuk kepentingan praktis mikroorganisme
sering disebut sebagai mikroba atau kuman. Termasuk dalam golongan
mikroorganisme adalah bakteri (eubactera, archaebacteria), fungi (yeasts,
molds), protozoa, microscopic algae dan virus serta beberapa macam
cacing (helmints).
2.2. Habitat
Mikroorganisme
Mikroorganisme terdapat di
berbagai habitat. Mereka terdapat pada tubuh kita, di dalam tubuh kita, dan di
sekeliling kita. Mikroorganisme juga dapat diperoleh dari lingkungan air,
tanah, udara, substrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan (Ferdiaz,
1992). Mereka merupakan komponen penting dalam ekosistem. Pada habitat alaminya, mereka hidup dalam
suatu komunitas yang terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, bersama
spesies-spesies biologi lainnya. Pada komunitas ini, satu spesies mikroba dapat
mempengaruhi spesies lain, beberapa spesies dapat bersifat menguntungkan dan
beberapa spesies dapat bersifat merugikan (Pelczar et al., 1988).
2.3. Faktor –
Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme
2.3.1. Faktor Fisik
2.3.1.1. Suhu
Pertumbuhan
mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan dibagi
menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum adalah suhu
terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik
untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan
mikroba.
Berdasarkan
kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan menjadi mikroba
psikrofil (kriofil), mesofil, dan termofil. Psikrofil adalah kelompok mikroba
yang dapat tumbuh pada suhu 0-30 0C dengan suhu optimum sekitar 15 0C. Mesofil
adalah kelompok mikroba pada umumnya, mempunyai suhu minimum 15 0C suhu optimum
25-37 0C dan suhu maksimum 45-55 0C.
Mikroba
yang tahan hidup pada suhu tinggi dikelompokkan dalam mikroba termofil. Mikroba
ini mempunyai membran sel yang mengandung lipida jenuh, sehingga titik didihnya
tinggi. Selain itu dapat memproduksi protein termasuk enzim yang tidak
terdenaturasi pada suhu tinggi. Di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin
dalam jumlah yang relatif besar, sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu
tinggi. Kelompok ini mempunyai suhu minimum 400C, optimum pada suhu 55-600C dan
suhu maksimum untuk pertumbuhannya 750C. Untuk mikroba yang tidak tumbuh
dibawah suhu 300C dan mempunyai suhu pertumbuhan optimum pada 600C,
dikelompokkan
2.3.1.2.
Kandungan Air
(Pengeringan)
Setiap
mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya, biasanya diukur dengan parameter aw
(water activity) atau kelembaban relatif. Mikroba
umumnya
dapat tumbuh pada aw 0,998-0,6. Bakteri umumnya memerlukan aw
0,90-0,999. Mikroba yang osmotoleran dapat hidup pada aw terendah
(0,6) misalnya khamir Saccharomyces rouxii. Aspergillus glaucus dan
jamur benang lain dapat tumbuh pada aw 0,8. Bakteri umumnya
memerlukan aw atau kelembaban tinggi lebih dari 0,98, tetapi bakteri
halofil hanya memerlukan aw 0,75. Mikroba yang tahan kekeringan
adalah yang dapat membentuk spora, konidia atau dapat membentuk kista.
2.3.1.3.
Tekanan Osmosis
Tekanan
osmosis sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila
mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis,
yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya
sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan
mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel
membengkak dan akhirnya pecah.
Berdasarkan
tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi (1) mikroba osmofil,
adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi, (2) mikroba halofil,
adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen yang tinggi, (3)
mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati) tetapi
tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30%.
Contoh
mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil mampu tumbuh pada
larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94).
Contoh mikroba halofil adalah bakteri yang termasuk Archaebacterium, misalnya Halobacterium.
Bakteri yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya mempunyai kandungan KCl
yang tinggi dalam selnya. Selain itu bakteri ini memerlukan konsentrasi Kalium
yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri halofil ada yang mempunyai
membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari murein, sehingga
tahan terhadap ion
Natrium.
