Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air : SISTEM PEREDARAN DARAH, SISTEM OSMOREGULASI, DAN SISTEM KESEIMBANGAN TUBUH PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
SISTEM PEREDARAN DARAH, SISTEM OSMOREGULASI, DAN SISTEM KESEIMBANGAN TUBUH PADA
IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
Laporan Praktikum
Fisiologi Hewan
Air
Oleh
TAUFIQ ABDULLAH
05171511027
PROGRAM STUDI
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Fisiologi Hewan
Air ini.
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan ini. Selanjutnya kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
teramat besar kepada pihak – pihak yang
membantu membimbing, memberikan nasehat, petunjuk dan saran yang senantiasa
diberikan kepada kami.
Kami
menyadari bahwa laporan
ini tidak luput dari kekurangan atau kesalahan, Oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati kami mengharapkan kritikan
dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaannya. Akhirnya kami berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Ternate, Juni 2017
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang1.2 Tujuan1.3 Manfaat
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Nila2.2 Morfologi Ikan Nila2.3 Habitat dan Penyebaran Ikan Nila2.4 Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Kehidupan Ikan Nila
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum3.2 Alat dan Bahan3.3 Prosedur Kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sistem
Peredaran Darah
4.2 Sistem
Osmoregulasi
4.3 Sistem
Keseimbangan Tubuh
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan5.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No .Teks
1. Alat dan
bahan yang digunakan dalam praktikum
2. Hasil pengamatan
perlakuan 0 ppt.
3. Hasil pengamatan
perlakuan 15 ppt.
4. Hasil
pengamatan perlakuan 30 ppt.
DAFTAR GAMBAR
No .Teks
1 Morfologi
Ikan Nila (O. niloticus) (Isnan, 2010)
2 Hasil
pengamatan Sempel darah
3 Ikan
nila dalam
keadaan normal
4 Ikan
nila yang dipotong sirip dorsalnya
5 Ikan
nila yang dipotong sirip pectoral dan ventral
6 Ikan
nila yang dipotong sirip anal
7 Ikan
nila yang dipotong sirip caudal
8 Ikan
nila yang dirusak linea lateralnya
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan merupakan anggota vertebrata
poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup atau habitatnya berada di air, baik
air tawar, air payau, maupun air laut dan bernapas dengan insang. Ikan
merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies
lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Kelompok ikan terdiri dari tiga kelas yaitu
Agnata, Chondrichthyes, dan Osteichtyes. Tiap-tiap kelas
tersebut memiliki ciri-ciri morfologi yang dapat membedakan antara satu kelas
dengan kelas lainnya (De Becker dan
Hariyanti, 2007). Selain morfologi, ikan juga memiliki anatomi internal.
Anatomi internal adalah penampang tubuh bagian dalam yang meliputi organ-organ
dan sistem organ (FKUI, 2010). Dengan kata lain, anatomi internal sering
disebut dengan anatomi saja atau disebut juga fisiologi.
Fisiologi dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja dari organ,
jaringan, dan sel-sel organisme. Fisiologi mencoba menerangkan faktor-faktor
fisik dan kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan (Fujaya, 2008).
Fisiologi pada ikan dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi dan kegiatan kehidupan zat
hidup (organ, jaringan, atau sel) dan fenomena
fisik dan kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan ikan (Fujaya,
2008). Fisiologi ikan mencakup beberapa macam sistem satu diantaranya adalah
sistem peredaran darah sistem osmoregulasi, dan sistem keseimbangan tubuh.
Sistem peredaran darah pada ikan
bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu jalur sirkulasiperedaran darah.
Start dari jantung menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Selanjutnya,
darah dialirkan ke dorsal aorta dan terbagi ke segenap organ – organ tubuh
melalui saluran – saluran kecil. Dorsal aorta adalah sumber darah sumber darah
terbesar pada tubuh. Dari sini darah disuplai ke kepala, otot badan, ginjal dan semua organ pencerbaan melalui
pembuluh kapiler (Fujaya, 2008).
Sistem osmoregulasi merupakan
proses yang terjadi pada organisme hewan aquatik termasuk ikan. Lantu (2010),
menyatakan bahwa osmoregulasi terjadi pada hewan perairan, karena adanya
perbedaan tekanan osmosis (bahasa Yunani = mendorong) antara larutan di dalam
tubuh dan di luar tubuh. Larutan yang dimaksud biasanya kandungan garam – garam
atau salinitas. Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut
dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.
Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat
kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan
garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih
dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila
konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine (Abdullah, 2016). Menurut
Anonim (1991) salinitas menjadi faktor pembatas bagi kehidupan hewan aquatik.
Sistem keseimbangan tubuh ikan
merupakan cara – cara bagaimana ikan dapat menjaga keseimbangan dalam air
karena memiliki organ-organ keseimbangan. Organ-organ keseimbangan tersebut
yaitu, linea lateralis (gurat sisik), gelembung renang, dan sirip. Apabila
salah satu bagian organ keseimbangan tersebut tidak berfungsi, maka akan sangat
berpengaruh terhadap kestabilan tubuh.
Dengan mempelajari fisiologi ikan
dapat membantu menciptakan teknologi pemiaraan, budidaya, dan penangkapan ikan.
Teknologi ini dapat terus dikembangkan dan disempurnakan melalui percobaan dan
penelitian (Fujaya, 2008).
Ikan nila (Oreochromis
niloticus) merupakan salah satu spesies dari kelas Osteichtyes (Dwijayanti, 2011). Ikan nila merupakan
ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar, terkadang ikan nila juga
ditemukan hidup di perairan yang agak asin (payau). Ikan nila dikenal sebagai
ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar)
(Harrysu, 2012). Nila bisa tumbuh
dan berkembangan biak di perairan dengan salinitas 0-29‰ (promil). Ikan ini
masih bisa tumbuh tetapi tidak bisa bereproduksi di perairan dengan salinitas
29-35‰ (Khairuman dan Khairul,
2003).
Berkaitan dengan
hal di atas, perlu diadakannya praktikum Fisiologi Hewan Air untuk Sistem Peredaran Darah, Sistem
Osmoregulasi, Dan Sistem Keseimbangan Tubuh
Pada Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus).
1.2.
Tujuan
Adapun tujuan
dilakukannya praktikum Fisiologi hewan air ini, yaitu untuk mengetahui Sistem Peredaran Darah, Sistem
Osmoregulasi, Dan Sistem Keseimbangan Tubuh
Pada Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus).
1.3.
Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum Pengantar
Fisiologi hewan air ini, yaitu dapat memberikan informasi ilmiah mengenai Sistem Peredaran Darah, Sistem
Osmoregulasi, Dan Sistem Keseimbangan Tubuh
Pada Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus).
Serta sebagai wadah pembelajaran bagi mahasiswa pada semester awal.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Ikan Nila
Terdapat tiga jenis
ikan nila yang dikenal, yaitu
nila
biasa, nila merah
(nirah) dan nila albino
(Sugiarto, 1988). Menurut Saanin
(1984), ikan nila (Oreochromis
niloticus) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
2.2. Morfologi Ikan Nila
Morfologi ikan nila (Oreochromis
niloticus) menurut
Saanin (1984), mempunyai ciri-ciri
bentuk
tubuh bulat pipih, punggung lebih
tinggi, pada badan dan
sirip ekor (caundal
fin) ditemukan garis lurus
(vertikal). Pada sirip punggung ditemukan
garis
lurus memanjang.
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
dapat
hidup diperairan tawar dan
mereka menggunakan ekor
untuk bergerak,
sirip perut, sirip dada dan penutup insang
yang keras untuk
mendukung badannya. Nila memiliki
lima buah
Sirip, yaitu
sirip punggung (dorsal
fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut (ventral
fin), siri anal (anal
fin), dan sirip ekor
(caudal
fin).
Sirip
punggungnya memanjang dari
bagian
atas tutup
ingsang sampai bagian atas sirip
ekor. Terdapat
juga sepasang sirip
dada
dan sirip perut yang berukuran kecil dan
sirip anus yang hanya satu buah berbentuk
agak panjang.
Sementara itu,
jumlah sirip ekornya hanya satu
buah dengan bentuk
bulat.
Selengkapnya morfologi Ikan
Nila (Oreochromis niloticus)
dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Morfologi Ikan Nila (O.
niloticus) (Isnan, 2010)
2.3. Habitat Dan
Penyebaran
Ikan nila (O. niloticus) memiliki kemampuan
menyesuaikan diri yang baik dengan
lingkungan sekitarnya. Ikan nila (O.
niloticus) juga memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan
hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau dan
dataran tinggi dengan suhu rendah (Ramdhan, 2010).