2.3.2. Faktor Kimia
2.3.2.1. Derajat keasaman
(pH)
Pengaruh pH terhadap pertumbuhan
tidak kalah pentingnya dari pengaruh temperatur. Ada pH minimum, pH optimum,
dan pH maksimum. Rentang pH bagi pertumbuhan bakteri antara 4 – 9 dengan pH
optimum 6,5 – 7,5. Jamur lebih menyukai pH asam, rentang pH pertumbuhan jamur
dari 1 – 9 dan pH optimumnya 4 – 6. Selama pertumbuhan pH dapat berubah, naik
atau turun, bergantung kepada komposisi medium yang diuraikan. Bila ingin pH
konstan selama pertumbuhan harus diberikan larutan penyangga atau buffer yang
sesuai dengan media dan jenis mikroorganisme.
2.3.2.2. Kebutuhan
oksigen
Oksigen tidak mutlak diperlukan
mikroorganisme karena ada juga kelompok yang tidak memerlukan oksigen bahkan
oksigen merupakan racun bagi pertumbuhan. Mikroorganisme terbagi atas empat
kelompok berdasarkan kebutuhan akan organisme, yaitu mikroorganisme aerob yang
memerlukan oksigen sebagai akseptor elektron dalam proses respirasi.
Mikroorganisme anaerob adalah mikroorganisme yang tidak memerlukan O2
karena oksigen akan membentuk H2O2 yang bersifat toksik dan meyebabkan
kematian. Mikroorganisme anaerob tidak memiliki enzim katalase yang dapat
menguraikan H2O2 menjadi air dan oksigen. Mikroorganisme fakultatif anaerob adalah
mikroorganisme yang tetap tumbuh dalam lingkungan kelompok fakultatif anaerob.
Mikroorganisme mikroaerofilik adalah mikroorganisme yang memerlukan
oksigen dalam jumlah terbatas karena jumlah oksigen yang berlebih akan
menghambat kerja enzim oksidatif dan menimbulkan kematian.
2.3.2.3. Salinitas
Berdasarkan
kebutuhan garam (NaCl) mikroorganisme dapat dikelompokkan menjadi :
1. Non halofil (NaCl 0 %)
2. Halotoleran (NaCl < 10 %)
3. Halofil (NaCl 10-15%)
4.
Halofil ekstrim (NaCl > 15 %)
2.3.2.4. Nutrien
Mikroorganisme
tumbuh pada medium yang mengandung nutrisi. Nutrien untuk pertumbuhan bakteri
mengandung substansi kimia organik atau anorganik. Substansi kimia organik dan
anorganik diperoleh dari lingkungan dalam berbagai macam bentuk. Nutrien diambil
dari lingkungan kemudian ditransformasikan melalui membran plasma menuju sel.
Di sel beberapa nutrisi diolah menghasilkan energi yang digunakan dalam proses
seluler. Mikroba yang tumbuh, misalnya pada makanan umumnya bersifat
heterotrof, yakni menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi dan karbon,
walaupun komponen organik lainnya yang mengandung karbon mungkin juga dapat
digunakan. Kebanyakan organisme heterotrof menggunakan komponen organik yang
mengandung protein sebagai sumber N, tetapi beberapa mikroba dapat pula
menggunakan sumber nitrogen anorganik. Oleh karena itu, beberapa organisme
heterotrof yang tidak dapat atau kehilangan kemampuan untuk mensintesis
berbagai komponen organik, membutuhkan
komponen tersebut di dalam substrat pertumbuhannya (Lim, 1998).
Ada
dua macam mikronutrien yakni mikronutrien organik dan mikronutrien anorganik.
Zat-zat yang bertindak sebagai mikronutrien organik yaitu beberapa asam amino
(triptofan) dan pada beberapa komponen DNA dan RNA (purin dan pirimidin).
Beberapa unsur logam yang termasuk dalam mikronutrien anorganik adalah Co, Mo,
Cu, Zn. Unsur logam ini sangat diperlukan untuk kehidupan sel meskipun
jumlahnya sangat sedikit. Ada tujuh komponen utama yang dibutuhkan semua
makhluk hidup, yaitu karbon, oksigen, nitrogen, hidrogen, fosfor, sulfur, dan
kalium. Untuk kebutuhan akan sumber karbon dipenuhi oleh adanya gula, pati,
serta karbohidrat lainnya (Irianto, 2006).
2.3.3. Faktor Biologi
2.3.3.1. Interaksi Dalam
Satu Populasi Mikroba
Interaksi
antar jasad dalam satu populasi yang sama ada dua macam, yaitu interaksi
positif maupun negatif. Interaksi positif menyebabkan meningkatnya kecepatan
pertumbuhan sebagai efek sampingnya. Meningkatnya kepadatan populasi, secara
teoritis meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Interaksi positif disebut juga
kooperasi. Sebagai contoh adalah pertumbuhan satu sel mikroba menjadi koloni
atau pertumbuhan pada fase lag (fase adaptasi).
Interaksi negatif menyebabkan
turunnya kecepatan pertumbuhan dengan meningkatnya kepadatan populasi. Misalnya
populasi mikroba yang ditumbuhkan dalam substrat terbatas, atau adanya produk
metabolik yang meracun. Interaksi negatif disebut juga kompetisi. Sebagai
contoh jamur Fusarium dan Verticillium pada tanah sawah, dapat menghasilkan asam lemak dan H2S yang
bersifat meracun.
2.3.3.2.
Interaksi antar berbagai macam populasi mikroba
Apabila
dua populasi yang berbeda berasosiasi, maka akan timbul berbagai macam
interaksi. Interaksi tersebut menimbulkan pengaruh positif, negatif, ataupun
tidak ada pengaruh antar populasi mikroba yang satu dengan yang lain. Nama
masing – masing interaksi adalah sebagai berikut:
a.
Netralisme
Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang
tidak saling mempengaruhi. Hal ini dapat terjadi pada kepadatan populasi yang
sangat rendah atau secara fisik dipisahkan dalam mikrohabitat, serta populasi
yang keluar dari habitat alamiahnya. Sebagai contoh interaksi antara mikroba
allocthonous (nonindigenous) dengan
mikroba autochthonous (indigenous), dan antar mikroba nonindigenous di atmosfer
yang kepadatan populasinya sangat rendah. Netralisme juga terjadi pada keadaan
mikroba tidak aktif, misal dalam keadaan kering beku, atau fase istirahat
(spora, kista).
b.
Komensalisme
Hubungan
komensalisme antara dua populasi terjadi apabila satu populasi diuntungkan
tetapi populasi lain tidak terpengaruh. Contohnya adalah:
-
Bakteri Flavobacterium brevis dapat menghasilkan
ekskresi sistein. Sistein dapat digunakan oleh Legionella pneumophila.
-
Desulfovibrio mensuplai asetat dan Methanobacterium.
H2 untuk - respirasi anaerobik Methanobacterium.
c.
Sinergisme
Suatu bentuk asosiasi yang
menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk dapat melakukan perubahan kimia
tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasi melibatkan 2 populasi atau lebih
dalam keperluan nutrisi bersama, maka disebut sintropisme. Sintropisme sangat
penting dalam peruraian bahan organik tanah, atau proses pembersihan air secara
alami. Contoh sinergisme: Streptococcus faecalis dan Escherichia coli
d.
Mutualisme (Simbiosis)
Mutualisme adalah asosiasi antara
dua populasi mikroba yang keduanya saling tergantung dan sama-sama mendapat
keuntungan. Mutualisme sering disebut juga simbiosis. Simbiosis bersifat sangat
spesifik (khusus) dan salah satu populasi anggota simbiosis tidak dapat
digantikan tempatnya oleh spesies lain yang mirip. Contohnya adalah Bakteri Rhizobium
sp. yang hidup pada bintil akar tanaman kacang-kacangan. Contoh lain adalah
Lichenes (Lichens), yang merupakan simbiosis antara algae
sianobakteria dengan fungi. Algae (phycobiont) sebagai produser yang
dapat menggunakan energi cahaya untuk menghasilkan senyawa organik. Senyawa
organik dapat digunakan oleh fungi (mycobiont), dan fungi memberikan
bentuk perlindungan (selubung) dan transport nutrien / mineral serta membentuk
faktor tumbuh untuk algae.
e.