Penyebaran ikan
nila dimulai dari daerah asalnya yaitu Afrika bagian timur, seperti di sungai
Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Ikan ini kemudian
dibawa orang ke Eropa, Amerika, negara – negara Timur tengah, dan Asia. Konon
ikan jenis ini dibudidayakan di 110 negara. Di Indonesia ikan nila
dibudidayakan di seluruh Provinsi (Suryanto, 2010).
2.4. Faktor Lingkungan
yang Mempengaruhi Kehidupan Ikan Nila
Ikan
Nila (O. niloticus) mampu hidup pada
suhu 14-38°C dengan suhu terbaik adalah 25-30°C, kadar salinitas atau kadar
garam berkisar 0-29 ppt untuk dapat tumbuh dengan baik (Ramdhan, 2010). Sebagai
organisme air, ikan nila memerlukan kadar oksigen berkisar antara 3-5 ppm.
Sedangkan derajat keasaman (pH) berkisar 7-8. Kandungan CO2 yang
dapat ditoleransi oleh ikan nila yaitu 25-30 ppm, sedangkan NH3 dan
H2S tidak boleh lebih dari 0,3 ppm (Santoso, 1996).
III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu Dan
Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan Air
ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Khairun pada hari
sabtu, 10 mei 2017 pukul 09.00 WIT s/d selesai.
3.2.
Alat Dan Bahan
Adapun alat dan
bahan yang digunakan dalam praktikum Fisiologi
Hewan Air dapat dilihat
pada tabel 1
berikut.
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum.
No.
|
Nama
|
Kegunaan
|
1
|
stoples
|
Wadah
ikan
|
2
|
tissue
|
Membersihkan
alat
|
3
|
mistar
|
Mengukur
panjang tubuh ikan
|
4
|
Alat
tulis
|
Mencatat
hasil praktikum
|
5
|
Kamera
|
Dokumentasi
kegiatan penilitian
|
6
|
Mikroskop
|
Mengamati
sempel darah
|
7
|
Tissue
|
Membersihkan
alat
|
8
|
Aerator
|
Penyuplai
oksigen pada wadah
|
9
|
Garam
|
Mempengaruhi
salinitas
|
10
|
Refraktrometer
|
Mengukur
salinitas
|
11
|
Mikroskop
|
Pengamatan
sempel darah
|
12
|
Jarum
suntik
|
Mengambil
sempel darah
|
13
|
Kaca
preparat
|
Tempat
diletakannya sempel darah
|
14
|
Alat
potong
|
Memotong
sirip dan mencabut sirip ikan
|
15
|
Ikan
nila
|
Objek
praktikum
|
16
|
Alkohol
|
Mensterilkan
alat
|
3.3.
Prosedur Kerja
3.3.1. Sistem Peredaran Darah
Adapun
prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum sistem peredaran darah, yaitu
sebgai berikut :
·
Siapkan alat dan
bahan yang akan digunakan.
·
Letakan ikan di
atas baki untuk mengambil sempel darah. Pengambilan sempel darah mengikuti
teknik berikut:
1.
Tusukan jarum
suntik pada bagian atas sirip dubur mengar ke tulang belakang.
2.
Bila ada tanda
jarum suntik telah menyentuh pembuluh darah, maka segera sedot darahnya.
·
Amati sempel darah
dibawah mikroskop. Pengamatan mengikuti langkah – langkah berikut :
1.
Teteskan sempel
darah sebanyak 1 tetes pada gelas preparat. Sapu sampai rata dan jangan sampai
ada gelembung udara.
2.
Keringkan dengan
angin selama ± 5 menit
3.
Fiksasi dengan
alkohol selama 5 menit
4.
Celupkan pada stain
selama 5 – 10 menit
5.
Celupkan ke dalam
air tawar selama 10 detik
6.
Keringkan dan siap
untuk diamati
7.
Celupkan kembali ke
dalam pewarna giemza selama 1 menit
8.
Celupkan ke dalam
air tawar selama 10 detik
9.
Amati kembali dan
gambar atau dokumentasikan hasil pengamatan.
·
Mendokumentasikan prosedur
kerja praktikum.
3.3.2. Sistem Osmoregulasi
Adapun
prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum sistem osmoregulai, yaitu sebgai
berikut :
·
Siapkan alat dan
bahan yang akan digunakan.
·
Siapkan wadah dan
masukan air serta diberikan aerasi.
·
Buat media
perlakukan dengan kadar garam 0 ppt, 15 ppt, dan 30 ppt. Peningkatan kadar
garam dilakukan dengan menambahkan garam ke dalam air.
·
Setiap perlakuan
dilakukan pada wadah yang berbeda dan diberi label.
·
Masukan ikan nila
ke dalam wadah.
·
Amati dan catat
tingkah laku ikan setiap 15 menit.
·
Mendokumentasikan prosedur
kerja praktikum.
3.3.3. Sistem Keseimbangan Tubuh
Adapun
prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum sistem keseimbangan tubuh, yaitu
sebgai berikut :
·
Siapkan alat dan bahan
yang akan digunakan.
·
Siapkan wadah dan
masukan air serta diberikan aerasi.
·
Masukkan
ikan nila dalam keadaan normal
ke dalam wadah
lalu mengamati pergerakannya kebawah, ke atas, ke samping kiri dan kanan dan
reaksi terhadap pengaruh luar.
·
Ambil kembali ikan
tersebut dan
potong sirip Dorsal
atau sirip punggung, kemudian melepaskan ke dalam
wadah sambil mengamati pergerakannya.
·
Ambil kembali ikan
tersebut dan
potong sirip Pectoral (dada) dan Ventral (perut), kemudian melepaskan
ke dalam wadah sambil mengamati pergerakannya.
·
Ambil kembali ikan
tersebut dan
potong sirip Anal
(dubur), kemudian melepaskan ke dalam wadah
sambil mengamati pergerakannya.
·
Ambil kembali ikan
tersebut dan
potong sirip Caudal
(ekor), kemudian melepaskan ke dalam wadah sambil
mengamati pergerakannya.
·
Ambil kembali ikan
tersebut dan
potong semua
sirip, kemudian melepaskan ke dalam wadah sambil mengamati pergerakannya.
·
Ambil kembali ikan
tersebut dan merusak
linea latelarisnya (gurak sisik),
kemudian melepaskan ke dalam wadah sambil mengamati pergerakannya.
·
Mendokumentasikan prosedur
kerja praktikum.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sistem Peredaran Darah
Hasil pengamatan sempel darah
ikan nila (O. niloticus) yang dilihat
dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2. Hasil pengamatan Sempel
darah
4.1. Sistem Osmoregulasi
Pengamatan sistem osmoregulasi
ikan nila (O. niloticus) dilakukan
dengan perlakuan perbedaan salinitas dengan tiga perlakuan diantaranya 0 ppt,
15, ppt, dan 30 ppt. Setelah itu, diamati tingkah laku dari ikan nila tersebut.
Hasil dari pengamatan dapat dilihat pada tabel – tabel berikut.
Tabel 2. Hasil pengamatan
perlakuan 0 ppt.
PENGAMATAN
|
TINGKAH LAKU
|
|
15 menit
|
Berenang aktif dan mengeluarkan feses
|
|
30 menit
|
Berenang aktif diatas permukaan
|
|
45 menit
|
Berenang aktif diatas permukaan dan membutuhkan oksigen
|
Berdasarkan hasil pengamatan pada
percobaan ormoregulasi dengan sampel ikan nila Oreocromis nilotikus yang
dimasukkan kedalam air tawar 0 ppt diperoleh bahwa pada 15 menit pertama b
erenang aktif dan mengeluarkan feses, pada 15 menit kedua berenang aktif diatas
permukaan dan pada 15 menit ketiga b erenang aktif diatas permukaan dan
membutuhkan oksigen.
Hal ini dikarenakan ikan nila mampu beradaptasi
dengan lingkungan yang salinitas 0 ppt dan terhadap perubahan air, ia dapat
hidup di air tawar dan di air payau karena ikan nila habitatnya ada yang
disungai, danau, dan danau.
Tabel 3. Hasil pengamatan
perlakuan 15 ppt.
PENGAMATAN
|
TINGKAH LAKU
|
|
15 menit
|
Berenang aktif dan naik kepermukaan
|
|
30 menit
|
Pergerakan mulai pasif dan tetap berada
di permukaan
|
|
45 menit
|
Masih berada dipermukaan sambil menguap-guap
|
Berdasarkan hasil pengamatan pada
percobaan ormoregulasi dengan sampel ikan nila Oreocromis nilotikus yang dimasukkan
kedalam air tawar 15 ppt diperoleh bahwa pada 15 menit pertama b erenang aktif
dan naik kepermukaan , pada 15 menit kedua pergerakan mulai pasif dan tetap
berada di permukaan dan pada 15 menit ketiga masih berada dipermukaan sambil
menguap-guap.