Kompetisi
Hubungan negatif antara 2
populasi mikroba yang keduanya mengalami kerugian. Peristiwa ini ditandai
dengan menurunnya sel hidup dan pertumbuhannya. Kompetisi terjadi pada 2
populasi mikroba yang menggunakan nutrien / makanan yang sama, atau dalam
keadaan nutrien terbatas. Contohnya adalah antara protozoa Paramaecium
caudatum dengan Paramaecium aurelia.
f.
Amensalisme (Antagonisme)
Satu bentuk asosiasi antar
spesies mikroba yang menyebabkan salah satu pihak dirugikan, pihak lain
diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun. Umumnya merupakan cara untuk melindungi
diri terhadap populasi mikroba lain. Misalnya dengan menghasilkan senyawa asam,
toksin, atau antibiotika. Contohnya adalah bakteri Acetobacter yang mengubah etanol
menjadi asam asetat. Thiobacillus
thiooxidans menghasilkan asam sulfat. Asam-asam tersebut dapat menghambat pertumbuhan
bakteri lain. Bakteri amonifikasi menghasilkan ammonium yang dapat menghambat populasi
Nitrobacteri.
g.
Parasitisme
Parasitisme terjadi antara dua
populasi, populasi satu diuntungkan (parasit) dan populasi lain dirugikan (host
/ inang). Umumnya parasitisme terjadi karena keperluan nutrisi dan bersifat
spesifik. Ukuran parasit biasanya lebih kecil dari inangnya. Terjadinya
parasitisme memerlukan kontak secara fisik maupun metabolik serta waktu kontak
yang relatif lama. Contohnya adalah bakteri Bdellovibrio yang memparasit
bakteri E. coli. Jamur Trichoderma sp. memparasit jamur Agaricus
sp.
h.
Predasi
Hubungan
predasi terjadi apabila satu organisme predator memangsa atau memakan dan
mencerna organisme lain (prey). Umumnya predator berukuran lebih besar
dibandingkan prey, dan peristiwanya berlangsung cepat. Contohnya adalah
Protozoa (predator) dengan bakteri (prey). Protozoa Didinium nasutum (predator)
dengan Paramaecium caudatum (prey),
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan penyusunan makalah di
atas, dapat saya tarik kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1.
Sifat fisik bagi pertumbuhan mikroorganisme adalah
suhu, kandungan air dan tekanan osmosis.
2.
Sifat kimia bagi pertumbuhan mikroorganisme adalah pH,
oksigen, salinitas, dan nutrien.
3. Sifat biologi bagi pertumbuhan mikroorganisme adalah
interaksi dalam satu populasi mikroba dan interaksi antara berbagai macam
populasi mikroba.
3.2 Saran
Manusia tidak luput dari keslahan
dan rasa khilaf. Barangkali hanya ini yang dapat Saya ungkapkan. Jika ada
kesalahan materi maupun merugikan pihak-pihak tertentu Saya meminta kritik dan
sarannya, kritik maupun sarannyan sangatlah penting untuk pengintrospesikan
diri melengkapi makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. (1998). Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Jakarta: Penerbit D. Jambatan. Hal. 22-25.
Fardiaz, S. 1992. Hidrokoloid dalam Industri Pangan.
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. IPB-Press, Bandung.
https://www.academia.edu/9066257/pengaruh_lingkungan_terhadap_pertumbuhan_mikroorganisme
Irianto, K.
2006, Mikrobiologi: Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2, CV. Yrama Widya.
Bandung.
Lim D. 1998. Microbiology. Ed ke-2. New York:
McGraw-Hill.
Pelczar, J. Michael, dan E. C. S. Chan. 1988.
Dasar-Dasar Mikrobiologi II. Penerjemah Ratna Sri Hadioetomo. UI Press,
Jakarta.
Pelczar, MJ. Chan, ECS dan Crieg, NR. (1986). Dasar-dasar
Mikrobiologi. Penerjemah: Ratna Siri, dkk. Cetakan pertama. Jilid Dua.
Jakarta: Penerbit UI Press. Hal. 132, 138-140, 144, 489-501.
Komentar
Posting Komentar