Hal ini
menunjukkan bahwa, ikan nila masih tidak mengalami hambatan mengenai perubahan
salinitas karena ikan nila termasuk eurihaline yiatu sifat organisme yang mampu
mentolerir perubahan salinitas.
Tabel 4. Hasil pengamatan
perlakuan 30 ppt.
PENGAMATAN
|
TINGKAH LAKU
|
|
15 menit
|
Pergerakan pasif berada didasar air
|
|
30 menit
|
Masih berenang pasif berada didasar air
|
|
45 menit
|
Mulai melemah dan pergerakan tidak normal
|
Berdasarkan hasil pengamatan pada
percobaan ormoregulasi dengan sampel ikan nila Oreocromis nilotikus yang
dimasukkan kedalam air tawar 30 ppt diperoleh bahwa pada 15 menit pertama
pergerakan pasif berada didasar air , pada 15 menit kedua masih berenang pasif
berada didasar air dan pada 15 menit ketiga mulai melemah dan pergerakan tidak
normal.
Hal ini
menunjukan bahwa ikan nila pada salinitas 30 ppt tidak mampu beradapatasi
karena bukan merupakan habitat aslinya.
Perubahan
kadar salinitas mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan, sehingga ikan
melakukan penyesuaian atau pengaturan kerja osmotik internalnya agar proses
fisiologis di dalam tubuhnya dapat bekerja secara normal kembali. Apabila
salinitas semakin tinggi, ikan berupaya terus agar kondisi homeostasi dalam
tubuhnya tercapai, hingga pada batas toleransi yang dimilikinya. Kerja osmotik
tersebut memerlukan energi yang lebih tinggi pula. Hal tersebut juga
berpengaruh kepada waktu kenyang (satiation time) dari ikan tersebut.
Sebagai konsekuensinya, karena
selama praktikum ikan tidak diberi makan, maka suplai energi dari luar tidak
terjadi. Padahal, semakin tinggi kerja osmotik semakin besar pula tingkat
konsumsi pakan. Dengan kondisi ikan tidak diberi makan, salah satu dampaknya
adalah mengakibatkan kematian bagi ikan.
4.1. Sistem Keseimbangan Tubuh
Pengamatan sistem keseimbangan
tubuh ikan nila (O. niloticus)
dilakukan dengan mengamati tingkah laku ikan nila dalam keadaan normal.
Kemudian dipotong sirip Dorsalnya dan amati pula tingkah lakunya. Berikutnya
potong sirip Pectoral (dada) dan Ventral (perut) dan amati pula tingkah
lakunya. Beikutnya potong sirip Anal (dubur) dan amati pula tingkah lakunya.
Berikutnya potong sirip semua sirip dan amati pula tingkah lakunya. Berikutnya
potong semua sirip Setelah itu rusak linea latelarisnya (gurak sisik) dan amati
pula tingkah lakunya.
4.1.1. Keadaan
Normal
Dalam pengamatan
ikan Nila dalam keadaan normal menunjukan bawha keseimbangan normal dan stabil,
pergerakannya lincah, serta semua siripnya berfungsi dengan baik dan masih
bereaksi terhadap pengaruh dari luar.
Gambar 3. Ikan nila
dalam keadaan normal
4.1.2. Sirip
Dorsal (Punggung)
Dalam pengamatan
ikan Nila yang dipotong sirip dorsalnya menunjukan bawha Pergerakan ikan tidak
seimbang, tidak bisa berenang lurus dan kepalanya selalu menghadap ke bawah
(menukik).
Gambar 4. Ikan nila
yang dipotong sirip dorsalnya
Dalam Alamikan (2012), Sirip punggung
Ikan adalah sirip yang berada dibagian dorsal tubuh iakn dan berfungsi dalam
stabilitas ikan, ketika berenang. Bersaama0sama dengan pinna analis membantu
ikan untuk bergerak memutar.
4.1.3. Sirip
Pectoral (Dada) Dan Ventral (Perut)
Dalam pengamatan
ikan Nila yang dipotong sirip pectoral dan ventral menunjukan keseimbangannya
sudah tidak stabil, kepala ikan selalu mengarah kebawah dan rapat ke sampai
dasar, pergerakannya lambat, selalu miring ke samping, susah untuk membelok dan
selalu menabrak dinding wadah.
Gambar 5. Ikan nila
yang dipotong sirip pectoral dan ventral
Dalam Alamikan (2012), Sirip dada Ikan
adalah sirip yang terletak di posterior operculum atau pada pertengahan tinggi
pada kedua sisi tubuh ikan. Fungsi sirip ini adalah untuk pergerakan maju, ke
samping dan diam (mengerem). Sirip perut Ikan adalah sirip yang berada pada
bagian perut ikan dan berfungsi dalam membantu menstabilkan ikan saat renang.
Selain itu juga, berfungsi dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada
suatu kedalaman.
4.1.4. Sirip
Anal (Dubur)
Dalam pengamatan
ikan Nila yang dipotong sirip anal menunjukan keseimbangannya sudah tidak
stabil Pergerakan tidak baik, bergerak miring, selalu mengarah keatas
permukaan, kepala sering terangkat.
Gambar 6. Ikan nila
yang dipotong sirip anal
Dalam Alamikan (2012), sirip dubur ikan
adalah sirip yang berada dibagian ventral tubuh di daerah posterior anal.
Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang ikan.
4.1.5. Semua Sirip
Dalam pengamatan
ikan Nila yang dipotong sirip anal menunjukan pergerakan ikan tidak stabil,
tidak bisa naik ke permukaan, lambat bergerak dan ikan terlihat agak lemas
serta tidak bisa menyimbangkan tubuhnya.
Gambar 7. Ikan nila
yang dipotong sirip caudal
Menurut Affrianto (1996), jika ikan kehilangan salah
satu organ tubuhnya maka akan menganggu pergerakan pada ikan tersebut yang
tadinya normal menjadi tidak normal lagi atau keseimbangan tubuhnya jadi
hilang.
4.1.6. Linea
Latelarisnya (Gurak Sisik)
Ikan yang linea
lateralisnya dirusak menyebabkan ikan tersebut sulit mengontrol gerakannya,
selalu bergerak ke pinggir, tubuhnya lebih miring ke kiri dan menabrak dinding
wadah.
Gambar 8. Ikan nila
yang dirusak linea lateralnya
Menurut Djuhanda (1981) Linea lateralis sangat
penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang dapat mendeteksi
perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga juga
berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi
lingkungan sekitamya.
V. KESIMPULAN DAN PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dan menyusun laporan ini, dapat kami tarik
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Pengamatan sistem peredaran darah
ikan nila harus dilakukan dengan menggunakan microskop dengan melihat sempel
darah.
2.
Pengamatan sistem osmoregulasi
pada ikan nila dengan perlakuan 0 ppt dan 15 ppt menunjukan bahwa ikan nila
masih mampu melakukan proses osmoregulasi dengan baik, karena merupakan
habitatnya, artinya 0 ppt bersifat air tawar dan 15 ppt bersifat air payau.
Sementara pada perlakuan 30 ppt menunjukan bahwa ikan nila tidak mampu
melakukan proses osmoregulasi dengan baik, karena bukan merupakan habitatnya,
artinya 30 ppt bersifat air laut.
3.
Pengamatan sistem keseimbangan
tubuh pada ikan nila menunjukan bahwa ikan nila memerlukan sirip dan linea
lateralis. Jika tak memiliki sirip dan linea lateralis maka haltersebut dapat
mengancam kelangsungan hidupnya.
5.2. Saran
Pada praktikum Fisiologi Hewan Air ini, tidak diberikan
pengawasan yang benar oleh karena itu peserta praktikum dapat melakukan
praktikum dengan seenaknya saja. Saran kami untu praktikum selanjutnya
sebaiknya tingkatkan pengawasan dengan menempatkan asisten untuk mengawasi dan
memberikan arahan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T. 2016. Laporan Praktikum Oceanografi (Gelombang, Pasut, Arus, & Kualitas Air) on http://taufiqabd.blogspot.co.id/2016/09/laporan-praktikum-oceanografi-gelombang.html di akses pada 12 juni 2017
Affandi, Ridwan. 2002. Fisiologi
Hewan Air . Pekanbaru: Unri Press.
Alamikan. 2012. Bagian Sirip
Ikan dan Fungsinya.On http://www.alamikan.com/2012/11/sirip-ikan.html?m=1 diakses pada 15 juni 2017.
Anonym. 1999. Canadian Council
of Ministers of the Environment. 1999. Canadian water quality guidelines for
the protection of aquqtic life: Salinity (marine).In: Canadian environmental
quality guiselines, 1999. Canadian Council of Ministers of the Environment,
Winnipeg
Burhanuddin, A Iqbal. 2008. Ikhtiologi.
Yayasan Citra Emulsi. Makassar
De
Becker, G., dan Hariyanti, R. 2007. Atlas Binatang: Pisces, Reptilia, Amfibi.
Tiga Serangkai. Jakarta
Dubois, M. et al. 1956. Colorimetric
method for determination of sugars and related substances. Analytical Chemistry.
Djawad, M. I, Ambas, I, Yusri, K. 2007.
Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Djuhanda,
T. 1981. Dunia Ikan. Armiko, Bandung.
Dwijayanti, D. R. 2011. Laporan Praktikum Anatomi
Histologi Hewan Anatomi Eksternal Dan Internal Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus) Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya. Malang.
Eckertt R., Randall D., Augustine G.,
1988. Animal Physiology, Mechanism and Adaptations . WH Freeman and Company
New York. Third Edition.
Fajlan. 2016. Sistem Osmoregulasi
Ikan, Sistem Homeostatis Dan Konsumsi Oksigen Pada Ikan. On http://fajlan25.blogspot.com/2016/04/sistem-osmoregulasi-ikan-sistem.html?m=1. Diakses
pada 5 April 2016.
Firdaus. 2011. Budidaya perikanan .
Tira Pustaka, Jakarta.
FKUI. 2010. Informasi Umum Ilmu Anatomi.
http://www.fk.ui.ac.id/?page=content.view&alias=departemenanatomi. Diakses
tanggal 12 Maret 2011
Fujaya, Yusinta. 1999. Fisiologi
Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Fujaya, Yusinta. 2004. Fisiologi
Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Fujaya, Yusinta. 2008. Fisiologi
ikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Khairuman,
Amri K. 2008. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Khairuman, Khairul Amri. 2013.
Pembesaran Nila Di Kolam air Deras . Agromedia. Jakarta.
Kordi. K. G. H. 2007. Budidaya Ikan Nila
di Kolam Terpal. Penerbit Andi. Jakarta.
Lantu, Sartje. 2010. Osmoregulasi Pada
Hewan Akuatik . Diakses pada tanggal 15 April 2016 pukul 20:12 WIT.
Makassar.
Palallo, Alfian. 2010. Pratikum 1
Osmoregulasi . Diakses pada tanggal 5 April 2016 pukul 19:16 WIT.
Makassar.
Paridi, et al. 2011. Makalah Teknik
Budidaya Ikan Hias “Ikan Mas Koki”. Diakses pada tanggal 5 April 2016 pukul 19:18 WIT.
Makassar.
Putri, Sabillah et al. 2011. Sistem
Osmoregulasi Pada Ikan . Diakses pada tanggal 5 April 2016 pukul 19:16 WIT.
Makassar.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci identifikasi
ikan. Jilid I dan II. Bina cipta. Bandung.
Setyo, Bambang Pramono. 2006. Efek
Konsentrasi Kromium (Cr+3) dan Salinitas berbeda terhadap Efisiensi Pemanfaatan
Pakan untuk Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Eprints.undip.ac.id.
Diakses pada tanggal 5 April 2016, pukul 17:32 WIT. Makassar.
Sokolova, Inna M., Markus Frederich, Rita
Bagwe. 2012. Energy homeostasis as an integrative tool for
assessing limits of environmental stress tolerance in aquatic invertebrates.
Marine Environmental Research. 79: 1-15
Sucipto, Adi. 2007. Fisiologi Hewan Air.
Diakses pada tanggal 5 April 2016 pukul 19:20 WIT. Makassar.
Suyanto
SR. 2010. Pembenihan dan pembesaran nila. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suyanto, Rachmatun. 2008.
Budidaya Ikan Nila. Jakarta: Penebar Swadaya
Zonneveld, 1991. Anatomi Ikan. PT
intermasa, Jakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alat
dan bahan
Wadah
Gunting
Garam
Aerator
Jarum suntik
Pisau
Lampiran 2 :
Prosedur kerja
Pengambilan sempel darah
Pengamatan sempel darah
Penamatan sistem osmoregulasi
Pemotongan sirip
Komentar
Posting Komentar